Bab 74
"Aku akan berusaha semaksimal mungkin," ucap Chintya dengan nada suara rendah.
"Cinta itu tidak bisa dipaksakan, Chintya. Aku menghargai semua usahamu, tetapi sekuat apapun kamu berusaha, kalau di hatiku tidak ada rasa cinta, tidak akan ada gunanya."
Regan melenggang pergi meninggalkan tempat itu. Chintya terus mengejarnya. Bahkan ia berhasil meraih tangan Regan. Akhirnya mereka berjalan menuruni anak tangga. Regan yang tidak mau membuat keributan di hadapan banyak orang, akhirnya mengalah. Dia membiarkan Chintya terus memegangi tangannya sampai mereka sampai di depan pintu utama restoran.
"Percayalah, Regan. Aku sangat serius. Ini bukan sekadar perjodohan, tetapi aku memang benar-benar menyukaimu," ujar Chintya.
"Tidak ada pernikahan bisnis diantara kita. Aku menyukaimu, terlepas dari kerja sama Agung Jaya Land dan RVM group," imbuh perempuan it
Bab 75"Ya, cerita itu benar. Aku memang pernah tinggal bersama Winnie di apartemen ini. Beberapa bulan setelah kami berhubungan, Winnie hamil. Sebenarnya aku bermaksud untuk menikahi Winnie, tapi di tentang oleh kedua orang tuaku. Apalagi waktu itu usiaku belum sampai dua puluh tahun," beber Axel."Jadi kamu mau bilang, kalau Salwa itu adalah putri biologismu?" terka Regan. Dia mulai membaca arah pembicaraan Axel, meskipun tak bisa menyembunyikan perasaan terkejutnya."Iya, Salwa adalah putriku. Aku terpaksa menyimpannya di panti asuhan desa terpencil itu dan melarang ibu pengasuh untuk membocorkan identitas pribadi Salwa, karena aku tidak mau orang-orang daddy dan mommy menemukan putriku.""Terus, bagaimana dengan Winnie?""Winnie meninggal sesaat setelah melahirkan," jawab Axel sendu.Regan menelan ludahnya. Dia mendesah. "Aku turut berduka cita ya," ujarnya tulus."Sekarang jelaskan apa tujuanmu mengundangku kesini. Tentunya bukan hanya sekedar menjelask
Bab 76Gadis itu berjalan mondar-mandir. Sesekali ia melirik jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Namun, orang yang ditunggunya belum juga datang.Merasa lelah menggerakkan kakinya membuat Salwa kembali duduk di sofa dengan pandangan tetap tertuju ke arah pintu."Kenapa Daddy belum pulang? Padahal sudah jam segini?"Ini bukan soal Regan yang terlambat pulang, tetapi kecemasan tentang dirinya sendiri. Sampai saat ini, Salwa masih saja merasakan takut dan cemas berlebihan apabila berada di sebuah tempat.Memang dia sudah biasa tinggal di apartemen ini. Namun di kala malam tiba, gejala kecemasan itu akan kembali datang. Dia sangat tak sabar menanti lelaki itu pulang.Tak lama dia duduk, pintu pun terbuka. Gadis itu sontak berdiri dan setengah berlari menyambut kedatangan lelaki dewasa itu, menghambur ke dalam pelukannya.
Bab 77Setelah selesai semua urusan di kampus, siang ini Salwa kembali membawa mobilnya menuju arah luar kota. Dia tidak sanggup menahan kegalauan di hati, akibat sikap Regan yang terasa aneh baginya.Tak ada tempat yang paling nyaman selain panti asuhan Kasih Ibu. Dia berharap nasehat dan sentuhan hangat tangan bunda Khadijah. Bunda Khadijah sudah seperti Ibu pengganti, menggantikan mom Airin-nya yang telah wafat. Lagipula sudah beberapa minggu dia tidak berkunjung ke tempat itu. Dia merindukan perempuan tua yang terlihat semakin renta, juga adik-adiknya di panti.Sejauh ini Regan masih tidak mengetahui kalau dia sudah kembali berhubungan dengan panti asuhan tempat ia dulu pernah tinggal. Regan sudah memutuskan untuk membebaskan Salwa melakukan apa saja yang ia inginkan dan tidak lagi mengirim orang-orangnya untuk mengawasi Salwa dan membuat gadis itu tidak nyaman, karena selalu merasa ge
Bab 78 "Iya, Bun. Bunda kenapa?" Axel tak kalah terkejut saat melihat perubahan mendadak yang terjadi di raut wajah perempuan renta itu. Wajahnya menjadi merah padam. "Mereka berubah menjadi sepasang kekasih? Sepasang laki-laki dewasa dan perempuan yang juga tengah beranjak dewasa dan tinggal dalam satu atap?" Kali ini bunda Khadijah malah meremas tangannya. "Maksud Bunda?" "Kamu belum bisa belajar dari masa lalumu, Nak?" Lirih perempuan tua itu. "Sejarah tidak mesti harus terulang. Bukankah dulu kamu dan Winnie pernah tinggal bersama di apartemen? Apa yang kalian lakukan? Hmmm...." Kali ini Axel yang terhenyak. "Maksud Bunda?" Lelaki itu menatap horor. "Bunda tahu, Tuan Regan sangat menyaya
