Bab 35
"Sudah siap semuanya," gumam Regan.
Dia sudah selesai memasukkan barang-barangnya ke dalam koper. Beberapa stel pakaian kerja, pakaian santai, berkas-berkas penting, laptop dan foto pernikahannya dengan Airin.
Lelaki itu menghela nafas. Sepasang matanya menyisir setiap sudut ruangan. Ranjang ukuran king size, beberapa lemari, meja rias tempat Airin biasa berdandan, ah ... Bahkan semua perlengkapan pribadi Airin pun masih tertata rapi di tempatnya. Tak ingin lebih lama mendramatisir suasana, Regan pun meraih koper, lantas menyeretnya keluar, turun menapaki anak-anak tangga.
"Regan!"
Teriakan sang mommy membuatnya urung melangkah lebih jauh. Jihan muncul di hadapannya sembari mengatur nafas yang ngos-ngosan akibat berlari kecil dari ruang makan ke ruang tamu.
"Kamu mau ke mana malam-malam begini, Regan?" tegur Jihan.
"Ak
Bab 36 "Lho, daddy!" Salwa membuka pintu mobil di bagian belakang, bermaksud menaruh kopernya. Dia terkejut melihat sebuah koper berukuran besar lebih dulu teronggok di sana. "Daddy akan menemani kamu di apartemen, Sayang. Jangan khawatir. Daddy tidak akan membiarkan kamu sendirian," ucap Regan seolah bisa membaca isi pikiran Salwa. "Tapi ..." Ucapan Salwa menggantung. "Nggak perlu takut. Oma Jihan tidak akan berani macam-macam sama kamu. Daddy sudah menyuruh orang-orang Daddy untuk mengawasi oma Jihan. Situasi aman terkendali." "Ya, Daddy. Aku cuman khawatir saja." Regan malah tertawa kecil sembari membuka pintu mobil. "Silakan masuk, Tuan Putri." "Baiklah, Gusti Prabu.
Bab 37 Regan terkesiap. Matanya menatap putri angkatnya itu dalam-dalam, membuat jantung Salwa berdetak lebih cepat. Mereka masih di dalam lift dengan tubuh berdempetan. "Apa maksudmu, Little Girl?" Regan menaikturunkan alis, tak habis pikir dengan pertanyaan little girl-nya. Dia sangat mencintai Airin dan tak ada pikiran apapun tentang wanita lain, apalagi terhadap Shafira, sekretarisnya. "Aku tidak punya maksud apapun. Aku hanya ingin menanyakan, apa hubungan Daddy dengan tante Shafira?" Sejak tadi siang gadis itu memendam rasa penasaran dengan kalimat-kalimat yang terlontar dari mulut Shafira yang menurutnya terasa ambigu. Inilah kesempatan yang terbaik untuk mengetahui rahasia daddynya dengan Shafira. "Shafira itu sekretaris Daddy. Sekretaris paling profesional yang pernah Daddy
Bab 38Regan terjaga saat indera penciumannya mengendus bau harum masakan. Refleks tangannya meraba-raba, mencari sosok itu. Akan tetapi, dia tak menemukan siapapun. Dia membuka matanya lebar-lebar.Sementara itu, bau harum masakan membuatnya meneguk air liur. Sepertinya little girl-nya sedang memasak. Regan merasa surprise. Di rumah yang lama, boro-boro memasak, yang ada mereka lebih sering memesan makanan jadi, jika bi Lastri dan pembantu lainnya pulang kampung atau sedang cuti lebaran.Regan bangkit dari tempat tidur. Otaknya yang masih belum bisa mencerna seutuhnya keadaan, membuatnya tak sadar kalau ia masuk ke kamar mandi milik putrinya. Regan melepas seluruh pakaiannya, kemudian memposisikan tubuhnya di bawah shower air yang mengalir. Terasa menyegarkan, meskipun dingin cuaca di pagi hari.Regan mengambil handuk yang tersangkut di gantungan di dinding kamar mandi, kemudian melilit
Bab 39 "Dewi!" teriak Salwa. Gadis itu bermaksud kembali mencubit lengan sahabatnya. Namun Dewi lebih gesit. Dia menghindar dengan berlari meninggalkan gadis itu. Salwa yang gemas mengejar sahabatnya. Mereka berkejaran di halaman kampus seperti anak TK, membuat para mahasiswa lain yang melihatnya menggelengkan kepala. "Kena kau!" teriak Salwa saat berhasil menangkap tangan sahabatnya itu. Dia mencubit lengan Dewi berkali-kali. Pipinya sudah bersemu merah sejak tadi. "Tega bener kamu menyebut daddy punya aura penakluk wanita," keluhnya. Dia pura-pura merajuk. "Emang bener kok, cuma untungnya daddymu itu laki-laki setia, jadi dia cuma mencintai mommy kamu dan tak pernah menduakannya dengan wanita lain, sejauh pengamatan aku sih." Derai tawa Dewi kian menjadi-jadi.
