Bab 1Lelaki ini semakin menggila. Dia terus menghentak dengan semangat, menaik-turunkan tubuhnya di atas tubuh wanita yang berada dalam kungkungannya itu. Sepasang mata yang berselubung kabut gairah tak lagi awas dengan perubahan wajah sang wanita yang perlahan mulai memucat.Airin berusaha keras untuk tetap berada di dalam kesadaran, meskipun kondisi tubuhnya semakin melemah. Dia tak bisa berbuat banyak untuk mengimbangi permainan sang suami yang begitu perkasa.Perempuan itu menggigit bibirnya menahan sakit di bagian inti yang terus-menerus menerima hunjaman dari sang lelaki. Lelaki yang paling dicintainya di dunia ini, Regan Abbasy Ghaisan.Gerakan Regan semakin lama semakin cepat, pertanda lelaki itu sudah hampir menuju puncak. Pendakian yang bagi Airin sungguh melelahkan. Airin sudah sangat lelah. Padahal durasi permainan ini tidak terlalu lama.Setibanya di pu
Bab 2Malam semakin larut. Sementara Airin sudah tertidur di sampingnya, Regan bahkan tak bisa memejamkan mata. Dia masih teringat kata-kata istrinya barusan. Kata-kata yang sebenarnya sudah pernah dikatakan istrinya beberapa minggu yang lalu. Namun, malam ini dia kembali mengulanginya.Aarrrgggh...Ini benar-benar gila. Regan tak habis pikir dengan permintaan sang istri. Wanita yang sudah mendampinginya selama belasan tahun itu dengan mudahnya memintanya untuk menikahi Salwa, putri mereka sendiri."Menikahlah, Regan. Menikahlah dengan Salwa. Aku tak bisa mempercayai perempuan manapun, kecuali putriku sendiri."Rasanya Regan ingin gila saja. Menikahi gadis itu adalah hal yang tak terbayangkan sama sekali di otaknya. Dia sudah menganggap Salwa seperti anaknya sendiri.Salwa memang bukan putri kandung mereka, tetapi belasan tahun hidup dengan gadis kecil yang sekarang
Bab 3Gadis itu berdecak sebal. Dia benar-benar marah pada dirinya sendiri. Gara-gara tadi malam begadang nonton drakor untuk menghibur diri pasca sang mommy yang meminta dirinya menikah dengan daddy Regan, akhirnya ia justru terlambat bangun.Gadis berumur dua puluh tahun itu mandi dengan terburu-buru, lantas mengenakan pakaian dan berdandan seadanya. Bahkan ia hanya mengikat rambutnya saja, memperlihatkan lehernya yang jenjang. Setelah itu menyambar tas dan ponsel.Untung saja semua bahan kuliah hari ini sudah dia masukkan ke dalam tas, termasuk tugas yang diberikan oleh si dosen killer Bapak Pramono Atmaja, dosen berumur empat puluh lima tahun itu tidak pernah mentolerir siapapun yang terlambat datang dan lalai mengumpulkan tugas.Salwa keluar dari kamarnya kemudian menutup pintu rapat-rapat, lantas menapaki anak tangga dan akhirnya sampai ke ruang makan.
