Bab 39
"Dewi!" teriak Salwa. Gadis itu bermaksud kembali mencubit lengan sahabatnya. Namun Dewi lebih gesit. Dia menghindar dengan berlari meninggalkan gadis itu. Salwa yang gemas mengejar sahabatnya. Mereka berkejaran di halaman kampus seperti anak TK, membuat para mahasiswa lain yang melihatnya menggelengkan kepala.
"Kena kau!" teriak Salwa saat berhasil menangkap tangan sahabatnya itu. Dia mencubit lengan Dewi berkali-kali. Pipinya sudah bersemu merah sejak tadi.
"Tega bener kamu menyebut daddy punya aura penakluk wanita," keluhnya. Dia pura-pura merajuk.
"Emang bener kok, cuma untungnya daddymu itu laki-laki setia, jadi dia cuma mencintai mommy kamu dan tak pernah menduakannya dengan wanita lain, sejauh pengamatan aku sih." Derai tawa Dewi kian menjadi-jadi.
Bab 40 Lelaki itu membawa mobilnya dengan terburu-buru. Berkali-kali ia melirik arlojinya. Sebentar lagi meeting dengan dewan komisaris akan segera dimulai, bahkan saat ini Armand dan Shafira sudah stay di ruang meeting. "Kalau memang Daddy lagi sibuk, nggak usah jemput aku. Aku bisa kok numpang dengan Dewi, minta diantar pulang ke apartemen!" omel Salwa. Dia benar-benar sebal dengan daddynya yang terlihat memaksakan diri menjemputnya di kampus. Mereka pun belum sempat makan siang. Gadis itu meremas tangannya. Seperti itulah yang ia lakukan saat berada dalam kecemasan. Regan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi, padahal lalu lintas sedang ramai-ramainya. Salwa berusaha menyabarkan diri. Berselang sepuluh menit, akhirnya mereka tiba di basement gedung RVM group. Regan menggandeng Salwa memasuki lift, lan
Bab 41 "Dasar wanita keras kepala! Berapa sih penghasilan seorang model?! Apa dia lupa, bahwa dia adalah salah satu pewaris Agung Jaya Land, sebuah perusahaan properti terkenal di Indonesia?" Perempuan tua itu mengepalkan tangan keriputnya, kemudian bangkit dari tempat duduk. Seorang laki-laki setengah tua masuk ke dalam ruangan. Jihan melambaikan tangan dan lelaki itu setengah tua itu pun mendekat. "Kita pulang sekarang, Nyonya?" tanyanya "Iya, kita pulang. Tak ada lagi yang mesti di tunggu," ujarnya sembari terus melangkah. Jihan menyeret sepasang kakinya menyusuri lorong, masuk ke dalam lift VIP setelah menempelkan kartunya, turun ke lantai dasar yang tersambung ke basement tempat parkir semua mobil para petinggi di perusahaan ini.
Bab 42 Sepasang mata itu terus berkeliling, mengitari setiap sudut taman. Taman ini tidak terlalu luas. Namun cukup sebagai oase di tengah kota, penyejuk pandangan akibat menjamurnya bangunan gedung-gedung pencakar langit. Salwa mendapati seorang anak perempuan kecil tengah bermain ayunan dengan seorang wanita dewasa di dekatnya. Gadis itu merasa di bawa ke masa lalu. Dia melihat seolah anak kecil itu adalah dirinya dan wanita dewasa itu adalah mom Airin-nya. Tanpa sadar ia mendekati kedua orang yang ia perkirakan sebagai ibu dan anak itu. "Hai ...!" Salwa melambaikan tangan. Sepasang mata bulat dan bening menatap Salwa, lantas menoleh kepada wanita dewasa disampingnya. "Nama kakak, Salwa. Siapa nama kamu?" Gadis itu merendahkan tubuhnya, menatap lembut gadis kecil di hadapannya. "A
Bab 43 "Setelah ini mau kemana lagi, Sayang?" tawar Regan. Dia masih sebal saat little girl-nya ini terang-terangan menyebut ruang kerjanya sebagai kurungan. "Aku tidak tahu. Aku ikut Daddy saja." "Mau nggak jalan-jalan sama Daddy?" tawarnya lagi. Salwa mengacungkan jempol. "Boleh." Keduanya menautkan jari kelingking. Setelah itu, Regan fokus dengan kemudinya. Mobil meluncur dengan tenang. Lelaki itu sudah tak sabar ingin mengajak Salwa ke suatu tempat. Akhirnya mobil pun berhenti di pinggir jalan. "Daddy, kok kita ke sini?" protes Salwa. Dari balik kaca mobil dia melihat kerimbunan pohon mengelilingi hamparan tanah lapang. Regan keluar dari mobil dan membukakan pintu untu