Bab 40 Lelaki itu membawa mobilnya dengan terburu-buru. Berkali-kali ia melirik arlojinya. Sebentar lagi meeting dengan dewan komisaris akan segera dimulai, bahkan saat ini Armand dan Shafira sudah stay di ruang meeting. "Kalau memang Daddy lagi sibuk, nggak usah jemput aku. Aku bisa kok numpang dengan Dewi, minta diantar pulang ke apartemen!" omel Salwa. Dia benar-benar sebal dengan daddynya yang terlihat memaksakan diri menjemputnya di kampus. Mereka pun belum sempat makan siang. Gadis itu meremas tangannya. Seperti itulah yang ia lakukan saat berada dalam kecemasan. Regan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi, padahal lalu lintas sedang ramai-ramainya. Salwa berusaha menyabarkan diri. Berselang sepuluh menit, akhirnya mereka tiba di basement gedung RVM group. Regan menggandeng Salwa memasuki lift, lan
Bab 41 "Dasar wanita keras kepala! Berapa sih penghasilan seorang model?! Apa dia lupa, bahwa dia adalah salah satu pewaris Agung Jaya Land, sebuah perusahaan properti terkenal di Indonesia?" Perempuan tua itu mengepalkan tangan keriputnya, kemudian bangkit dari tempat duduk. Seorang laki-laki setengah tua masuk ke dalam ruangan. Jihan melambaikan tangan dan lelaki itu setengah tua itu pun mendekat. "Kita pulang sekarang, Nyonya?" tanyanya "Iya, kita pulang. Tak ada lagi yang mesti di tunggu," ujarnya sembari terus melangkah. Jihan menyeret sepasang kakinya menyusuri lorong, masuk ke dalam lift VIP setelah menempelkan kartunya, turun ke lantai dasar yang tersambung ke basement tempat parkir semua mobil para petinggi di perusahaan ini.
Bab 42 Sepasang mata itu terus berkeliling, mengitari setiap sudut taman. Taman ini tidak terlalu luas. Namun cukup sebagai oase di tengah kota, penyejuk pandangan akibat menjamurnya bangunan gedung-gedung pencakar langit. Salwa mendapati seorang anak perempuan kecil tengah bermain ayunan dengan seorang wanita dewasa di dekatnya. Gadis itu merasa di bawa ke masa lalu. Dia melihat seolah anak kecil itu adalah dirinya dan wanita dewasa itu adalah mom Airin-nya. Tanpa sadar ia mendekati kedua orang yang ia perkirakan sebagai ibu dan anak itu. "Hai ...!" Salwa melambaikan tangan. Sepasang mata bulat dan bening menatap Salwa, lantas menoleh kepada wanita dewasa disampingnya. "Nama kakak, Salwa. Siapa nama kamu?" Gadis itu merendahkan tubuhnya, menatap lembut gadis kecil di hadapannya. "A
Bab 43 "Setelah ini mau kemana lagi, Sayang?" tawar Regan. Dia masih sebal saat little girl-nya ini terang-terangan menyebut ruang kerjanya sebagai kurungan. "Aku tidak tahu. Aku ikut Daddy saja." "Mau nggak jalan-jalan sama Daddy?" tawarnya lagi. Salwa mengacungkan jempol. "Boleh." Keduanya menautkan jari kelingking. Setelah itu, Regan fokus dengan kemudinya. Mobil meluncur dengan tenang. Lelaki itu sudah tak sabar ingin mengajak Salwa ke suatu tempat. Akhirnya mobil pun berhenti di pinggir jalan. "Daddy, kok kita ke sini?" protes Salwa. Dari balik kaca mobil dia melihat kerimbunan pohon mengelilingi hamparan tanah lapang. Regan keluar dari mobil dan membukakan pintu untu