Share

Bab 41

Air Mata Marsha

“Aku ... aku tidak ingin sendiri di rumah. Apa boleh tinggal di sini?” 

Ya, Marsha datang ke rumah sepagi ini dengan alasan sendirian di rumah. Rafan sebenarnya tidak setuju, tetapi ia terus mengiba. Aku ingin menerimanya, tetapi keputusan tetap ada di tangan Marsha.

Perempuan yang berstatus istri kedua itu bersujud di kaki Rafan dengan air mata yang terus berjatuhan membasahi pipi. Entah tulus atau palsu air mata itu keluar, tidak ada yang tahu.

Namun, aku merasa itu hanya sandiwara. Marsha seperti punya rencana di balik semua ini. Sikapnya yang selalu tampil angkuh kini lemah. Bahkan ia bersujud di kaki Rafan. Ah, pusing rasanya. Bukan aku tidak menerima kehadiran perempuan kedua itu, hanya khawatir.

Ada sesuatu yang mengganjal dalam hati. Rafan masih diam tanpa jawaban. Marsha terus menangis dengan terus mengulang kalimat tadi. Tahu Marsha tidak akan mengalah, aku meminta Rafan untuk mengizinkannya tinggal di sin

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status