Sekarang mereka sedang berada di depan ruang operasi, menunggu dokter membuka kembali bekas operasi darurat Darius dan memastikan sesedikit mungkin resiko terjadi infeksi.Darius sedang membuka semua ponsel para pengkhianat di jaringan Diego. Karena mereka semua sudah mati, jadi hanya ponsel mereka yang bisa memberikan jawaban. Dia mendapatkan informasi yang dibutuhkan hanya dalam setengah jam, karena hanya satu orang yang sering berhubungan dengan Leonardo Ricci.Kelompok bodyguard Rosaline sebenarnya tidak jauh berbeda dengan mafia, mereka bisa langsung membereskan kekacauan yang terjadi dan membuang mayat mayat itu ke tempat yang tidak akan bisa ditemukan mungkin hingga lima puluh tahun kedepan.Darren memanipulasi situasi dengan mengadakan jumpa pers saat itu juga dan mengatakan kalau Volle Entertainment s
“Dasar bodoh! Apa lagi yang kalian tunggu! Cepat bunuh suami Comare agar Comare bisa segera menikah dengan bos!” perintah Dex. “Siap laksanakan” seru mereka serempak dan berbalik badan untuk segera melaksanakan perintah barunya. “EEHHHH!!! TUNGGU!!!” teriak Rose panik. Apa apaan ini! Maksudnya adalah agar pria itu mengerti kalau jangan mengganggu istri orang, bukannya membuatnya jadi janda! “Siap Comare” jawab mereka serempak dan kembali membalikkan badan. “Jangan bunuh suamiku!” perintah Rose yang membuat mereka kembali menatap pada Dex menunggu arahan. Mereka tadi mendengar kalau Dex mengatakan bosnya ingin segera menikahi wanita ini dan Dex juga memanggil wanita itu Comare, panggilan untuk istri bos. Berarti wanita itu memiliki kuasa di atas mereka dan harus mereka patuhi. “Maksudku adalah aku tidak akan menikah dengan Justin Ludovic! Masih menikah ataupun sudah jadi janda!” bentak Rose. dia benar benar kesal! Disuruh merawat musuhnya saja sudah membuat emosinya sampai di amban
Morin tersentak bangun saat mimpi buruk yang dulu selalu menghantui tidurnya kembali datang. Tubuhnya gemetar dan keringat dingin membasahi tubuhnya, air matanya mengalir deras karena ketakutan. Ingatan saat Jeffry Wirawan menarik tubuhnya untuk mati bersama dari atap gedung kembali berputar di kepalanya. Dia turun dari ranjang dan keluar dari kamarnya, menuju satu satunya tempat dimana dia bisa merasakan ketenangan. Dia masuk ke kamar omnya dan tidak menemukan pria itu. Saat dia hendak berbalik untuk mencari omnya di ruang kerja, dia mendengar suara gemericik air dan menoleh ke kamar mandi. Sepertinya omnya baru mandi. Dia melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul tiga dini hari, berarti dia baru tidur dua jam saat tiba tiba terbangun. ceklek Darius keluar dari kamar mandi dan terkejut melihat Morin yang sedang menatapnya dalam diam. Bukankah tadi gadis itu sudah tidur? Dia memperhatikan kalau wajah gadis itu pucat dan matanya bengkak, terlihat jejak air mata di wajah cantikny
Diego membuka matanya dan tidak bisa melihat apapun. Hal itu membuatnya waspada dan dia berusaha bangun namun dia merasa tubuhnya lemah dan nyeri di dada kirinya. Dia mencoba menggerakkan tangannya untuk menyentuh tempat yang dirasa sakit dan tangannya menyentuh lukanya yang membuatnya semakin nyeri.Perlahan matanya mulai menyesuaikan dengan kegelapan disekelilingnya dan dia mulai bisa melihat beberapa barang. Dia mencoba fokus untuk mengenali dimana dirinya berada sekarang? Sudah berkali kali dia terbangun di berbagai tempat yang tidak diketahuinya dengan nyawa yang hanya tinggal setengah atau mungkin seperempat. Tiba tiba dia menangkap suara dengkuran halus dan menoleh untuk mencari suara itu. Disana dia melihat wanita itu sedang tertidur menghadap dirinya. Dia bisa mengenali wanita itu walaupun dalam keadaan gelap seperti ini, karena pertemuan pertama mereka juga dalam kegelapan yang kurang lebih sama. Kehidupannya yang selalu bersinggungan dengan bahaya membuatnya cepat untuk me
