Share

Pemurnian Arwah

~~~~

“Pagi!”

“Pagi!”

Sesampainya di dalam kelas Sora langsung menempati tempat duduknya. Wajahnya masih memerah akibat kejadian tadi di depan apartemen. Sora merasa kejadian itu sangat memalukan, karena bisa-bisanya dia salah mengira orang itu adalah kakaknya dan memeluknya tanpa sadar.

Di dalam benak Sora dia sedang memikirkan Ryou, karena tadi dia berangkat tanpa bilang apa-apa kepada Ryou, bagaimana reaksinya jika Ryou tahu kalau dia meminta tolong kepada gurunya itu. Jantung Sora berdetak dengan cepat ketika dia sedang memikirkan Ryou.

“Selamat pagi.” sapa Ryou, Sora mendongak untuk menatap Ryou yang tengah berdiri di depan mejanya. “Pagi ini kamu menumpang Pak Hijiri, ya. Aku dengar dari Pak Guru. Syukurlah kamu baik-baik saja.”

Ryou mengatakan hal itu sambil tersenyum cerah seperti biasa, membuat Sora sedikit merasa kecewa karena ternyata hanya dia yang kepikiran.

“Hei, pagi-pagi jangan bermesraan, dong!”

“Eh! Kalian pacaran, kan?”

“Apanya sih yang bagus dari cowok banci kayak Ryou? Jangan-jangan gara-gara dia suka disiksa, ya? Ya, kan!”

Mendengar ucapan dari teman-teman laki-lakinya, Sora yang sedang kesal menjadi tambah kesal karena teman-temannya itu menjelek-jelekkan Ryou di depannya.

Sora berdiri, naik ke atas kursinya dan menendang laki-laki yang mengatai Ryou sambil menempatkan kakinya di depan wajah laki-laki itu yang sudah gemetar karena ketakutan.

“Coba katakana sekali lagi, akan kupatahkan hidungmu!” ucap Sora dengan tegas.

“Maaf, kutarik kembali kata-kataku.”

“Ini berlaku untuk kalian semua, ya!”

Setelah anak-anak itu berlari keluar dari kelas, Sora turun dari kursinya. Sora menghela napas, dia merasa aneh, padahal jika bukan berhadapan dengan arwah Sora bisa seberani itu sehingga membuatnya merasa sangat kesal.

“Seandainya aku bisa lebih berani, aku nggak perlu merasa dilema seperti ini.” gumamnya lalu bergegas untuk meninggalkan Ryou. Tetapi tiba-tiba saja Ryou menarik tangannya dan membuat Sora menghadap ke dirinya.

Ryou menangkup pipi Sora dengan kedua tangannya dan membuat Sora kaget atas perlakuan Ryou yang tiba-tiba.

“Apaan, sih?!” Sora menggengam pergelangan tangan Ryou dan mencoba untuk menyingkirkannya.

Tetapi bukannya melepaskannya, Ryou malah semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Sora.

“Sora … Kamu nggak sadar, ya?” ucapnya sambil melepaskan kacamatanya dan menempelkan dahinya ke dahi Sora.

Wajah Sora semakin memerah akibat perlakuan Ryou, teman-teman sekelas mereka yang melihat perlakuan Ryou pun diam-diam merona sambil menutup mulut mereka.

“Apa maksudmu, sih?! Banyak orang, nih!” ucap Sora sambil berusaha mendorong tubuh Ryou dan menutup matanya. Namun setelah beberapa saat tidak ada sesuatu yang terjadi, Ryou hanya menempelkan dahinya di dahi Sora.

“Tuh, kan. Kamu demam, nih,” ucap Ryou kemudian sambil memegang kepala Sora.

“Jangan bikin aku salah sangka, dong!” Sora menjauhkan tubuhnya segera dari Ryou dengan wajahnya yang sudah merah padam. Ini kejadian memalukan kedua di pagi hari yang sama setelah kejadian di depan apartemen tadi.

Tiba-tiba saja kepala Sora terasa berat dan pandangannya mulai berputar. Sora terjatuh di dekat kursinya membuat semua yang melihatnya menjadi panik.

“Sora!”

“To-tolong bawa ke UKS,” ucap salah seorang temannya.

“Biar aku saja yang membawanya.”

Ryou menghampiri sora dan menggendongnya ala bridal style lalu menyandarkan kepala Sora di dadanya kemudia membawa Sora menuju UKS.Teman-teman mereka yang melihat itu seketika terpana dengan sikap Ryou.

“Turunkan … aku bisa jalan sendiri!” pinta Sora Sambil berontak, namun Ryou tidak menurutinya dan bergegas menuju UKS.

“Nggak, begini lebih cepat.”

Setelah Ryou dan Sora keluar dari kelas, teman-teman mereka mulai membicarakan soal Sora dan Ryou.

“Sora bisa imut juga, ya.”

“Ryou ternyata hebat, ya!”

“Iya, dia membopong Sora.”

“Mereka serasi banget!”

Saat sampai di UKS, Ryou mengecek suhu tubuh Sora dan benar saja, suhu tubuhnya mencapai 39 derajat celcius dan di baringkannya Sora di tempat tidur.

“Kok, kamu bisa nggak sadar, sih. Hari ini Sora pulang saja, istirahat.” ucap Ryou.

Mendengar perkataan Ryou Sora menahan napasnya. Tubuhnya bergetar hebat, dia teringat dengan kejadian tadi pagi di kamarnya.

“Nggak mau!” tolak Sora dengan cepat. “Aku nggak mau pulang! Di kamarku ….” Sora menghentikan ucapannya lalu menghela napas sambil menunduk.

Ryou yang mengerti sikap Sora yang seperti itu langsung bisa menebaknya. “Ada arwahnya, ya?” tanya Ryou.

“Aku nggak mau curhat pada orang yang melindungiku hanya untuk menebus dosa.” kata-kata Sora membuat wajah Ryou berubah menjadi murung lagi.

“Betul perasaan itu memang ada. Tapi seperti yang pernah kubilang. Aku serius menyukaimu.” Ryou menjawabnya dengan pasti. Tetapi Sora melah membalikan badannya dan menutupi tubuhnya dengan selimut seakan tidak ingin mendengar penjelasan apa pun dari Ryou.

Tiba-tiba saja Ryou menarik selimut Sora dengan sedikit kasar dan naik ke atas kasurnya sehingga membuat Sora berbalik ke arahnya. “Selama ini aku nggak mengatakannya karena aku ingin segera melindungi Sora. Aku ingin Sora mengakuiku, meskipun untuk itu kamu harus terluka dulu.”

Karena kini posisi Ryou setengah menindihnya, Sora bisa melihat dengan jelas ekspersi Ryou yang terlihat sangat kacau, ekspersi sedih, cemas dan takut bercampur menjadi satu terlihat jelas di matanya. Kata-kata Ryou membuat hati Sora terenyuh.

Tiba-tiba saja tirai penutup terbuka dan menampilkan Hijiri di sana. “Anak-anak dilarang macam-macam, ya.”

Mendengar perkataan Hijiri Sora langsung mendorong Ryou hingga terjatuh dari kasur, wajah Sora berubah menjadi merah padam saking malunya, namun Ryou hanya memasang wajah polos dan berdiri di samping kasur seperti semula.

“Diserang, ya? Tenang saja. Arwah itu akan segera kubasmi.” ucap Hijiri yang membuat Ryou menatapya tajam, namun kemudian dia merubah pernyataannya dan duduk di pinggir kasur Sora.

“Aku benar-benar ingin berkata seperti itu, tapi kali ini aku hanya akan mensupport supaya cepat beres.” Hijiri menoleh ke arah Sora dan Ryou yang sedang memakai kaca matanya yang sedari tadi dia lepas, lalu menatap Sora lagi. “Dasar nona cengeng.” ucapan Hijiri membuat wajah Sora kembali memerah dan menatapnya dengan kesal.