Bab 4"Kamu di mana, Sayang? Kamu beneran mengantar Salwa ke kampus, kan?" Dua pertanyaan sekaligus meluncur manis dari mulut Airin saat panggilannya tersambung."Aku sedang di kantor, Sayang. Iya, tenang saja. Aku sudah antar Salwa ke kampus. Kamu sendiri di mana?" Regan balik bertanya."Ini sedang di butik," jawabnya."Di butik? Memangnya kamu kuat nyetir sendiri? Kamu masih sakit!" Suara Regan mendadak gusar."Aku tidak sakit. Aku hanya kelelahan dan sekarang kondisiku baik-baik saja," bantahnya."Kamu itu sakit, Sayang! Kita ke dokter nanti sore ya. Aku akan bikin janji temu dengan dokter terbaik di kota ini," bujuk Regan."Nggak usah, Sayang. Aku tidak sakit kok!""Kamu ini kenapa? Kenapa setiap kali aku menawarimu untuk memeriksakan kondisi kesehatan mu ke dokter, kamu selalu me
Bab 5"Rin ....""Jangan menangis, Lia. Aku sudah cukup bahagia dengan keadaanku sekarang. Aku mendapatkan seorang laki-laki yang tampan, suami yang menyayangiku dan gadis cantik yang menjadi putriku. Hidupku sudah sempurna, Lia. Jikalau tidak lama lagi aku akan di panggil Tuhan, aku akan pergi dengan damai, karena semua yang kuinginkan di dunia ini sudah terpenuhi.""Kamu terlalu pesimis, Rin. Betapa banyak orang yang menderita penyakit sepertimu, bahkan yang sudah divonis dokter akan meninggal pun masih tetap hidup. Tak ada yang bisa menerka usia seseorang.""Mungkin," sahut Airin. "Namun, sebelum semua kemungkinan itu terjadi, aku harus mempersiapkan segala sesuatunya. Aku tidak mau meninggal dunia dalam keadaan tidak siap.""Aku akan membantumu." Natalia buru-buru mengangguk. Dia tahu tak punya pilihan selain mengabulkan kehendak sahabatnya ini. "Nanti aku a
Bab 6Airin tengah berada di mobil. Sepasang matanya lurus menatap ke depan, mengemudikan kendaraannya dengan tenang. Sikapnya demikian dewasa, nyaris tanpa emosi yang berlebihan. Pembawaan kalem itulah yang dulu membuat seorang Regan Abbasy Ghaisan jatuh cinta kepadanya, meskipun jarak usia keduanya cukup jauh, yaitu delapan tahun.Perempuan ini begitu lincah meliuk-liuk menembus kemacetan jalanan ibukota. Sesekali ia memperlambat laju mobilnya. Dia benar-benar sabar meskipun di jam-jam sibuk seperti ini, segala macam umpatan bisa saja terlontar dari mulut para pengemudi yang tidak sabar ingin segera sampai ke tempat tujuan.Di salah satu perempatan lampu merah, dia menurunkan kaca mobil kemudian melempar pelan uang pecahan dua puluh ribu rupiah kepada seorang pengamen yang tengah bernyanyi di pinggir jalan. Airin hanya tersenyum saat ekor matanya menangkap sang pengamen kecil y
Bab 7"Bagaimana pendapat Daddy?" balas Salwa. Dia menatap daddynya dengan berani."Kalau pendapat kamu sendiri?" Regan balik bertanya sembari terus mengamati perubahan yang mungkin terjadi di wajah little girl-nya itu."Aku tidak tahu." Salwa menggeleng. "Bagiku Daddy adalah ayahku, karena aku tidak tahu siapa orang tuaku yang sebenarnya." Gadis itu menunduk. Ujung jarinya diketuk-ketuk kan ke meja demi meredam kegelisahan di dalam hati.Melihat itu, Regan meraih tangan Salwa dan menciumnya dengan lembut. "Kita sudah dipertemukan oleh takdir. Daddy hanya ingin tahu bagaimana pandanganmu terhadap Daddy. Seperti halnya dirimu, Daddy pun merasakan hal yang sama. Kamu adalah Little Girl-nya Daddy.""Tapi bagaimana dengan mommy?" Matanya menyorot sendu. "Aku paling tidak bisa melihat mommy bersedih apalagi sampai menangis. Mommy bisa meminta apa
Bab 8"Sebaiknya kita makan dulu, Mom," saran Regan yang segera berusaha menetralkan keadaan. Lelaki itu melirik Salwa sekilas.Dia tahu, mommynya akan segera kembali melontarkan kata-kata yang serupa sebelumnya, menyayangkan keputusannya untuk menikahi Airin, wanita single parent yang dianggapnya kaum rendahan."Ada Salwa disini. Jangan sampai little girl-ku mendengar kata-kata menyakitkan dari oma-nya." Regan bermonolog. "Dia masih terlalu kecil untuk mengetahui masalah orang tuanya."Airin dan Salwa saling berpandangan. Mereka kompak menarik kursi, kemudian duduk berdampingan. Sementara Regan duduk bersama ibunya.Airin mengambil piring kemudian mengisinya dengan nasi lalu menyerahkan kepada Regan"Mommy mau aku ambilkan nasi juga?" tawar Airin."Tidak usah! Aku bisa mengambil nasi sendiri." Perempuan tua itu menggeleng.