Bab 44"Hai, Bro!"Suara bariton tiba-tiba saja mengagetkan Regan, memaksa lelaki itu menoleh ke samping kanan."Adrian!" serunya. Reflek ia berdiri, maju dua langkah dan merangkul sahabatnya.Adrian Lee. Lelaki itu juga sangat gagah dengan tinggi dan berat badan proporsional, tak kalah tampan dari Regan. Mereka berdua adalah lelaki dengan sejuta pesona."Bagaimana kabarmu, Bro? Kelihatannya semakin sukses aja. Sekarang RVM group punya lima stasiun televisi swasta ya? Hebat sekali pencapaian yang kamu buat, Sobat!" Adrian mengacungkan jempol.Regan membalas dengan meninju pelan sahabatnya. "Adrian, kamu juga hebat, punya kantor sendiri dan restoran ini. Ini restoran mewah lo, pasti investasinya nggak main-main!""Ini, kan hasil kreativitas Merry. Aku cuma bantu modal aja. Kebetulan dia emang pintar masak
Bab 45Bersamaan dengan kemunculan gadis itu, seorang pelayan datang mengantarkan makanan pesanan mereka. Salwa terlihat senang dan tak sabar ingin menyantap makan malam mereka. Seleranya langsung terbit melihat ayam bakar madu nan menggoda selera, lalapan dan sambal terasi. Tak sabar, Salwa menyeruput jus jeruk di hadapannya dengan rakus. Gadis itu begitu bersemangat membasahi tenggorokannya. "Salwa, pelan-pelan saja, Sayang. Jangan seperti anak yang tidak di kasih makan seminggu oleh orangtuanya," gerutu Regan melihat tingkah putrinya yang terlihat seperti orang kelaparan. "Aku emang lapar, Daddy," sahutnya polos. "Jangan khawatir, Salwa. Nggak akan ada orang yang merebut jus jeruk dan ayam bakar punyamu itu," gurau Adrian. Dia mengeluarkan dua lembar voucher dan menyerahkannya kepada Salwa. "Ini ada voucher makan untuk kalian. Malam ini kalian bisa makan gratis di restoran ini sampai puas. Kalau masih belum kenyang, boleh nambah loh!" "Terima kasih, Om. Yang gratisan memang sela
Bab 46"Daddy selalu tahu kesukaanmu, Little Girl." Suaranya bertambah serak, menahan gelenyar aneh yang tiba-tiba saja berpendaran di tubuhnya.Mereka saling menatap dengan jarak yang hanya satu jengkal. Ciuman dari Salwa sungguh tidak diperkirakan oleh Regan. Dia tak menyangka little girl-nya berbuat se-berani ini.Dia mengerti arti ciuman Salwa, gadis yang selalu merasa surprise setiap dia berhasil mewujudkan keinginan gadis itu dan mengetahui apa yang disukainya.Tak ingin tubuhnya bereaksi lebih jauh lagi, Regan mengangkat tubuh Salwa dan menempatkannya di sisinya. Masih dengan merangkul bahu gadis itu, keduanya asyik makan keripik singkong.Sebenarnya Regan sama sekali tidak menyukai drakor. Lelaki itu lebih menyukai film laga, tentu karena dia adalah laki-laki. Namun, demi little girl kesayangan ini, Regan berusaha menikmatinya. Seringkali
Bab 47"Sial! Sial! Kenapa semua jadi begini?! pekik Regan berulang-ulang.Dia menyandarkan tubuhnya ke dinding. Pintu kamar putrinya sudah terkunci dari dalam. Tak ada tanda-tanda akan terbuka. Dengan tubuh lesu, dia pun segera beranjak menuju kamarnya sendiri.Pandangannya lantas tertuju pada pintu penghubung berwarna ungu. Tangannya sudah bergerak akan membuka pintu yang ternyata tidak terkunci. Namun suara isakan membuatnya tertahan. Kakinya seakan tak bisa di gerakkan untuk melangkah lebih lanjut.Salwa menangis!Suaranya terdengar sangat memilukan, membuat hati Regan serasa tercabik. Sebelumnya tak pernah gadis itu sesedih ini, bahkan ketika mommynya meninggal dunia waktu itu."Aku sudah menyakitimu, Little Girl. Bagaimana cara Daddy menebus rasa bersalah ini?" keluhnya seperti orang yang putus asa.