Setelah tiga menit, masih belum ada yang mengalah dan mengalihkan lirikan maut itu. Namun Morin tiba tiba berdiri dan berjalan menuju pantry. Tidak lama gadis itu kembali dengan membawa gelato. Seperti perkataanya di tempat acara tadi, dia mau pulang dan makan gelato.
Morin mengabaikan omnya dan terus menatap layar televisi sambil makan gelatonya. Otaknya tentu saja tidak berada disana, dia sedang memikirkan sampai kapan acara marahan ini akan selesai? Dia memang kesal karena omnya bertindak otoriter, tapi dia juga penasaran apa yang membuat omnya marah? Omnya ini sangat jarang marah apalagi memperlihatkan emosi. Dia sendiri saja sudah mencobai kesabaran omnya berkali kali, namun tidak pernah melihat ekspresi mau membunuh orang seperti barusan. Hari ini adalah pertama kalinya dia melihat omnya marah, pertama saat mengetahui ada yang berniat melukainya dan barusan yang entah karena apa?
Setelah menunggu yang menurutnya cukup lama tapi dia juga tidak jelas berapa lamanya, akhirnya Morin merebut ponsel yang sedang digunakan oleh omnya dan menyembunyikannya di dalam saku celananya. Dia yakin omnya tidak akan berani mengambil ponsel itu. “Morin” panggil Darius tidak suka melihat tindakan keponakannya. Dia lalu mengulurkan tangan meminta ponselnya dikembalikan. Namun bukannya mengembalikan ponselnya, Morin malah memegang tangan omnya dan meletakan tangan itu kembali ke kepalanya yang masih berada di paha omnya dan kemudian menutup matanya kembali. Darius terdiam menyadari maksud Morin, karena itu berarti gadis itu sudah terbangun sejak tadi sehingga tahu kalau dia membelai kepala dan wajah gadis itu. Tiba tiba wajahnya merona karena malu, ketahuan melakukan hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya.
Morin menyandarkan kepalanya di bahu omnya. Moodnya kembali membaik karena pelukan itu menghantarkan kehangatan dari tubuh omnya yang membuat tubuhnya relaks. Dia sangat menyukai berada di pelukan omnya sejak pertama kali pria itu memeluknya saat mereka berada beradu nyawa menggunakan sebuah parasut agar bisa selamat mendarat di tanah.Dia tidak tahu kenapa omnya masih memeluknya? tapi mengetahui omnya adalah tipe pria yang tidak suka berdekatan dengan wanita dan selama ini pasti dia yang melemparkan diri ke pelukan omnya. Jadi dia menganggap ini adalah jackpot.Namun tiba tiba dering ponsel omnya mengganggu kesenangan Morin. Ponsel lagi ih! Lama lama aku silent trus sembunyiin aja tu ponsel. Gerutu Morin dalam hati.Darius melepaskan sebelah tangannya dari pelukan itu
Morin memejamkan matanya, menunggu momen yang sudah dia tunggu selama tujuh tahun terakhir..Ting tongMorin perlahan membuka matanya, alisnya mengerut merasa mendengar bunyi bel jaman klasik itu.Begitu juga dengan Darius yang tersadar dari apa yang hampir dia lakukan. Tiba tiba dia membuka matanya dan melihat wajah Morin yang begitu dekat dengan wajahnya, bahkan dia bisa merasakan hembusan nafas gadis itu.Darius langsung memundurkan tubuhnya hingga menempel di sofa, wajahnya merona menyadari sedikit lagi dia akan melumat bibir keponakannya sendiri! Morin cemberut melihat reaksi omnya saat menyadari apa yang akan mereka lakukan tadi.Ting tong