“Apakah kau sudah jatuh cinta padaku hingga tidak mau jauh dariku?” tanya Diego yang bingung karena Rose masih berada di ruang perawatannya.“Janga ke ge-eran. Darius mengancamku agar merawatmu sampai sembuh” jawab Rose ketus.“Oh. Dia memang sangat pengertian” kata Diego sambil tertawa, namun dia langsung meringis saat lukanya sakit karena dia tertawa. Sekarang dia tahu mengapa wanita itu tidur disini semalam dan dia bersyukur akan hal itu. Karena sulit baginya melawan Volter saat kondisinya masih lemah akibat obat bius pasca operasi.Rose hanya melirik Diego sebentar lalu kembali melihat ponselnya lagi. Dia sedang mencari berita mengenai kasus di tol semalam, tapi sepertinya sudah tidak ada berita apapun selain iklan Volle Entertainment yang sedang promosi besar besaran untuk film terbarunya. Dia meringis membayangkan besarnya kesulitan yang dia berikan pada keluarga Morin, dia nanti akan berterima kasih dan meminta maaf secara pribadi.Tok tokDarius dan Morin masuk membuka pintu i
Mereka sekarang sedang dalam perjalanan pulang, Darius sesekali melirik Morin yang duduk tenang di sebelahnya sambil bermain ponsel. Dia khawatir karena gadis itu sekarang masih murung. “Morin” panggilnya.“Iya om” jawab Morin tanpa menoleh yang membuatnya kembali melirik gadis itu. Dalam kondisi normal, gadis itu pasti akan langsung menoleh padanya dan tersenyum.“Apa ada masalah?” tanya Darius.“Tidak” jawab Morin singkat.Dan keheningan kembali menyelimuti mereka. Darius memang menyukai ketenangan, namun kenapa sekarang rasanya ada yang salah? Sepengetahuannya, Morin selalu mengatakan apa yang dia inginkan dan yang dia tidak suka. Jadi jika gadis itu mengatakan tidak ada masalah bukankah seharusnya memang tidak ada masalah kan. Tapi kenapa dia merasa ada masalah?Darius kembali mengabaikan pikirannya dan tetap berpikir kalau Morin sedang kelelahan mental dan fisik. Apalagi semalam dia bermimpi tentang Jeffry Wirawan lagi.Setelah satu hari berlalu dan Morin masih bersikap sama, Da
“Aku tidak mau! Aku tidak mau menikah dengan om kecuali om juga mencintaiku!” teriak Morin sambil berlari keluar kamar. Darius terkejut karena penolakan Morin. Dia mengacak rambutnya dengan emosi lalu keluar untuk mengejar Morin. Namun dia sudah tidak melihat gadis itu dimanapun. Dia hanya melihat ayahnya yang menatapnya datar dan ibunya yang menghela nafas. “Dimana anak itu?” Tanya Darius. “Sepertinya pulang” jawab Rosaline sambil menunjuk pintu keluar yang terbuka. “Dia keluar sendiri?” tanya Darius panik. “Jaya langsung mengikutinya tadi” jawab Rosaline lagi. Darius langsung berlari keluar rumah untuk ke rumah adiknya yang hanya beberapa rumah dari rumah Rosaline. “Lemotnya dia lebih parah darimu” kata Rosaline sambil menatap suaminya pasrah. Setidaknya dulu saat dia diculik, suaminya akhirnya menyadari perasaannya. Lah yang ini, Morin hampir mati saja si muka datar itu tidak sadar juga! Darius memang panik dan khawatir setengah mati, tapi mengartikan kekhawatirannya itu sebag
Hari hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Morin juga sudah tidak ngambek pada Darius, tapi dia juga menjaga jarak dari pria itu. Dia sudah tersenyum saat dipanggil, tapi dia membatasi sentuhan fisik diantara mereka. Jika sebelumnya dia suka bergelayut manja di tangan omnya, maka sekarang dia sama sekali tidak menyentuh omnya. Dia juga tidak kembali menginap di rumah omahnya.Dia berusaha bersikap biasa saja walaupun dalam hatinya masih terluka. Malam itu omnya bahkan tidak menjawab kalau pria itu akan berusaha untuk mencintainya. Apakah begitu sulitnya untuk mencoba mencintainya? Padahal omnya bilang mau menikahinya.Dia menyadari kalau mereka akan segera berpisah lagi dan mungkin baru akan bertemu lagi saat dia akan mulai kuliah nanti. Seharusnya dia mempergunakan waktu sebaik baiknya untuk terus bersama omnya. Tapi dia takut, dia takut omnya akan menyakiti hatinya lagi dengan perkataannya atau bahkan keterdiaman pria itu. Dia sekarang hanya ingin melindungi hatinya. Ternyata me