Sesuatu sedang menjilat tangan Alex yang sedang dalam tidur posisi tengkurap. Alex segera terbangun, melihat Mochi yang dari tadi menjilatnya sedang menatap master-nya dan segera menuju ke pintu depan.
“Hmm, what’s wrong, Mo?” Anjingnya hanya menggongong terus. Lalu Alex mendengar ketukan pintu. Siapa sih yang menganggu mimpiku dengan Robert Pattinson? Alex berdecak dengan kesal. Ia merapikan rambutnya dan memakai jubah tidur. “In a minute.” Teriak Alex ke si pengetuk pintu. Ia merapikan penampilannya sekenanya, meminum air dan segera menuju membuka pintu depan. “Yes?” Setelah ia melihat wajah laki-laki yang sangat di kenalnya, ia langsung memasang tampang tak suka.
“What are you doing here?” desis Alex menatapnya dengan tajam. Terakhir bertemu, entahlah pokoknya mereka sudah lama tak tidak bertemu sejak pertengkaran tolol itu. Alhasil, dia juga kesal dan kerjanya juga jadi berantakan. Untungnya, ia masih bisa fo
"Hello there, darling.” James mengangkat Mochi ke pelukannya, anjing itu mengonggong senang, “You miss me?” Mochi menjawab guk guk, tapi James yakin anjing kecil itu dengan senang menggoyang-goyangkan ekornya dua kali lipat lebih semangat saat dirinya datang. “I miss you too. Your mum akhir-akhir ini bagaimana? Apakah dia cranky seperti aku juga?” James mencium kepala Mochi dengan sepenuh hati. Mood James saat pertengkarannya dengan Alex sangat uring-uringan. Saat latihan dia lebih cranky daripada wanita sedang menstruasi. Kadang ia sampai melempar raketnya dan mengomel dengan berbagai macam umpatan karena latihannya tidak berjalan dengan lancar. Timnya sampai kaget karena James baru pertama kali seperti ini. Sekalipun ia kesal, ia tidak akan pernah melempar raket tenisnya dengan sembarangan. “Boy, ada apa dengan-mu? Kau sedang ada masalah?” “Hah? Oh tidak, Dad.” “Kau yakin?” Ayahnya menata
Alex dan James telah sampai di jalan pertigaan mungil yang tertutup oleh pohon-pohon silver birch dan semak-semak sepanjang mata memandang.“Err James, kalau kau ingin membunuhku bisa kau lakukan di gang di Lambeth yang sepi dan rawan, tidak perlu sampai sejauh ini.” Alex berkata sambil melihat ke sekeliling jalan yang sangat sepi.Hanya ada satu rumah yang terlihat dari tempat mereka berdiri. Tidak ada manusia yang terlihat dan sisanya sekelilingnya adalah pohon-pohon dan bagian danau di sebelah kirinya yang menghiasi kawasan pedesaan yang seperti desa berhantu ini.“I knew you always have funny bone inside you.” James tertawa,”Kita sekarang ada di rute A592, lebih tepatnya di Dobbin Wood Lodge, Matterdale. Nih, aku sedang mengabari yang menjemput kita.” Ujar James sambil mengutak-atik smartphone-nya.Sekitar sepuluh menit mereka berdiri di pertigaan, datanglah mobil VW polo be
Mereka sekarang berbaring dengan terengah-engah sehabis permainan menggelitik. Arus danau yang lembut dan burung-burung berkicauan membuat tempat ini terlihat sangat tenang. Tak ada turis lain di sekitar mereka. Mereka seperti memiliki surga kecil itu berdua,“Bet many girls will fall over your feet with these kind of your wooing.” Goda Alex.“Woo? Yes. Making a grand gesture like this? No.” James tertawa lagi.“Masa sih? Aku yakin banyak wanita yang mengantri untuk jadi pacarmu.” Alex sudah memutar badannya menghadap ke James. Ia menyangga kepalanya dengan tangan kirinya. Ia sengaja memancing topik ini untuk membandingkan dengan topik yang ia dapat dari Google.“Well….” Laki-laki itu terlihat bimbang tapi lalu melanjutkan, “Lex, I’m not proud of saying this, but I slept with so many women.” James berbalik ke arahnya juga.“Ak
Setelah drama Alex yang tadi berlari dengan hanya mengenakan pakaian dalamnya dengan dress menutupi wajahnya dan banyak turis yang melihatnya seperti orang gila dikejar setan, James segera membereskan barang-barang piknik mereka berdua dengan cepat dan mengikuti Alex. Mau tak mau ia tertawa, padahal Alex hanya mengenakan bra dan celana dalam di dalam terusannya. Kejadian itu lucu sekali. Alex hanya memberengut dan lelaki itu melihat bengkak kemerahan di bawah bibirnya. James tertawa terbahak-bahak lagi sambil memberitahu bengkak yang belum besar itu kepada Alex. Mereka berdua sudah kompleks pertokoan yang mempunyai apotik lokal setempat dan sedang mengantri menunggu giliran. James melihat Alex menutupi mulutnya dengan jaket miliknya terus-terusan. “Lex, jangan tutup mulutmu terus dengan jaket. Nanti kalau makin infeksi bagaimana?” “Yeah, kalau ku buka nanti orang-orang tertawa tak tahu diri sepertimu gimana?” Alex melotot menatap James. James me