“Misi satu selesai bos” katanya. Pria itu lalu mengganti pakaian, helm dan motornya dengan motor lain serta semua perlengkapan baru yang sudah disiapkan disana. Dia memasukkan semua perlengkapan yang sudah dia lepaskan tadi ke dalam tas dan membuangnya ke tempat sampah yang ada di dekat sana, lalu pergi menggunakan motor baru melalui gang lain untuk menjalankan misi selanjutnya. Tidak lama kemudian datang seseorang menggunakan ransel menghampiri motor itu. Dia menyemprotkan cat khusus motor pada motor tersebut untuk merubah warnanya dan mengganti plat motor itu, lalu mengambil tas yang tadi dibuang temannya dari tempat sampah dan menukarnya dengan tas serupa yang tadi digunakannya, tas itu berisi jaket dan helm dengan warna yang berbeda. Dia sudah terbiasa melakukan hal semacam ini dalam kegelapan malam, keahliannya memang untuk memanipulasi keadaan aga
Darius kembali mengerutkan alisnya untuk entah ke berapa puluh kalinya hari ini, padahal sekarang baru jam dua siang. Satu, saat pagi saat dia bangun dan keluar dari kamarnya, dia melihat Morin sedang menyiapkan sarapan nasi goreng. Ini pertama kalinya dia melihat anak itu membuat makanan selain makanan instan atau roti. Dua, gadis itu menyapanya dengan sangat sopan. Padahal kemarin Donny bilang kalau kelakuan aneh Morin hanya akan bertahan semalam. “Selamat pagi Om Darius. Hari ini Morin memasak nasi goreng. Apakah om mau mencobanya?” tanya gadis itu sambil tersenyum sopan. “Eh, boleh” jawabnya sedikit kagok. Dia tidak nyaman dengan gadis asing berwajah keponakannya ini. “Morin juga sudah menyiapkan kopi untuk om.
Saat keluar dari pintu kamarnya, Darius menyadari kalau Morin masih belum kembali seperti semula. Sekali lihat saja dia sudah tahu. Gadis itu sekarang sedang duduk tegak di meja makan sambil mengolesi roti dengan selai. “Selamat pagi Om Darius” sapa Morin dengan senyum sopan. “Pagi” jawab Darius. “Maaf karena pagi ini terburu buru dan Morin tidak sempat membuatkan sarapan” kata Morin dengan tatapan meminta maaf yang semakin membuat Darius jengah. Semalaman dia memikirkan apa yang membuat keponakannya berubah seperti ini? Rasanya dia tidak tenang saat memikirkan kalau pagi ini keponakannya masih belum kembali, dan sekarang itulah yang terjadi! “Morin” panggilnya. “Iya om” Morin menoleh saat omnya memanggilnya.
Angelina mengerutkan keningnya saat membaca kontrak yang diberikan Darius. Sudah jelas pria itu sangat kompeten dalam pekerjaannya, tapi bagaimana bisa pria itu membuat kontrak yang konyol seperti ini? Dia meletakan kontrak itu lagi di meja dan menatap pria di depannya. “Maaf, bisa anda jelaskan kenapa kontraknya seperti ini?” tanya Angelina. “Pertama, Morin bukanlah orang biasa, jadi saya tidak mau namanya ditampilkan. Kedua, dia tidak boleh menggunakan pakaian yang terbuka karena itu tidak pantas. Ketiga” Darius berhenti menjelaskan saat Angelina mengangkat tangannya. “Mengapa tidak pantas? Dan seterbuka apa yang anda maksud?” tanya Angelina. “Dia baru tujuh belas tahun. Dan yang saya maksud terbuka disini adalah dada, bokong, paha tidak boleh terlihat” jawab Dariu
Kembali ke Jakarta sebentar..BRAK“Kak” Darren membanting terbuka pintu ruang kerja Donny dan masuk seperti banteng mengamuk. Donny yang sedang memeriksa dokumen mengangkat wajahnya. Melihat wajah adiknya yang seperti baru melihat hantu, dia tahu pasti ada masalah. Masalah yang besar!“Ada apa Darren” tanya Donny. Dia mempersiapkan diri untuk menerima berita buruk.“Lihat ini” Darren menyodorkan ponselnya. Dan Donny melihat pesan dari salah satu rekan kerja mereka yang baru kembali dari Inggris.Orang itu menginformasikan kalau Darius sekarang memiliki sugar baby, gadis asia belia yang cantik dengan rambut berwarna ungu. Orang itu juga menceritakan gosip yang lagi hangat di Inggris,