Kembali ke London saat ini….
Morin menarik Darius bukan menuju keluar club tapi ke salah satu meja VIP di sisi lain club itu. Dan sepanjang jalan itu Darius sibuk melindungi Morin dari tersenggol pria lain, padahal suasana sedang sangat ramai. Dia kesal melihat cara para pria itu memandang Morin dengan tatapan buas.
Akhirnya mereka tiba di sebuah meja yang sepertinya diisi oleh teman Morin. Darius ingat pernah bertemu wanita itu di Jakarta dan dia juga mengenali pria yang duduk disana bersama teman Morin, Gavin Stefanus Lucas, pemilik Lucas Group. Ada beberapa teman pria itu juga disana. Darius menyapa mereka.
“Jisoo, aku mau balik dulu ya dengan Om Darius” Morin menyapa masih dengan suara riangnya. Keriangan yang berasal dari keberhasilannya memisahkan om tersayangnya dari jendis kegatelan itu. Tentu saja Morin tau siapa wanita itu. Salah satu saingannya dalam mengejar cinta om tersayangnya. Bukan Morin namanya kalau tidak melakukan riset menyeluruh sebelum maju berperang.
“Oh. kamu sudah selesai Morin?” tanya Jisoo. Dia agak terkejut. Mereka baru saja sampai sekitar satu jam yang lalu dan Morin bergerak mendekati Darius tidak sampai dua puluh menit yang lalu. Dan dalam waktu sesingkat itu, Morin sudah bisa membawa Darius berada di meja mereka sekarang. Pantas saja gadis itu hanya diam setelah mengetahui dimana posisi Om Darius berada, ternyata dia lagi mengatur strategi. Jisoo penasaran, Morin menggunakan trik yang mana?
“Iya. aku sudah lelah. Jadi aku mau pulang bersama Om Darius ke apartemennya.” Jisoo mengangguk menyetujui. Senyum bersekongkol tersungging di bibirnya.
“Apa?!” kali ini Darius yang menjawab. Perkataan Morin menarik perhatiannya yang sedang berbincang dengan Gavin.
“Ya memang mau pulang kemana lagi om?” tanya Morin sok polos.
“Kamu datang dengan siapa?” Morin menunjuk Jisoo sebagai jawaban.
“Ya sudah, kembali ke tempatnya lah” sahut Darius kesal.
“Oh gitu. Yaudah deh. Morin turun ke lantai dansa dulu lagi deh” Morin melepas jaket Darius.
“Tidak boleh!” kata Darius.
“Kenapa?” tanya Morin berlagak tidak mengerti.
“Kamu harus pulang sekarang!” kata Darius tegas.
“Tapi Om Gavin dan Jisoo belum mau pulang” jawab Morin tanpa bertanya pada yang bersangkutan dan Jisoo langsung manggut manggut meng-iya-kan perkataan Morin.
Gavin hanya diam memperhatikan interaksi itu dengan tertarik. Dia tau betapa absurdnya tingkah Morin sejak perkenalan mereka tiga tahun lalu. Gadis itu juga sudah menjelaskan bahwa kedatangannya sekarang ini ke London untuk membuat Darius jatuh cinta padanya. Dan dia penasaran apakah Morin akan berhasil? karena sudah banyak wanita yang mencoba mendekati Darius Hartadi dan gugur dengan mengenaskan. Catat mengenaskan!
“Kamu mau turun Morin? Biar aku temani kamu” sahut Julius, salah satu teman Gavin yang memang sedari awal sudah tertarik pada gadis itu.
“Tidak! Dia akan pulang!” kata Darius tegas.
“Jika kamu tidak mau bersamanya. Aku dengan senang hati menemaninya. Bukan begitu cantik?” pria itu mengerling pada Morin.
“Oh tentu sa…” jawab Morin dengan senyum manisnya.
“Tidak boleh!” Darius memotong perkataan Morin.
“Hei man! Kamu tidak berhak melarangnya. Memang kamu siapanya?” kata Julius. Pria itu mulai tidak senang.
“Dia sugar daddyku” Morin yang menjawab pertanyaan itu sembari mengedikkan sebelah bahu ke arah omnya. Membuat Darius kembali melotot pada gadis itu karena perkataannya barusan.
Pruffff… Gavin menyemburkan minuman yang baru disesapnya. Dia menatap horror pada Morin. Otak gadis ini pasti ada masalah!
“Ah begitukah.. Bagaimana kalau kau menjadi sugar babyku saja cantik. Aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan” jawab pria itu dengan senyum mesumnya. Ternyata mudah mendapatkan gadis ini, pikirnya.
