Dua minggu kemudian…“Kau yakin si om ga akan membunuhku?” tanya Albert untuk kesekian kalinya.“Gaklah. Nanti setelah om datang, kamu berdiri di belakangku saja” jawab Morin yang juga sedang nervous. Ayahnya sudah mengirimkan undangan pernikahannya satu minggu lalu, tapi sampai sekarang omnya tidak kunjung muncul. Dia bahkan sudah didandani seperti pengantin sungguhan. Tidak mungkin omnya tidak datang kan? Nanti kalau pendeta beneran menikahkan dia dengan Albert bagaimana? Itu dokumen semua sudah atas nama dirinya dan si om loh, kalau kalau nanti dia memang harus langsung menikah setelah si om menyatakan perasaannya. Padahal dia berharap si om datang sejak papa mengirimkan undangan pernikahannya. Tapi koq malah ga ada kabar sampai sekarang yang membuat dirinya jadi pengantin begini? Apa mungkin perkiraan keluarganya salah? Ternyata si om sudah lupa pada dirinya? Ih amit amit, jangan sampai deh!Rosaline dan Monika masuk ke dalam ruang tunggu pernikahan di gereja dan melihat Morin y
“Ya ampun Morin! Hati hati kandunganmu!” bentak Darius panik saat Morin sudah berlari dan sekarang berlindung di belakang Rosaline. Dia tahu omnya tidak akan berani pada omah. “Ba-bagaimana om bisa tahu?” tanya Morin panik dan menoleh pada anggota keluarganya yang semua menggeleng. Tidak ada yang terkejut karena Darius tahu, mereka malah bingung kalau Darius tidak tahu, karena mereka yakin selama ini Darius pasti memata matai Morin. “Su-sudah kubilang aku tidak mau menikah dengan om jika om tidak mencintaiku!” kukuh Morin. Dia berusaha menutupi kegugupannya. Karena omnya sudah tahu, dia pasti akan diseret untuk menikah walaupun omnya itu belum bilang mencintainya. “Sudahlah kak. Katakan saja kau mencintainya dan akhiri drama ini” kata Darren sambil tertawa. Dia merasa lucu dengan aksi kejar kejaran di depannya ini. Kakaknya si papan jati yang bilang tidak mau nikah seumur hidup sekarang sedang berusaha menyeret gadis abege ke altar. “Aku mencintaimu” kata Darius datar, sedatar waja
Acara selanjutnya berjalan seperti yang sudah direncanakan Morin. Mereka makan siang di tempat yang sudah disiapkan di Volle Hotel sambil membahas tema acara resepsi yang akan dilangsungkan nanti. Soal resepsi belum direncanakan Morin karena fokusnya saat membuat rencana adalah pernyataan cinta Darius. Bahkan dia tidak berpikir kalau dia akan langsung menikah. Pada saat malam H-1 dan si om belum kelihatan, barulah Morin merencanakan acara makan siang ini, yang dengan optimis dia berpikir omnya akan langsung menikahinya setelah deklarasi cinta yang dia tunggu itu. Dan ternyata memang itulah yang terjadi.Morin sedang duduk di meja teman temannya sambil mengobrol saat Diego menghampirinya untuk pamit karena dia harus segera kembali ke Italia.“Diego. Dimana Rose?” tanya Morin. Setelah pertemuan terakhir mereka, malamnya Rose mengirimkan pesan dan mengatakan kalau dia masih harus menemani Diego hingga pria itu benar benar sembuh. Nah, sekarang Diego sudah terlihat baik baik saja, tapi Ro
“Om, aku harus mengambil pakaianku di rumah dulu” jawab Morin saat masuk ke kamar omnya. Rasanya aneh tiba tiba dia sekarang berada disini sudah sebagai istri. Entah kenapa dia jadi gelisah dan malah ingin kabur dari sini. Padahal dulu dia seenaknya keluar masuk kamar omnya ini.“Barangmu sudah ada di lemari” kata Darius sambil menunjuk sebuah lemari baru yang ada di walk in closet.“Sejak kapan lemari ini ada disini?” tanya Morin sambil membuka lemari itu dan menemukan semua pakaiannya dalam posisi yang sama dengan lemari pakaiannya di kamarnya tadi pagi.“Lemarinya dari minggu lalu. Isinya baru dipindahkan tadi pagi” jawab Darius“Om benar benar sudah merencanakan ini semua ya?” tanya Morin sambil menyipitkan matanya. Dia benar benar merasa dibodohi.“Tentu saja” jawab Darius tersenyum saat melihat Morin yang sedang menggembungkan pipinya. Selama hampir dua bulan dia tidak melihat langsung wajah Morin membuatnya sangat merindukan gadis itu. Dia gemas saat melihat ekspresi Morin yang
