Darius dan Morin langsung kembali ke mode kerja mereka. Karena baginda ratu sudah bertitah, maka mereka harus mematuhi. Mereka harus tiba di rumah sebelum jam makan malam. Mereka tiba di rumah Rosaline jam tujuh kurang lima menit. Pas lima menit sebelum acara makan malam. Selain mereka, semua sudah duduk di meja makan termasuk para anak anak. Pelayan sedang menata makanan di meja. Seperti permintaan Diego pada Rosaline untuk memasak, menu hari ini adalah masakan Italy.“Ah, pizza kesukaanku” kata Morin saat duduk di kursinya dan melihat menu diatas meja. Ternyata sekarang tempat duduknya berada di sebelah om tercintanya yang sekarang sudah melepaskan jas dan dasinya.“Kau yakin tidak mau menikah denganku bella? Aku bisa memasakkannya untukmu setiap hari” kata Diego yang baru datang dari dapur membawa lasagna yang baru matang.“Tidak” jawab ketiga kakak beradik itu serempak, lagi.“Sepertinya aku melamar wanita, tapi yang menjawab pria” kata Diego tertawa sambil meletakkan lasagna itu
“Itu artinya dia mengatakan kalau dia akan baik baik saja, jadi jangan mengganggu mereka apapun yang terjadi” kata Monika menjawab kebingungan mereka, yang langsung menjadi pusat perhatian di meja itu. Semua orang menatapnya penasaran.“Apa maksudmu sayang?” tanya Donny menyipitkan matanya menatap istrinya curiga.“Ini bukan pertama kalinya aku melihat ekspresi seperti itu” jawab Monika.“Monika..” panggil Donny penuh peringatan. Apakah sebelumnya istrinya ini pernah membiarkan Morin melakukan hal hal gila semacam tadi dengan pria lain? Reaksi istrinya itu seakan ini bukanlah hal yang besar, padahal dirinya sudah hampir melompat dari kursinya untuk membantu putrinya itu sebelum melihat seringai mencurigakan Morin.“Tenang saja Don. Kita lihat berapa lama kak Darius akan keluar dari kamar Morin dengan wajah frustasi” jawab Monika santai.“Siapa sebelumnya yang seperti itu?” tanya Darren."Edward Wallace. Mariska membuat pria itu setengah gila setelah pria itu keluar dari kamarnya malam
klikDarius menurunkan Morin setelah dia mengunci pintu kamar gadis itu dan memasukkannya ke saku, memastikan gadis nakal ini tidak bisa tiba tiba kabur. Dia memegangi kedua lengan atas gadis itu saat Morin limbung karena tubuhnya tidak seimbang akibat baru kembali menginjak tanah lagi.“Kau tidak apa apa?” tanya Darius yang membuat Morin langsung mendelik pada pria itu.“Om pikir saja sendiri” kata Morin jutek. Tangannya sekarang masih belum bisa digerakan karena masih terikat baju omnya, dia merasa jadi mirip tahanan.Darius membalik tubuh Morin dan membuka ikatan dari kemejanya, namun ternyata itu adalah sebuah kesalahan karena di depan mereka ada kaca seukuran tubuh yang langsung memantulkan tubuh Morin karena kemejanya hanya tersampir di bahu gadis itu. Yang paling menantang adalah bra berwarna merah itu, yang bisa membuat pikiran pria normal manapun traveling kemana mana, apalagi ukuran aset Morin itu cukup fantastis. Darius
“Bagaimana tidurmu bella?” tanya Diego saat Morin menghampirinya di pantry setelah makan siang.“Sangat baik” jawab Morin sambil tersenyum lebar.“Berbanding terbalik dengan Darius yang sepertinya tidak bisa tidur sepanjang malam” kata Diego sambil tertawa dan dibalas dengan seringai licik Morin.“Om kemana ya?” tanya Morin penasaran. Dia melihat mood omnya itu sangat buruk hingga tidak ada yang berani berbicara saat sarapan. Pria itu bahkan tidak mau menatapnya sama sekali walaupun dia duduk di sebelah omnya itu. Dan begitu selesai sarapan, omnya langsung pergi. Pria itu juga tidak kembali saat makan siang.Sekarang dia sedang di pantry bersama Diego yang sepertinya semalam menginap karena dia menemukan pria itu sudah duduk di meja sarapan tadi pagi.Papa, mama dan Om Darren sekeluarga sudah pulang dari semalam sepertinya.Pria itu sekarang sedang menyiapkan perlengkapan untuk membuat kue