“Benarkah? Tapi aku hanya mau menggunakan Hermes limited edition, dan harus menggantinya jika tipe terbaru sudah keluar.” Morin mengangkat tas Hermes Kelly di tangannya sekarang.
“Mobilku sekarang Bugatti Chiron dan Mercedes Maybach. Dan Om Darius sedang memesan apartemen The Hive untukku. Dia sangat mengerti kalau aku sangat menyukai sejarah Inggris sampai mau membelikanku apartemen yang memiliki view menghadap istana seharga lima puluh juta poundsterling. Apakah kamu bisa memberikan yang lebih dari itu?” tutup Morin dengan senyum manisnya yang membuat semua orang disana syok menatapnya, termasuk Gavin. Lalu mengalihkan perhatian mereka pada Darius yang mukanya masih flat tanpa ekspresi. Mereka tahu siapa Darius Hartadi dan seberapa kaya pria itu. Tapi membelikan seorang sugar baby barang barang semahal itu adalah hal yang luar biasa. Secantik atau sehebat apapun wanita itu diranjang! Dan itu belum termasuk segala jenis perintilan wanita lainnya yang pasti semua harus mahal.
Berbeda dengan teman temannya, Gavin menatap Darius dengan tatapan penasaran. Dia ingin mengetahui reaksi pria itu karena selama ini Darius Hartadi tidak pernah mau dekat dengan wanita manapun, bahkan gosip saja tidak pernah ada. Gosip yang beredar malah dia adalah seorang gay! Dan sekarang Morin lagi memberitahu semua orang jika mereka memiliki hubungan yang intim. Memang hanya gadis itu yang bisa berpikir segila ini dan berani melakukannya.
“Kurasa aku tidak sanggup” jawab pria itu lemah.
“Ayo kita pulang” kata Darius sambil menarik tangan Morin. Yang tanpa dia sadari mengkonfirmasi perkataan Morin sebelumnya mengenai hubungan mereka. Padahal Darius hanya bermaksud menghentikan kalimat ajaib lain yang mungkin keluar dari bibir lemes keponakannya ini. Dia pastikan akan mengantar keponakannya ini kembali ke tempat temannya lagi.
“Tunggu om, mantelku” kata Morin. Jisoo langsung mengambilkan mantelnya dan menyerahkan pada Morin.
“Okay. Bye semuanya” Morin melambaikan sebelah tangannya masih dengan senyum manisnya walaupun tubuhnya ditarik menjauh dari sana oleh Darius. Tidak lupa mengedipkan sebelah matanya pada Jisoo dan Gavin sebelum berbalik dan menggandeng tangan Darius.
“Temanmu itu pasti sudah gila” bisik Gavin pada istrinya. Matanya masih menatap kedua orang yang mulai menjauh itu.
“Oh, Morin memang seperti itu. Dia selalu tahu tujuan hidupnya dan membuat rencana untuk mencapainya. Dia bahkan menulis buku strategi yang dinamai Trik Jitu Menuju Altar Bersama Om Darius. Disana dia menuliskan semua informasi yang diketahuinya tentang Om Darius. Mulai dari tanggal lahir, waktu bisa merangkak, berdiri dan berjalan, makanan kesukaan, hobby, dan semua moment penting Om Darius. Bahkan dia berhasil mendapatkan foto foto masa kecil dan moment penting Om Darius yang disusun rapi disana. Dia juga bertanya pada keluarganya untuk mengetahui sifat dan kepribadian Om Darius. Lalu Morin menuliskan setiap ide yang muncul untuk membuat Om Darius jatuh cinta padanya. Termasuk cara membasmi hama di sekeliling Om Darius. Hal itu dilakukan sejak usianya sebelas tahun. Sampai sekarang dia sudah menulis tiga buku. Dan aku penasaran trik mana yang dia gunakan tadi? Jelas trik itu berhasil” jelas Jisoo senang sambil bertepuk tangan atas keberhasilan Morin membuat Darius membawanya ke apartemen pria itu.
Gavin menatap horror istrinya yang terlihat bangga dengan keberhasilan temannya memanipulasi Darius. Untung istrinya ini lola, tidak mungkin akan terpengaruh kelakuan absurd Morin walau mereka bersahabat.
Mengingat bagaimana dirinya dulu berhasil dimanipulasi oleh Morin dan Sissy, serta cerita istrinya tentang buku trik itu membuat Gavin bersimpati pada Darius Hartadi yang menjadi objek obsesi Morin.