“Tuh kan apa kubilang. Dia memang butuh penanganan segera” kata Tiki. Keempat gadis itu juga menatap Morin dengan syok karena terkejut mendengar teriakan Morin. Dengan kesal Morin mengeluarkan ponselnya kembali.“Om, aku lelah. Bisa jemput aku di sekolah?” rengek Morin. Dia lalu menutup telepon dan kembali duduk melanjutkan belajarnya. Keempat temannya masih belum berkedip menatapnya, namun dia mengacuhkannya. Dia kesaallll!!! Pokoknya dia kesal! Belakangan ini emosinya memang sangat cepat naik turunnya.“Morin sensi ih sekarang” “Iya. Dah kayak kucingku yang lagi hamil. Galak banget”“Itulah kalau terlalu stress”“Makanya Des, suruh si orang pintar cepetan datang”Morin mendelik pada keempat temannya yang langsung menutup mulut mereka dan kembali duduk untuk melanjutkan belajarnya kembali. Begitu juga pengunjung perpustakaan lain yang juga kembali ke aktivitasnya masing masing.Sekitar setengah jam kemudian, mata Lala, Poppy dan Tiki terbelalak saat melihat pria yang berjalan mengha
Volle Tower sekarang sedang dikepung wartawan yang menunggu keluarga Hartadi keluar atau mencari berita yang bisa dikorek bahkan dari ob sekalipun. Begitu juga sekolah Morin yang sekarang kewalahan menghadang wartawan yang berusaha mencari informasi. Para wartawan itu penasaran setengah mati, karena mereka hanya bisa berhasil mendapatkan nama Morin Davina Wallace, tapi mereka tidak bisa menemukan informasi apapun tentang gadis itu, di situs pencarian manapun tidak ada. Semua media sosial gadis itu juga terkunci. Siswa yang bersekolah disana juga tidak ada yang berani memberitahu jati diri Morin, karena takut pada kekuasaan Volle Group yang bisa membuat keluarga mereka bangkrut. Karena itulah satu satunya cara adalah menunggu CEO Volle ini memberikan klarifikasi.Morin sedang bersandar di ranjangnya sambil melihat berita tentang dirinya. Dia sangat senang saat melihat om tercinta menggendongnya yang terlihat begitu romantis. Karena dia yang digendong, jadi dia tidak tahu seperti apa k
Morin merencanakan resepsi pernikahan dibantu oleh Monika, Eloisa dan Rosaline. Rasanya tidak mungkin meminta Darius membantu menyusun acara resepsi. Dan sesuai dengan perkiraan Darren, resepsi akan dilakukan di resort terbaru Rosaline yang berbentuk kastil di kepulauan seribu yang menjadi hadiah pernikahan mereka.Darius hanya sekali ikut campur dalam hal ini, yaitu pada saat memilih gaun untuk resepsi. Morin tidak boleh menggunakan gaun yang agak terbuka, jangankan terlihat belahan dada, bahu dan punggung saja tidak boleh. Jadilah Morin menggunakan gaun yang tertutup dari atas sampai bawah. Untung bentuk tubuhnya belum banyak berubah, tubuhnya masih terlihat indah walau ditutup semua.“Morin, kamu yakin mau menikah dengan kak Darius?” tanya Monika khawatir yang membuat Morin mengerjapkan matanya bingung.“Kau pun tahu dia sudah menikah dengan Darius” jawab Rosaline sambil tertawa. Dia mengerti kekhawatiran Monika, melihat begitu posesifnya Darius pasti mengingatkannya pada Jeffry Wi
sekolahnya. Semua berita sudah di setting sesuai dengan rencana yang mereka buat, karena interview pun hanya dilakukan oleh Volle Magazine. Morin sekarang selalu dikawal beberapa bodyguard jika akan keluar, dikarenakan masih sangat banyak wartawan yang berusaha mengejarnya untuk mendapatkan berita. Sekarang satu minggu sejak resepsi pernikahannya, Morin sedang berkumpul dengan squad lengkapnya di ruang VIP sebuah restoran, mumpung Rose dan Lisa juga masih di Jakarta. Mereka semua menyadari kalau sebentar lagi mereka akan berpisah dan entah kapan bisa bertemu lagi? Setelah ini Morin akan ikut suaminya ke Inggris dan Jenny akan diasingkan ayahnya. Hanya Sissy si pengangguran yang sedang membujuk Rose untuk mengajaknya ke Italia untuk memoduskan Garry Kean. Sedangkan Jisoo, wanita itu memang sudah memiliki keluarga sendiri dan dia juga bisa bertemu Morin di London jika Om Gavin ada pekerjaan disana. Mereka sedang bersenda gurau dengan heboh saat mendengar suara pistol di kokang, yang me