Darius melanjutkan pekerjaannya kembali setelah mendapatkan pencerahan dari Diego. Sekarang perasaannya sudah tenang sehingga dia bisa bekerja dengan baik.Tidak lama James, salah satu asistennya datang untuk mengantar dokumen yang harus dia tanda tangani.“Apa saja jadwal saya setelah ini?” tanya Darius lagi karena sejak pagi dia kurang fokus. James sedikit terkejut karena biasanya bosnya tidak akan lupa jadwal karena dia sudah menginformasikan hal itu tadi pagi.“Jam tiga ada pertemuan dengan Emerald Co untuk membahas gedung yang akan mereka bangun. Jam empat sampai jam lima nanti ada meeting internal” jawab James. Darius tampak berpikir sebentar, lalu dia berkata.“Pesan buket bunga mawar ungu dari tempat biasa dan cokelat dari Berry n Co, praline strawberry mix dengan kotak berwarna ungu dan pita merah. Pastikan kedua barang itu sampai disini jam lima” kata Darius dengan suara datanya. Otak Darius yang memang sangat
Mereka sampai di restoran itu satu jam kemudian. Morin menyelipkan tangannya di lengan Darius saat mereka masuk ke restoran itu. Sepertinya Darius sudah terbiasa dengan hal itu hingga tidak pernah protes lagi pada Morin. Namun tanpa dia sadari, dia menjadi pusat perhatian disana. Banyak rekan bisnisnya yang juga sedang makan disana.Mereka terkejut saat melihat Darius Hartadi yang kata orang orang adalah gay dan tidak pernah dekat dengan wanita, sekarang sedang bergandengan tangan dengan seorang gadis belia bersurai ungu. Mereka lebih tampak seperti ayah dan anak daripada pasangan kekasih.Sebenarnya gosip sudah menyebar luas, Darius Hartadi yang ternyata normal dan sekarang memiliki sugar baby seorang gadis asia bersurai ungu. Namun banyak orang yang tidak mempercayai hal itu, karena selama ini juga sudah banyak gosip pria itu dekat dengan wanita, namun tidak ada yang bisa dibuktikan kebenarannya hingga yang kali ini. Mereka melihat sendiri pria itu memban
“Se-seperti a-apa?” Morin tidak pernah setakut ini pada omnya, sebuah perasaan tidak aman akan keselamatan dirinya. Otaknya mulai berpikir untuk melarikan diri dari situasi ini. Tapi bagaimana caranya jika omnya saja sekarang mengurung dirinya dengan tubuhnya? Dan dia juga tidak tega memukul omnya dengan ilmu bela dirinya.Sebuah ide akibat kepepet muncul.“Saat kau me..” kalimat Darius berhenti saat dia merasakan tangan Morin mengelus dadanya dan perlahan turun ke perut, sekarang tangan itu berada di kancing celananya. Hal itu membuat Darius langsung mundur dan menatap Morin dengan syok.“Apa yang kau..” belum selesai perkataan Darius, Morin sudah melesat keluar dari ruangan itu, berlari sekuat tenaga menuju kamarnya. Dia membanting pintu kamarnya dan langsung menguncinya.Morin bahkan sekarang berpikir barang apa yang bisa dia gunakan untuk menahan pintu itu jika omnya berniat membuka pintunya menggunakan
“Kamu memang tidak pernah salah memilih orang, bahkan untuk seorang kekasih” kata Angelina tersenyum sambil melihat Morin yang sedang masuk ke dalam aula. “Terima kasih” jawab Darius datar. Dia tidak mungkin menjelaskan hubungan antara dirinya dan Morin yang sebenarnya. “Gadis itu akan bisa menaklukan dunia jika kau menikahinya” kata Angelina lagi. “Seperti dirimu?” Darius tersenyum miring. “Mungkin lebih. Aku masih harus merangkak dari bawah dan terus mencoba peruntunganku. Sedangkan dirinya, dia lahir dengan sendok emas. Dan dengan dirimu yang membimbing di sisinya, dia tidak akan salah melangkah” jawab Angelina. Dan jawaban itu membuat Darius menegang. Bagaimana Angelina bisa mengetahui latar belakang Morin? “Sekali lihat saja saya sudah bisa mengetahui kualitas dirinya. Dia membawa kepercayaan diri dan sikap sempurna yang hanya dimiliki gadis kelas atas” kata Angelina saat menyadari perubahan ekspresi Darius. “Saya permisi sebentar
