Bab 30
Saat Regan dan Salwa baru saja turun dari mobil, Dewi sudah menyambut kedatangan mereka dengan berdiri di teras rumah. Gadis manis berumur dua puluh tahun itu merentangkan tangan melihat Salwa yang tengah bergandengan dengan lelaki dewasa yang sangat di kenalnya.
"Salwa!" pekik Dewi. Dia memeluk sahabatnya dengan hati bahagia. "Wah, pantas saja seharian kamu tidak pulang! Kamu menghabiskan hari ini besama Daddy ya?"
Salwa tertawa. Dia mengacungkan jari telunjuk, kemudian meletakkannya di bibir gadis itu. "Bukannya bersenang-senang, Dewi. Daddy membantuku untuk mencarikan apartemen yang cocok buatku."
"Oh, ya? Berarti kamu serius dong, mau tinggal sendiri di apartemen?" Matanya melotot seakan tak percaya.
"Emang iya," jawabnya santai.
Bab 31"Mommy jahat?!" Jihan tertawa keras. "Mommy jahat katamu? Pikiran macam apa itu? Dengar, Regan, kalau mommymu ini berbuat jahat terhadap Salwa, tentunya Mom tidak akan membiarkan dia pergi dengan membawa seluruh harta dari almarhum Airin. Jika Mom jahat, Mommy akan berlaku seperti nenek-nenek lampir yang menjadi tokoh antagonis di sinetron, mengusir cucu yang tidak dikehendakinya tanpa membawa sesuatu pun dan membiarkan dia terlantar di jalanan!""Mommy menyuruh Salwa meninggalkan rumah ini secara baik-baik dan Mommy memberikan haknya tanpa mengurangi sedikitpun dari harta peninggalan mommy angkatnya itu. Mommy pikir dia tidak akan terlantar, meskipun kamu tidak lagi mengurusinya. Sudah cukup kamu mengasuhnya selama belasan tahun, Regan!" bentak Jihan. Ingin sekali dia membuka pikiran putra semata wayangnya itu yang selama belasan tahun dibutakan oleh cinta kepada sosok istrinya yang kini sudah almarhum itu."Aku tahu itu, Mommy. Mommy menganggap harta Airin itu
Bab 32 Desahan itu terdengar begitu memilukan. Lelaki dingin yang sehari-hari begitu tegas memimpin RVM gruop itu membawa tubuhnya kembali ke pembaringan. Dia merebahkan tubuhnya masih dengan bingkai foto di dalam pelukannya. Di saat seperti inilah Regan bisa menjadi dirinya sendiri, seorang lelaki yang sebenarnya rapuh. Dia pun butuh sandaran, tetapi tak seorangpun yang bisa dijadikan tempat untuk menyandarkan kesedihannya. Dia hanya bisa menyimpannya sendiri. Regan tak bisa menampakkan kesedihannya di hadapan Salwa. Dia tidak mau membuat gadis itu semakin bersedih. Ah, mengingat gadis itu membuatnya teringat akan janjinya untuk mengirimkan orang menambah penjagaan di rumah Dewi sahabatnya Regan menyeka air matanya dan kembali duduk. Dia meletakkan foto itu di pangkuannya, kemudian mengambil ponsel. Dia menghubungi orang-orangnya, meminta
Bab 33 "Cantik," pujinya dalam hati. Dia memandang gadis itu tanpa berkedip. Dia baru menyadari, little girl-nya ini mirip sekali dengan mommynya. Airin memastikan putrinya tumbuh menjadi gadis yang sederhana, cerdas, penuh perhatian dan juga cantik, bukan hasil polesan tetapi cantik alami. "Daddy," tegur Salwa. Dia merasa jengah dengan cara Regan menatapnya. Regan yang tersadar buru-buru memalingkan wajahnya. "Iya, ayo kita berangkat!" "Aku pamit dengan Dewi dulu. Daddy duluan saja ke mobil, nanti aku menyusul," sahutnya. Regan mengangguk. Dia bergegas keluar dari rumah itu, menuju mobilnya. Sementara Salwa masuk lagi ke dalam, menuju ruang makan. "Aku berangkat dulu, Wi. Sampai jumpa di kampus," pamit Salwa. "Pagi-pagi amat. Bukannya kita masuk kuliah siang?" Kening gadis itu berkerut "Daddy mengajakku ke kantor, Dewi," ujarnya. "Oh iya, hati-hati ya." Salwa mengacungkan tangan, lantas berlari kecil meninggalkan ruang makan. Dia segera masuk ke mobil, duduk di samping Rega
Bab 34"Pekerjaan lain? Apa maksud Tuan?" tanya Shafira. Dia bangkit dari tempat duduk, berdiri dan melangkah agak menjauh dari lelaki itu."Kamu cantik." Regan mengulangi ucapannya. "Bagaimana kalau kamu menjadi kekasihku saja? Aku jamin semua kebutuhanmu akan terpenuhi. Kamu bisa minta apa saja dan aku pasti akan mengabulkannya. Aku juga akan memberikan kamu credit card dengan limit tak terbatas dan apartemen atau rumah mewah. Yang penting kamu mau menjadi kekasihku ....""Menjadi kekasih Tuan?" Shafira kaget bukan kepalang. "Setahu saya, Tuan sudah memiliki istri.""Ya, Airin adalah istriku, tetapi aku belum memiliki kekasih. Maukah kamu menjadi kekasihku?" Lelaki itu maju selangkah, mendekat kepada wanita yang menatap tajam kepadanya. Wajahnya merah padam"Saya datang kesini untuk mengajukan lamaran menjadi sekretaris Tuan, bukan untuk menjadi kekasih Tuan," ujar Shafira tegas sembari menepis tangan laki-laki yang mencoba menyentuh bahunya."Kamu menolakku?