Jika Morin hanya membutuhkan waktu beberapa minggu untuk membuat rencana memanipulasi dirinya, yang membuat dirinya hampir gila saat itu karena berpikir sudah kehilangan istrinya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana mengerikannya rencana yang disusun matang oleh gadis itu selama enam tahun hanya untuk satu tujuan, menjerat Darius Hartadi!
Dia berani bertaruh dengan seluruh hartanya. Pria malang itu tidak akan bisa keluar dari jaring yang dirajut Morin!
****
nah sekarang Morin sudah berhasil masuk ke kehidupan Darius
terus dukung dan vote Morin yah kakak kakak cantik
Morin agak kesulitan mengikuti langkah kaki Darius, selain kakinya lebih pendek dari pria itu, dia juga menggunakan heels sepuluh sentimeter, yang membuatnya semakin sulit berjalan cepat.“Om, jangan cepat cepat. Nanti kakiku keseleo.” kalimat itu membuat Darius memperlambat langkahnya, walau pria itu tetap tidak melihat padanya.Saat memasuki lift untuk menuju parkiran basement barulah tatapan mereka bertemu kembali. Dengan heels setinggi sepuluh centimeternya, tinggi tubuhnya menjadi tidak terlalu jauh dari Darius. Tinggi badannya sekarang seratus enam puluh delapan sentimeter ditambah heels itu menjadi seratus tujuh puluh delapan sentimeter. Hanya selisih tujuh senti dari tinggi Darius. Hanya saja dirinya tetap terlihat kecil disebelah Darius yang memang memiliki tubuh gagah yang tinggi besar.Saat itulah Morin mulai menggunakan jaketnya kembali. Dia bahkan tidak berharap omnya akan membantunya, dia tahu omnya tidak peka dan dia tidak keberatan me
Setelah berulang kali tidak berhasil menghubungi Gavin, akhirnya Darius menyerah dan memutar mobilnya menuju apartemennya. Morin yang menyadari Darius sudah tidak berniat bertanya apapun lagi padanya hanya menatap keluar kaca jendela. Gadis itu harus mengigit bagian dalam pipinya agar tidak tersenyum dan bersorak.“Kapan kamu tiba disini?” perkataan Darius menarik Morin dari lamunan euforianya. Dimana dia sedang menimbang apa saja yang akan dia lakukan di apartemen Darius setelah ini. Dia sudah hafal di luar kepala semua trik yang ada dalam buku strateginya.“Kemarin Om”“Kenapa tidak menghubungiku?”“Morin takut mengganggu om, sepertinya om sangat sibuk. Om bahkan sudah dua tahun tidak pulang ke Indonesia.”“Hm.. belakangan aku memang tidak bisa lama meninggalkan pekerjaanku. Sedangkan kembali ke Indonesia pasti tidak sebentar.” Darius melirik Morin saat mengatakan hal itu. Dulu ana
Pukul delapan pagi Darius sudah bersiap untuk berangkat ke kantornya. Saat keluar dari kamar, dia tidak melihat Morin. Mungkin gadis itu masih jetlag karena gadis itu bilang dia baru tiba kemarin lusa. Jadi dia tidak tega untuk membangunkan Morin untuk mengantar gadis itu ke tempat Gavin. Akhirnya dia memutuskan untuk pulang lebih cepat hari ini, nanti sore saja dia mengantarkan Morin ke tempat Gavin. Setelah menyiapkan sarapan untuk gadis itu, Darius berangkat ke kantor.Tidak lama setelah pintu apartemen ditutup, Morin keluar dari kamarnya. Gadis itu sebenarnya sudah bangun dari jam tujuh, tapi dia tidak berani keluar kamar. Dia tidak mau diseret Darius pagi pagi ke tempat Jisoo, tidak ada alasan bagi Om Gavin untuk tidak mengangkat teleponnya saat Darius menghubungi di pagi hari seperti ini.Morin tiba di London lima hari yang lalu, tapi dia sengaja tidak mencari Darius dari saat dia tiba. Hari ini adalah waktunya Jisoo dan Om Gavin kembali ke Jakarta. O