“Kamu yakin mau menjadi asisten Angelina Piter?” tanya Darius. Itu adalah kalimat pertama yang dikatakan Darius setelah dia melajukan mobilnya meninggalkan gedung pertemuan tadi. “Iya. mengapa om menanyakan sampai berkali kali? Om tidak perlu khawatir. Aku tidak akan menyusahkan tante Angelina” jawab Morin. Sekarang dia memanggil wanita itu dengan sebutan tante, karena Angelina sudah meminta dia memanggil dengan namanya dan dia menganggap kalau wanita itu tidak menginginkan hubungan yang terlalu formal. “Dia yang akan menyusahkanmu. Angelina adalah orang yang perfeksionis” kata Darius lagi. Dia khawatir Morin akan dimarahi oleh Angelina jika membuat kesalahan sekecil apapun itu. “Lebih menyusahkan daripada om?” tanya Morin sambil menoleh pada Darius. “Aku tidak menyusahkan asistenku” jawab Darius melirik Morin sebentar lalu matanya kembali melihat jalan di depannya. Asistennya sudah terbiasa dengan cara kerjanya, dan mereka jarang membuat kesala
Setelah tiga menit, masih belum ada yang mengalah dan mengalihkan lirikan maut itu. Namun Morin tiba tiba berdiri dan berjalan menuju pantry. Tidak lama gadis itu kembali dengan membawa gelato. Seperti perkataanya di tempat acara tadi, dia mau pulang dan makan gelato.Morin mengabaikan omnya dan terus menatap layar televisi sambil makan gelatonya. Otaknya tentu saja tidak berada disana, dia sedang memikirkan sampai kapan acara marahan ini akan selesai? Dia memang kesal karena omnya bertindak otoriter, tapi dia juga penasaran apa yang membuat omnya marah? Omnya ini sangat jarang marah apalagi memperlihatkan emosi. Dia sendiri saja sudah mencobai kesabaran omnya berkali kali, namun tidak pernah melihat ekspresi mau membunuh orang seperti barusan. Hari ini adalah pertama kalinya dia melihat omnya marah, pertama saat mengetahui ada yang berniat melukainya dan barusan yang entah karena apa?
Setelah menunggu yang menurutnya cukup lama tapi dia juga tidak jelas berapa lamanya, akhirnya Morin merebut ponsel yang sedang digunakan oleh omnya dan menyembunyikannya di dalam saku celananya. Dia yakin omnya tidak akan berani mengambil ponsel itu. “Morin” panggil Darius tidak suka melihat tindakan keponakannya. Dia lalu mengulurkan tangan meminta ponselnya dikembalikan. Namun bukannya mengembalikan ponselnya, Morin malah memegang tangan omnya dan meletakan tangan itu kembali ke kepalanya yang masih berada di paha omnya dan kemudian menutup matanya kembali. Darius terdiam menyadari maksud Morin, karena itu berarti gadis itu sudah terbangun sejak tadi sehingga tahu kalau dia membelai kepala dan wajah gadis itu. Tiba tiba wajahnya merona karena malu, ketahuan melakukan hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya.
Morin menyandarkan kepalanya di bahu omnya. Moodnya kembali membaik karena pelukan itu menghantarkan kehangatan dari tubuh omnya yang membuat tubuhnya relaks. Dia sangat menyukai berada di pelukan omnya sejak pertama kali pria itu memeluknya saat mereka berada beradu nyawa menggunakan sebuah parasut agar bisa selamat mendarat di tanah.Dia tidak tahu kenapa omnya masih memeluknya? tapi mengetahui omnya adalah tipe pria yang tidak suka berdekatan dengan wanita dan selama ini pasti dia yang melemparkan diri ke pelukan omnya. Jadi dia menganggap ini adalah jackpot.Namun tiba tiba dering ponsel omnya mengganggu kesenangan Morin. Ponsel lagi ih! Lama lama aku silent trus sembunyiin aja tu ponsel. Gerutu Morin dalam hati.Darius melepaskan sebelah tangannya dari pelukan itu