Bab 35"Sudah siap semuanya," gumam Regan.Dia sudah selesai memasukkan barang-barangnya ke dalam koper. Beberapa stel pakaian kerja, pakaian santai, berkas-berkas penting, laptop dan foto pernikahannya dengan Airin.Lelaki itu menghela nafas. Sepasang matanya menyisir setiap sudut ruangan. Ranjang ukuran king size, beberapa lemari, meja rias tempat Airin biasa berdandan, ah ... Bahkan semua perlengkapan pribadi Airin pun masih tertata rapi di tempatnya. Tak ingin lebih lama mendramatisir suasana, Regan pun meraih koper, lantas menyeretnya keluar, turun menapaki anak-anak tangga."Regan!"Teriakan sang mommy membuatnya urung melangkah lebih jauh. Jihan muncul di hadapannya sembari mengatur nafas yang ngos-ngosan akibat berlari kecil dari ruang makan ke ruang tamu."Kamu mau ke mana malam-malam begini, Regan?" tegur Jihan."Ak
Bab 36 "Lho, daddy!" Salwa membuka pintu mobil di bagian belakang, bermaksud menaruh kopernya. Dia terkejut melihat sebuah koper berukuran besar lebih dulu teronggok di sana. "Daddy akan menemani kamu di apartemen, Sayang. Jangan khawatir. Daddy tidak akan membiarkan kamu sendirian," ucap Regan seolah bisa membaca isi pikiran Salwa. "Tapi ..." Ucapan Salwa menggantung. "Nggak perlu takut. Oma Jihan tidak akan berani macam-macam sama kamu. Daddy sudah menyuruh orang-orang Daddy untuk mengawasi oma Jihan. Situasi aman terkendali." "Ya, Daddy. Aku cuman khawatir saja." Regan malah tertawa kecil sembari membuka pintu mobil. "Silakan masuk, Tuan Putri." "Baiklah, Gusti Prabu.
Bab 37 Regan terkesiap. Matanya menatap putri angkatnya itu dalam-dalam, membuat jantung Salwa berdetak lebih cepat. Mereka masih di dalam lift dengan tubuh berdempetan. "Apa maksudmu, Little Girl?" Regan menaikturunkan alis, tak habis pikir dengan pertanyaan little girl-nya. Dia sangat mencintai Airin dan tak ada pikiran apapun tentang wanita lain, apalagi terhadap Shafira, sekretarisnya. "Aku tidak punya maksud apapun. Aku hanya ingin menanyakan, apa hubungan Daddy dengan tante Shafira?" Sejak tadi siang gadis itu memendam rasa penasaran dengan kalimat-kalimat yang terlontar dari mulut Shafira yang menurutnya terasa ambigu. Inilah kesempatan yang terbaik untuk mengetahui rahasia daddynya dengan Shafira. "Shafira itu sekretaris Daddy. Sekretaris paling profesional yang pernah Daddy
Bab 38Regan terjaga saat indera penciumannya mengendus bau harum masakan. Refleks tangannya meraba-raba, mencari sosok itu. Akan tetapi, dia tak menemukan siapapun. Dia membuka matanya lebar-lebar.Sementara itu, bau harum masakan membuatnya meneguk air liur. Sepertinya little girl-nya sedang memasak. Regan merasa surprise. Di rumah yang lama, boro-boro memasak, yang ada mereka lebih sering memesan makanan jadi, jika bi Lastri dan pembantu lainnya pulang kampung atau sedang cuti lebaran.Regan bangkit dari tempat tidur. Otaknya yang masih belum bisa mencerna seutuhnya keadaan, membuatnya tak sadar kalau ia masuk ke kamar mandi milik putrinya. Regan melepas seluruh pakaiannya, kemudian memposisikan tubuhnya di bawah shower air yang mengalir. Terasa menyegarkan, meskipun dingin cuaca di pagi hari.Regan mengambil handuk yang tersangkut di gantungan di dinding kamar mandi, kemudian melilit