“Seperti ini” bisik Diego lagi sambil mengolesi krim kue yang ada di pisau itu ke leher Rose.Mereka masih saling bertatapan dengan tajam saat sebuah suara menginterupsi mereka. “Tidak baik menggoda istri orang, Diego” kata Sissy menggoda mereka. Bagi mata awam, mereka terlihat seperti orang yang sedang bermesraan. Konsentrasi acara menguping Sissy, Jenny dan Jisoo diinterupsi karena tontonan di depan mata. Jenny tidak sengaja menoleh pada Rose karena tidak melihat wanita itu ikut menguping dan dia melihat Rose dan Diego sedang bertatapan sambil tangan Diego memegangi pergelangan tangan Rose yang sedang memegang garpu kue. Dia langsung menyikut kedua temannya untuk menonton live show yang lebih menarik daripada menguping di pintu yang sulit terdengar suaranya itu.Rose langsung memundurkan tubuhnya dan berjalan ke toilet. Wajahnya memerah karena malu terlihat oleh teman temannya seakan dia sedang bermesraan. Diego tersenyum melihat wajah wanita itu yang merona.“Lebih baik kau suruh
Darius membuka pintu kamarnya untuk berbicara dengan Diego. Mereka harus segera membereskan urusan Rose agar tidak membahayakan Morin. “Di-” belum sempat Darius memanggil Diego, terdengar suara barang jatuh. BRUK Darius mengerutkan alis melihat ketiga teman Morin terjatuh di depan pintu kamarnya. Apa yang mereka lakukan di depan kamarnya bertigaan begitu? Ketiga wanita itu yang sekarang terduduk di lantai balas menatapnya sambil memamerkan senyum yang dipaksakan. “Ngg… itu om. Kami baru saja mau mengetuk pintu kamar om. Om Gavin sejak tadi sudah menunggu di ruang tamu” kata Sissy. “Iya betul om. Gavin sejak tadi sudah menunggu di ruang tamu” kata Jisoo mengulang perkataan Sissy, berusaha menyakinkan Darius. Darius yang menyadari kalau dia melupakan janjinya dengan Gavin langsung berjalan menuju ruang tamu. Dia tiba tiba berhenti dan menoleh, mencari sosok wanita pembuat masalah kali ini dan tidak menemukannya. “Dimana Rose Willem Baskara?” tanya Darius pada ketiga teman wanita
Ternyata betul apa yang dikatakan Jenny. Begitu mereka sampai di Volle Hotel, mereka disambut barisan bodyguard yang terus mengikuti mereka hingga ke ruang karaoke hotel. Bahkan mereka tidak mau keluar walaupun sudah diusir. Lah, bagaimana mereka mau bergosip kalau ada banyak telinga yang menguping?“Kalian kan bisa menunggu di luar saja” komplain Morin dengan kesal untuk kesekian kalinya.“Maaf nona, Tuan Darius sudah memberitahukan kalau harus ada minimal empat orang yang menemani nona dan teman teman nona” jawab bodyguard itu lagi.“Aaahhhhhh!!!!” teriak Morin kesal. Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.“Om Jaya, ke Volle Hotel sekarang! Morin kesaalllll!!!!” adu Morin pada Jaya. Dan tidak sampai dua puluh menit kemudian, Jaya sudah berada di ruangan itu.“Om Jaya. Usir mereka semua. Om saja yang disini” perintah Morin.“Maaf Nona Morin, tapi kami tidak ber
Sepuluh menit sebelumnya…Darius masih berada di ruang kerjanya bersama dengan Diego dan Garry saat ponselnya berbunyi dan dia melihat kalau yang menghubungi adalah Jaya.“Hallo” dia belum mendengar suara Jaya, yang terdengar ada suara tembakan bersahutan.“Jaya! Dimana kamu?!” Darius meninggikan suaranya agar mendapatkan perhatian Jaya yang kemungkinan sedang beradu senjata disana. Diego dan Garry langsung menoleh saat mendengar suara Darius yang panik dan melihat wajah pria itu memucat.“Darius. Morin dalam bahaya! Kami dihadang di pintu tol C. Sekarang mobil Morin sudah berada di dalam tol. Aku sedang berusaha membereskan para penyerang disini. Cepat kirim bantuan! Shit!”