~~~~

“Apa kabar, Bu? Saya Hijiri, wakil wali kelas Sora.”

“Waah, Pak Guru ganteng!”

“Ah, Ibu bisa saja.”

Sora pulang diantar oleh Hijiri dan Ryou, demi untuk mengusir arwah yang di lihat Sora tadi pagi karena tidak mungkin Jika Ryou yang datang sendirian ke rumah Sora. Hijiri bertugas untuk mengalihkan perhatian Ibu Sora dan Ryou harus segera memurnikan atau mengusir arwah-arwah yang ada di kamar Sora.

Ryou masuk diam-diam dengan peraaan khawatir ke kamar Sora di bantu oleh Sora. Setelah sampai di kamarnya Sora segera menutup pintu kamarnya.

“Tenanglah, sepertinya nggak ketahuan.” ucap Sora

“Syukurlah.” Ryou menghela napas lega.

“Sora, kamu menghadap kebelakang saja. Ini akan segera kuselesaikan.” ucapnya sambil mengeluarkan kipasnya dan melepas kacamatanya, namun bukannya melakukan apa yang diminta Ryou, Sora malah berkata kalau dia tidak ingin bersembunyi saja di balik tubuh Ryou.

“Nggak, aku mau lihat.”

“Baiklah kalau begitu, tetap berada di belakangku.” Ryou berjalan selangkah di depan Sora dan mulai membuka kipasnnya. “Wahai Dewa Chinju! Sang Dewa Pelindung! Terangilah mereka yang tersembunyi!”

Kipas merah Ryou mulai memancarkan cahaya di dalam kamar Sora, tiba-tiba saja mereka berdua di kejutkan dengan banyaknya arwah yang berkumpul di kamar Sora. Saat itu ada sekitar lima arwah yang muncul di kamar itu.

“Arwahnya berkumpul ….” ucap Ryou.

“Tapi … kenapa?” tanya Sora padanya dengan suara yang bergetar.

“Ini berbahaya. Aku harus segera menemukan penyebabnya.”

Sora yang melihat arwah-arwah yang berkumpul itu tiba-tiba menjadi sesak, tubuhnya tidak bisa di gerakan akibat energi negatif yang keluar dari arwah-arwah itu. Namun Ryou malah semakin melangkah kedepan sambil membawa kipas merahnya dengan berani dan berkata kepada Sora untuk menenangkannya.

“Tenanglah. Aku … nggak akan membiarkanmu terluka, sedikitpun!”

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status