Bab 79Sebuah tepukan hangat mendarat di bahu Salwa."Daddy tidak bermaksud membuatmu bersedih. Namun, kamu harus tahu kebenarannya. Maafkan kelemahan Daddy waktu itu yang telah gagal menyelamatkan mommy kamu. Bahkan Daddy melakukan hal yang lebih fatal, yaitu tidak sempat menikahi mommy kamu, sehingga...." Lelaki itu tak melanjutkan ucapannya karena merasa tidak tega. Dia membawa Salwa ke dalam pelukannya."Aku tidak tahu harus ngomong apa, Om. Aku masih bingung dengan semua ini," ujar Salwa lirih. Air matanya kembali tumpah dan membasahi kemeja lelaki dewasa itu.Tanpa melepas pelukannya, lelaki itu berusaha menegakkan tubuh Salwa sehingga mereka bisa berdiri. Keduanya bergerak menjauhi makam itu dengan Bunda Khadijah yang berjalan mengekor di belakang.Sesampainya di mobil, Salwa memilih duduk di kursi depan, berdampingan dengan Axel. Sementara bunda
Bab 80Regan merangkak naik ke atas ranjang. Dia merebahkan tubuhnya dengan posisi miring menghadap gadis itu. Sebelah tangannya terulur mengangkat sedikit kepala Salwa, menjadikan lengannya sebagai bantalan. Salwa memiringkan tubuhnya sehingga wajah gadis itu sukses menyentuh dada bidang Regan. "Berceritalah, Sweety. Apa yang terjadi sebenarnya? Kamu terlihat sangat sedih," bujuk Regan. Dia sudah menerka apa yang terjadi di antara Salwa dengan Axel. "Ternyata Om Axel itu adalah Ayah kandungku, Daddy," lirihnya. "Iya, Sayang. Daddy sudah tahu itu," ujar Regan berbisik. "Apa yang harus kulakukan, Daddy?" Regan mengecup kening gadis Itu sekilas. "Tak ada yang perlu kamu lakukan. Hanya sekedar menerima. Bagaimanapun Axel adalah orang yang menyebabkan dirimu ada di dunia ini." "Semudah itu? Kenapa harus Om Axel, Daddy? Kenapa bukan orang lain saja?" keluhnya. "Emangnya ada apa dengan Axel? Apakah dia menyakitimu?" Regan menyelidik. Salwa menggelengkan kepala. "Tidak, tetapi Om Axel
Bab 81"Daddy sudah mengetahui semuanya?" suara Axel bergetar."Kamu pikir Daddy dan Mommy buta dan tuli, begitu?" teriak tuan Gunadi."Asal kamu tahu, nyonya Jihan sudah menceritakan semuanya kepada Mommy. Hanya saja beliau tidak pernah menyampaikan semua ini kepada Regan, karena tidak sampai hati dengan putra kesayangannya. Nyonya Jihan tidak pernah menceritakan kepada Regan, jika sebenarnya istri yang sangat dicintainya itu adalah bekas kamu!" sergah nyonya Elina."Oke, kalau memang kalian semua sudah tahu semua ini." Axel merentangkan tangan."Jadi aku tidak perlu menutup-nutupi lagi kebenaran ini. Salwa adalah putriku dan aku meminta agar perjodohan Regan dengan Chintya dibatalkan, karena Regan tidak mencintai Chintya. Regan mencintai Salwa, putriku!" tegas Axel."Apa?" teriak Nyonya Elina. Perempuan tua itu menghentakkan kaki ke lantai. Dia benar-benar marah. "Perjodohan Regan dengan Chintya itu sudah lama kami rencanakan. Hanya saja belum juga terwujud. Apalagi setelah Regan me
Bab 82 Chintya berdiri di depan pintu dengan tubuh gemetar. Baru kali ini ia mendengar Axel bertengkar hebat dengan kedua orangtua mereka. Suara Axel yang menggelegar, mengimbangi suara orang tuanya yang tak kalah keras. Chintya mendengar jelas apa yang mereka bicarakan. Axel tengah memperjuangkan keberadaan Salwa, putri biologisnya agar bisa di akui di keluarga Gunadi Wijaya. Selama ini ia tidak terlalu dekat dengan kakaknya. Sekarang ia baru tahu siapa sebenarnya seorang Axel. Axel yang keras dan tegas. Malah kalau dipikir-pikir, sifat Axel ini mirip sekali dengan Regan. Pantas saja selera mereka terhadap perempuan juga serupa. Chintya buru-buru menutup pintu kamar pribadinya kembali saat melihat sosok lelaki itu mulai menapaki anak-anak tangga dan bersiap akan masuk ke dalam kamarnya yang memang bersebelahan dengan kamar Chintya. Chintya merebahkan tubuhnya di pembaringan. Perempuan yang hanya mengenakan gaun tidur yang sangat tipis itu berpikir keras. Orang tuanya bisa saja me