Mengapa selama ini Alex merasa seperti Bridget Jones semenjak ia pertama kali bertemu dengan James Winston? Ada saja kejadian-kejadian konyol yang memalukan yang menimpa dirinya. Benar-benar deh gue kan di bayar untuk menjadi fashion editor bukan menjadi komedian, batinnya mengomel dan menghela nafas dengan keras. Alex langsung mengandai-andai berita lokal yang akan keluar, “Breaking: A Young Lady Got A Sweet Buzzy Hospitality From Wordsworth Point’s! Berikut cuplikan videonya!” Well, on the bright side, kepalanya tertutup oleh dressnya. Identitas wanita muda yang berteriak-teriak karena dikejar oleh pasukan lebah tidak akan diketahui. Saat James menceritakan masa lalunya, Alex merasa dua hal yang berbeda. Pertama, ia merasa sedih. Ternyata James bisa mengalami kepahitan seperti itu. Alex mengerti, karena dulu Alex pernah merasakan apa yang James rasakan gara-gara Hendy. Kedua, dia merasa cemburu. Ternyata, James adalah pria yang bersembuny
Tiga musim gugur lalu saat turnamen di St.Petersburg diadakan, James sedang berjalan-jalan di flea & street market di Russia dengan Stefan dan Juan pada waktu luang mereka. James melihat sekelilingnya dan mendapatkan satu kios yang menarik perhatiannya. Satu set boneka kayu wanita dengan design yang sama dari ukuran besar sampai ukuran paling kecil yang nantinya bisa dimasukkan dan ditempatkan satu di dalam yang lain. James kemudian memanggil Stefan dan bertanya apa nama boneka itu dan Stefan mengatakan itu adalah boneka Matryoshka. Mengenal Alex mirip dengan membuka boneka Matryoshka. Selalu ada hal-hal menarik yang ia temui setiap membuka boneka Matryoskha itu dari besar hingga ke intinya. Alex inspires him wholly. Kesederhanaan dan ketegasan blak-blakannya adalah daya tarik Alex. James tidak bohong saat berkata ayahnya memang mendidiknya dari kecil “Kau ini laki-laki, kau harus selalu bertanggung jawab terhadap wan
Lily Winston adalah wanita paruh baya yang mungkin tidak jauh dari umur Ibunya. Sisa paras kecantikannya saat muda masih terlihat, dan Lily adalah wanita yang sangat sangat stylish. Ia mengenakan dress georgette vintage dengan potongan renda dengan ikatan pita di bagian pinggangnya & bewarna hijau cerah seperti warna rumput. Kakinya yang sedang disilangkan dengan anggun memakai sepatu metalic platform heels Aquazurra. Rambut pirangnya yang ikal bergelombang seperti rambut Nicole Kidman di Moulin Rouge, di blow dengan sempurna. Akhirnya Alex mengetahui gen rambut James di dapat dari mana. Keduanya sedang duduk di sofa empuk ruangan pribadi milik James dan TV yang sedang menunjukkan siaran langsung final Wimbledon pagi ini. Kedua pemain sudah bermain dan set pertama sedang berlangsung. TV menyorot royal box[1], ia melihat ada Benedict Cumberbatch, Keira Knightley, dan Tom Hiddleston. Ba
James mengusap keringatnya dengan handuk dan mengisi tubuhnya dengan cairan bening yaitu air putih ke dalam sistemnya. Payung di buka oleh ball boy[1] dan melindungi sinar matahari yang sudah mulai menyengat Jeda pertandingan ke set selanjutnya hanya sekitar 1 menit lebih sedikit. Ia sudah menggunakan jatah toilet break-nya tadi sekarang tinggal menunggu Roy dari giliran toilet break-nya.Dua set telah tertinggal. Set pertama James tertinggal 2 poin yaitu Roy 6 dan James 4. Set kedua kali ini sudah sangat sengit. James menghasilkan tie break[2] dengan deuce[3] empat kali berturut-turut, tapi Roy masih memimpin. Skor akhir set kedua adalah 76 untuk Roy dan dirinya mendapat 64. James tidak bisa menyelamatkan satu poin kemenangan dari set tersebut. Sudah ia harapkan dari kemarin-kemarin.Melawan The Roy Keller tidak akan mudah, tidak pe