Darius kesal setengah mati. Dia menyadari kalau dia sudah masuk jebakan keponakan bandelnya. Selain harus mengurus keponakannya selama di Inggris, nanti dia juga harus mengantarkan anak ini pulang tanpa cacat* sedikitpun, atau dirinya akan habis oleh ibunya. Dan sekarang dia harus tahu apa yang sebenarnya membuat anak itu memaksa tetap disini.“Apa yang kau inginkan Morin?” tanyanya. Matanya menyipit curiga menatap keponakannya.“Melihat kampus tempat aku kuliah. Kan barusan Morin sudah bilang” jawab Morin polos sembari mengerjapkan bulu matanya. Padahal dalam hatinya sudah deg deg-an melihat cara Darius melihatnya.“Yang sebenarnya Morin?” kalimat itu lebih mirip tuduhan daripada pertanyaan.“Tentu saja sebenarnya” Jantungnya sudah seperti mau copot melihat ekspresi dingin Darius.“Aku tahu ada yang kau rencanakan” sekarang suaranya-pun sedingin cuaca di luar.“Kan sudah aku
Darius tidak menolak saat Morin menggandeng tangannya yang membuat gadis itu senang, padahal sebenarnya Darius tidak mempermasalahkan hal itu karena masih menganggapnya anak kecil yang sedari dulu suka menggandeng tangannya.Saat menunggu lift, Morin yang sudah penasaran sedari tadi akhirnya bertanya“Bagaimana cara om menemukan aku?”“Tentu saja dari GPS tracking yang kamu pasang di ponsel om” itu adalah tracking dua arah, jadi kedua belah pihak bisa saling memantau.“Om tahu?” mata Morin membelalak kaget. Darius yang melihat reaksi keponakannya menjadi bingung.“Bukannya memang kamu sengaja memasang itu untuk memberi tahu saya dimana posisi kamu. Agar saya bisa mengetahui dimana mencari dirimu?” tanyanya.Morin hanya diam. Tidak mungkin dia mengakui kalau GPS itu dia pasang untuk memata matai omnya. Malah sekarang omnya berpikir dia memasang GPS itu karena takut menjadi anak hilang di negara
Darius segera menyelesaikan makannya dan langsung masuk ke kamarnya, tepatnya ke kamar mandi. Dia sengaja mandi dengan menggunakan air dingin untuk meredakan panas yang tiba tiba datang tadi, padahal sekarang sedang musim dingin. Dia harus mengeyahkan pemandangan pinggang ramping dan mulus Morin dari otaknya. Namun bukannya bayangan itu hilang tapi malah ditambah bayangan tengkuk dan bahu mulus Morin yang dilihatnya semalam.Darius masih berdiri di bawah pancuran air dingin. Dia bingung dengan reaksi tubuhnya sendiri. Setelah sekian lama dia hidup sendiri dan tidak pernah menyentuh wanita, mengapa baru sekarang tubuhnya bereaksi seperti saat dirinya puber? Dan mengapa harus tubuh keponakannya yang bisa membuat pikirannya kemana mana? Tiba tiba sebua
Tiga puluh menit kemudian mobil itu berhenti di lobby Volle Tower. Morin turun dan masuk ke dalam bangunan itu. Dia memperhatikan tidak ada perubahan yang signifikan dari terakhir kali dia kesini tiga tahun lalu. Dia berdiri di lobby menunggu Raymond yang memakirkan mobil.Sekali lagi penampilannya menarik perhatian orang orang disana, selain karena rambutnya yang berwarna ungu, dia juga tidak menggunakan pakaian kerja, dia lebih tampak seperti artis yang sedang mau syuting film.Suasana lobby itu agak sepi karena sekarang baru jam tiga. Tidak lama kemudian, Raymond sudah masuk ke dalam lobby dan menghampirinya.“Mari ikut saya nona” kata pria itu dan Morin berjalan di belakang pria itu dan ikut naik lift menuju ruangan omnya.Namun sepertinya hari ini
Morin hampir menangis terharu saat Darius berbisik di telinganya“Begini cara kerjanya”Eh? Cara kerja?“Jika kau menekan berlian yang berada di bagian atas, dia akan langsung merekam dan rekaman itu akan langsung masuk ke ponselku.” Darius menekan berlian itu untuk memberi contoh.Rekaman apaan?“Dan jika kau dalam bahaya. Kau bisa menarik bandulnya seperti ini dan akan ada alarm bahaya yang masuk ke ponselku dan lokasi ter-akurat-mu akan terlihat.” Darius menarik bandulnya hingga terlepas. Dan ponsel darius langsung berbunyi pip pip pip pip“Awww” ringis Morin saat anting itu ditarik paksa hingga bandulnya lepas.“Apa kau mengerti?” tanya Darius.“Mengerti apa?” tanya Morin masih syok. Otaknya sedang mencoba mengerti apa yang sebenarnya terjadi?“Cara kerja alat ini” jawab Darius sembari menunjukkan bandul yang sudah l