Darius membuka pintu kamarnya untuk berbicara dengan Diego. Mereka harus segera membereskan urusan Rose agar tidak membahayakan Morin. “Di-” belum sempat Darius memanggil Diego, terdengar suara barang jatuh. BRUK Darius mengerutkan alis melihat ketiga teman Morin terjatuh di depan pintu kamarnya. Apa yang mereka lakukan di depan kamarnya bertigaan begitu? Ketiga wanita itu yang sekarang terduduk di lantai balas menatapnya sambil memamerkan senyum yang dipaksakan. “Ngg… itu om. Kami baru saja mau mengetuk pintu kamar om. Om Gavin sejak tadi sudah menunggu di ruang tamu” kata Sissy. “Iya betul om. Gavin sejak tadi sudah menunggu di ruang tamu” kata Jisoo mengulang perkataan Sissy, berusaha menyakinkan Darius. Darius yang menyadari kalau dia melupakan janjinya dengan Gavin langsung berjalan menuju ruang tamu. Dia tiba tiba berhenti dan menoleh, mencari sosok wanita pembuat masalah kali ini dan tidak menemukannya. “Dimana Rose Willem Baskara?” tanya Darius pada ketiga teman wanita
Ternyata betul apa yang dikatakan Jenny. Begitu mereka sampai di Volle Hotel, mereka disambut barisan bodyguard yang terus mengikuti mereka hingga ke ruang karaoke hotel. Bahkan mereka tidak mau keluar walaupun sudah diusir. Lah, bagaimana mereka mau bergosip kalau ada banyak telinga yang menguping?“Kalian kan bisa menunggu di luar saja” komplain Morin dengan kesal untuk kesekian kalinya.“Maaf nona, Tuan Darius sudah memberitahukan kalau harus ada minimal empat orang yang menemani nona dan teman teman nona” jawab bodyguard itu lagi.“Aaahhhhhh!!!!” teriak Morin kesal. Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.“Om Jaya, ke Volle Hotel sekarang! Morin kesaalllll!!!!” adu Morin pada Jaya. Dan tidak sampai dua puluh menit kemudian, Jaya sudah berada di ruangan itu.“Om Jaya. Usir mereka semua. Om saja yang disini” perintah Morin.“Maaf Nona Morin, tapi kami tidak ber
Sepuluh menit sebelumnya…Darius masih berada di ruang kerjanya bersama dengan Diego dan Garry saat ponselnya berbunyi dan dia melihat kalau yang menghubungi adalah Jaya.“Hallo” dia belum mendengar suara Jaya, yang terdengar ada suara tembakan bersahutan.“Jaya! Dimana kamu?!” Darius meninggikan suaranya agar mendapatkan perhatian Jaya yang kemungkinan sedang beradu senjata disana. Diego dan Garry langsung menoleh saat mendengar suara Darius yang panik dan melihat wajah pria itu memucat.“Darius. Morin dalam bahaya! Kami dihadang di pintu tol C. Sekarang mobil Morin sudah berada di dalam tol. Aku sedang berusaha membereskan para penyerang disini. Cepat kirim bantuan! Shit!”
