Bab 25 Pantai ini agak sepi. Mungkin karena hari ini bukan hari libur. Hanya ada beberapa pengunjung yang tengah berjalan-jalan menikmati deburan ombak. Salwa menatap kosong laut yang biru seakan tanpa batas. Dia merasakan dirinya seperti nelayan yang mendayung perahu tanpa tahu kemana arah yang dituju. Sekarang ia hidup sebatang kara. Dia sudah kehilangan mommynya dan sekarang dia dipisahkan paksa dengan daddy angkat yang selama ini begitu menyayanginya. "Aku tidak takut kehilangan tempat tinggal, tapi aku tidak mau kehilangan Daddy," ratap gadis itu setelah dia puas berteriak. "Sekarang aku sama siapa? Hanya Daddy yang mau menyayangiku. Hanya Daddy yang sayang padaku dari sejak aku kecil sampai dewasa." Salwa memejamkan mata, mengusir segala rasa sakit di dalam hatinya. Kepalanya mendadak pening. Semua terasa begitu mendadak. Namun, ia tidak mun
Bab 26 Saat kemacetan mulai terurai, Salwa pun memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Rendy yang duduk di sampingnya berkali-kali mengingatkan, tetapi gadis itu seolah tidak mendengar, Salwa tidak mau mobil ini dikenali oleh daddynya. Dia ingin bertemu dengan daddynya, paling tidak untuk saat ini. Gadis itu tidak siap menghadapi amarah Regan saat mengetahui dirinya pergi dari rumah. Dia menyadari keberadaan sang daddy di dekatnya saat melihat dari kaca spion, mobil daddynya hanya terhalang beberapa buah mobil yang lain. "Kamu ini kenapa, Salwa? Kenapa kamu ngebut? Kamu tidak sayang dengan nyawa kamu sendiri?" omel Rendy. Gadis itu menghela nafas lega saat ia mengecek dari kaca spion mobilnya, mobil Regan sudah tidak ada lagi terlihat. Mereka sudah jauh meninggalkan lokasi kemacetan yang sempat membuat Salw
Bab 27 "Regan, Salwa itu sudah besar. Dia sudah dewasa. Berilah kebebasan untuknya. Kenapa sih, kamu selama ini selalu memperlakukan Salwa itu seperti anak kecil?" sergah Jihan. Dia tetap tenang meskipun putranya menatap dengan pandangan horor. "Bukan seperti itu, Mom. Aku tahu Salwa itu sudah dewasa, tetapi dia masih berada di dalam tanggung jawabku. Kalau ada apa-apa dengan Salwa, aku yang bertanggungjawab, Mom, bukan orang lain!" sentak Regan. Dia memegang tas kerjanya erat-erat. "Mommy tahu, tapi bukan begitu caranya, Nak!" "Terus, apakah aku harus membiarkan Salwa bebas pergi kemana saja sesuka hatinya tanpa seizinku? Begitu yang di maksud oleh Mommy?" ucap Regan dengan nada tinggi. Dia agak sedikit kecewa dengan mommynya yang membiarkan Salwa pergi begitu saja, tanpa sepengetahuannya.