Rose menatap dingin pria yang sekarang berdiri dua meter di depannya sambil menodongkan pistol ke jantungnya. Saat dia melihat ke sekeliling, ada lebih dari tiga puluh orang yang mengarahkan senjata padanya. Sepertinya dia akan mati sekarang. Sehebat apapun kemampuannya, tidak mungkin bisa menghindar dari puluhan peluru yang diarahkan padanya. Ini bukan film action hollywood. Yang penting adalah mengulur waktu selama mungkin sampai bantuan datang. Dia berdoa dalam hati, semoga Tuhan masih mau membantunya untuk melindungi teman temannya.“Hanya aku yang kalian inginkan. Lepaskan mereka” kata Rose dengan bahasa italia pada pria paruh baya yang berada di depannya itu.“Bukan kamu yang berhak memberi perintah disini, nyonya” jawab pria paruh baya itu dengan tawa mengejek.“Justi
Situasi sudah terkendali, para anggota mafia sudah berkumpul untuk menerima arahan dari Dex. Mereka bersiap kembali ke Italy untuk menjalankan misi baru mereka, yaitu menangkap Leonardo Ricci.“Morin“ panggil Darius dan gadis itu menoleh padanya.Om…” teriak Morin saat melihat kedua omnya berjalan ke arahnya. Dia tersenyum lalu berlari untuk menghampiri Darius dan Darren.Teriakan Morin membuat Diego menoleh pada gadis itu dan menangkap bayangan seseorang di belakang truk yang sedang mengarahkan senapan ke arah gadis itu.“DARIUS! BELLA ANGKA SEPULUH!!!!!” teriak Diego sambil berlari untuk menyelamatkan Morin.Darius yang mendengar teriakan Diego langsung berlari dan menarik Morin ke dalam pelukannya lalu memutar tubuhnya untuk melindungi Morin.DorSituasi kembali menjadi tidak terkendali, teriakan dan tembakan terdengar dimana mana. Garry Kean langsung menembak orang yang tadi menembak Morin. Beberapa anggota yang datang bersama pria yang tadi menembak Morin mulai menyerang dan pasu
Sekarang mereka sedang berada di depan ruang operasi, menunggu dokter membuka kembali bekas operasi darurat Darius dan memastikan sesedikit mungkin resiko terjadi infeksi.Darius sedang membuka semua ponsel para pengkhianat di jaringan Diego. Karena mereka semua sudah mati, jadi hanya ponsel mereka yang bisa memberikan jawaban. Dia mendapatkan informasi yang dibutuhkan hanya dalam setengah jam, karena hanya satu orang yang sering berhubungan dengan Leonardo Ricci.Kelompok bodyguard Rosaline sebenarnya tidak jauh berbeda dengan mafia, mereka bisa langsung membereskan kekacauan yang terjadi dan membuang mayat mayat itu ke tempat yang tidak akan bisa ditemukan mungkin hingga lima puluh tahun kedepan.Darren memanipulasi situasi dengan mengadakan jumpa pers saat itu juga dan mengatakan kalau Volle Entertainment s
“Dasar bodoh! Apa lagi yang kalian tunggu! Cepat bunuh suami Comare agar Comare bisa segera menikah dengan bos!” perintah Dex. “Siap laksanakan” seru mereka serempak dan berbalik badan untuk segera melaksanakan perintah barunya. “EEHHHH!!! TUNGGU!!!” teriak Rose panik. Apa apaan ini! Maksudnya adalah agar pria itu mengerti kalau jangan mengganggu istri orang, bukannya membuatnya jadi janda! “Siap Comare” jawab mereka serempak dan kembali membalikkan badan. “Jangan bunuh suamiku!” perintah Rose yang membuat mereka kembali menatap pada Dex menunggu arahan. Mereka tadi mendengar kalau Dex mengatakan bosnya ingin segera menikahi wanita ini dan Dex juga memanggil wanita itu Comare, panggilan untuk istri bos. Berarti wanita itu memiliki kuasa di atas mereka dan harus mereka patuhi. “Maksudku adalah aku tidak akan menikah dengan Justin Ludovic! Masih menikah ataupun sudah jadi janda!” bentak Rose. dia benar benar kesal! Disuruh merawat musuhnya saja sudah membuat emosinya sampai di amban
Morin tersentak bangun saat mimpi buruk yang dulu selalu menghantui tidurnya kembali datang. Tubuhnya gemetar dan keringat dingin membasahi tubuhnya, air matanya mengalir deras karena ketakutan. Ingatan saat Jeffry Wirawan menarik tubuhnya untuk mati bersama dari atap gedung kembali berputar di kepalanya. Dia turun dari ranjang dan keluar dari kamarnya, menuju satu satunya tempat dimana dia bisa merasakan ketenangan. Dia masuk ke kamar omnya dan tidak menemukan pria itu. Saat dia hendak berbalik untuk mencari omnya di ruang kerja, dia mendengar suara gemericik air dan menoleh ke kamar mandi. Sepertinya omnya baru mandi. Dia melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul tiga dini hari, berarti dia baru tidur dua jam saat tiba tiba terbangun. ceklek Darius keluar dari kamar mandi dan terkejut melihat Morin yang sedang menatapnya dalam diam. Bukankah tadi gadis itu sudah tidur? Dia memperhatikan kalau wajah gadis itu pucat dan matanya bengkak, terlihat jejak air mata di wajah cantikny