Bab 28"Gio, aku punya tugas untukmu!""Apa yang bisa saya bantu, Tuan?""Putriku pergi dari rumah sejak tadi pagi dan aku tidak tahu dia pergi ke mana. Kamu bisa, kan melacak keberadaannya?""Oh..." Terdengar helaan napas lega dari ujung telepon. "Tentu saja, Tuan. Itu soal mudah.""Bagus. Aku mengandalkan dan percaya padamu, Gio.""Kalau boleh saya tahu, berapa nomor ponsel dan alamat email putri tuan?" tanya lelaki yang berprofesi sebagai hacker itu.Lelaki itu menyebut sederet angka dan alamat email Salwa."Ingat Gio. Semua data tentang putriku bersifat rahasia. Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan?" Reg
Bab 29 "Little Girl!" seru Regan. Pintu telah terbuka dan lelaki itu sangat terkejut, mendapati sosok yang tengah dicarinya tengah duduk santai di sofa. "Daddy!" Salwa juga tak kalah terkejut. Dia tak menyangka sang daddy ke butik dan muncul di hadapannya. "Daddy kemari?" "Seperti yang kamu lihat, Little Girl. Daddy kemari mencari Natalia," ujarnya. Lelaki itu mendekat, lantas menjatuhkan tubuhnya di sisi gadis kesayangannya. "Tante Natalia belum datang, Daddy. Aku sendirian disini," ucapnya terbata-bata. Salwa memandang wajah daddynya dengan perasaan yang berkecamuk, tetapi hanya sesaat. Gadis itu kembali menunduk. Berada di dekat lelaki itu membuat indera penciumannya menangkap aroma maskulin dari tubuh atletis itu. Tangan Regan terulur, menyentu
Bab 30 Saat Regan dan Salwa baru saja turun dari mobil, Dewi sudah menyambut kedatangan mereka dengan berdiri di teras rumah. Gadis manis berumur dua puluh tahun itu merentangkan tangan melihat Salwa yang tengah bergandengan dengan lelaki dewasa yang sangat di kenalnya. "Salwa!" pekik Dewi. Dia memeluk sahabatnya dengan hati bahagia. "Wah, pantas saja seharian kamu tidak pulang! Kamu menghabiskan hari ini besama Daddy ya?" Salwa tertawa. Dia mengacungkan jari telunjuk, kemudian meletakkannya di bibir gadis itu. "Bukannya bersenang-senang, Dewi. Daddy membantuku untuk mencarikan apartemen yang cocok buatku." "Oh, ya? Berarti kamu serius dong, mau tinggal sendiri di apartemen?" Matanya melotot seakan tak percaya. "Emang iya," jawabnya santai.
Bab 31"Mommy jahat?!" Jihan tertawa keras. "Mommy jahat katamu? Pikiran macam apa itu? Dengar, Regan, kalau mommymu ini berbuat jahat terhadap Salwa, tentunya Mom tidak akan membiarkan dia pergi dengan membawa seluruh harta dari almarhum Airin. Jika Mom jahat, Mommy akan berlaku seperti nenek-nenek lampir yang menjadi tokoh antagonis di sinetron, mengusir cucu yang tidak dikehendakinya tanpa membawa sesuatu pun dan membiarkan dia terlantar di jalanan!""Mommy menyuruh Salwa meninggalkan rumah ini secara baik-baik dan Mommy memberikan haknya tanpa mengurangi sedikitpun dari harta peninggalan mommy angkatnya itu. Mommy pikir dia tidak akan terlantar, meskipun kamu tidak lagi mengurusinya. Sudah cukup kamu mengasuhnya selama belasan tahun, Regan!" bentak Jihan. Ingin sekali dia membuka pikiran putra semata wayangnya itu yang selama belasan tahun dibutakan oleh cinta kepada sosok istrinya yang kini sudah almarhum itu."Aku tahu itu, Mommy. Mommy menganggap harta Airin itu
Bab 32 Desahan itu terdengar begitu memilukan. Lelaki dingin yang sehari-hari begitu tegas memimpin RVM gruop itu membawa tubuhnya kembali ke pembaringan. Dia merebahkan tubuhnya masih dengan bingkai foto di dalam pelukannya. Di saat seperti inilah Regan bisa menjadi dirinya sendiri, seorang lelaki yang sebenarnya rapuh. Dia pun butuh sandaran, tetapi tak seorangpun yang bisa dijadikan tempat untuk menyandarkan kesedihannya. Dia hanya bisa menyimpannya sendiri. Regan tak bisa menampakkan kesedihannya di hadapan Salwa. Dia tidak mau membuat gadis itu semakin bersedih. Ah, mengingat gadis itu membuatnya teringat akan janjinya untuk mengirimkan orang menambah penjagaan di rumah Dewi sahabatnya Regan menyeka air matanya dan kembali duduk. Dia meletakkan foto itu di pangkuannya, kemudian mengambil ponsel. Dia menghubungi orang-orangnya, meminta