BRAKPintu ruang perawatan Morin dibanting terbuka dan Sissy masuk dengan tergesa. Dia bahkan tidak memperhatikan Darius yang menatapnya dingin dari sofa karena mengganggu ketenangan di ruangan itu.“Morin, kau harus membantuku” teriak Sissy panik.“Sissy, aku baru melahirkan” komplain Morin dari ranjang perawatannya. Dia sekarang sedang menepuk bokong bayinya untuk menenangkan si baby yang baru selesai menyusu agar tidak terkejut.“Oh iya. Baiklah, kuulang dulu ya” kata Sissy. Dia berbalik dan berjalan keluar kamar.Tok tokCeklek“Hai Morin. Bagaimana keadaanmu? Ah si baby lagi menyusu. Lucu sekali” kata Sissy ceria sambil berjalan mendekati ranjang Morin.“Aku baik. Iya, baby Clayson sangat menggemaskan, apalagi saat dia sedang memperhatikan orang” jawab Morin ceria. Darius yang memperhatikan interaksi Morin dan Sissy lalu menggelengkan kepala dan berjalan keluar kamar perawatan itu. Bagaimana bisa satu kejadian diulang seperti sedang syuting film? Morin dan Sissy memang sahabat ab
Jenny cemberut saat menatap layar ponsel mahalnya yang untuk kesekian kalinya hilang signal. Sudah tiga bulan dia berada di pengasingannya dan tidak ada yang bisa dia kerjakan selain bermain game di ponselnya atau berkuda.Dia baru menerima kabar kalau Morin, sahabatnya baru saja melahirkan. Namun sejak tadi dia kesulitan untuk menghubungi sahabatnya itu untuk mengucapkan selamat. Itu semua karena signal di tempat ini yang lebih suka off daripada on. Jangankan jaringan internet, operator telepon saja lebih sering diluar jangkauan.Sepertinya dia harus berkuda hingga keluar hutan ini agar mendapatkan signal. Setidaknya ada perkampungan di dekat sini dan dia bisa kesana untuk mendapatkan signal agar bisa menelepon. Dekat sini yang dimaksud adalah satu jam berkuda, benar benar penderitaan untuknya.Dia mengganti pakaiannya dengan pakaian berkuda dan meminta pelayan disana menyiapkan kudanya. Bahkan sekarang dia sudah mahir berkuda. Dulu saat pertama kali tiba di hutan ini, dia hampir gil
Semenjak menikah, Darius dan Morin tinggal di rumah Rosaline. Jika ada yang keperluan atau meeting, Darius baru akan berangkat ke London, itupun dengan membawa Morin bersamanya. Dan sekarang dia harus menghadiri rapat akhir tahun dan Morin baru melahirkan satu minggu, jadi tidak mungkin dia membawa istrinya itu ke London. “Apakah ada masalah beer?” tanya Morin yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Dia memperhatikan suaminya yang sejak tadi mengerutkan alis sambil melihat layar ponselnya. “Tiga hari lagi ada rapat akhir tahun yang harus aku hadiri di London” jawab Darius. “Oh. Jadi kapan kamu berangkat?” tanya Morin. Dia menatap suami tercintanya sendu. Semenjak menikah mereka selalu bersama, walaupun itu baru tujuh bulan ini. Jika sekarang suaminya harus berangkat ke London, berarti mereka akan terpisah beberapa hari. Sekali perjalanan saja memakan waktu enam belas jam. Jadi berangkat - meeting - pulang saja memakan waktu paling cepat tiga hari. Itu kalau meeting satu ha
“Lokasi meeting akhir tahun cabang Eropa dan Amerika akan dipindah ke Volle Tower Jakarta” kata Darius pada Jimmy, asistennya di Jakarta.“Ng.. bukankah rapat akhir tahun itu tiga hari lagi Pak?” tanya Jimmy memastikan dia tidak salah tanggal. Dia bahkan sedang menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk dibawa bosnya itu ke London.“Betul. Nanti kamu koordinasi dengan Raymon untuk memastikan semua peserta bisa datang tepat waktu” jawab Darius.“Baik Pak. Saya permisi dulu untuk mengatur persiapan meeting di Jakarta” pamit Jimmy. Begitu keluar ruangan bosnya, dia segera membuka komputernya dan menemukan email dari Raymond. Dia langsung sakit kepala begitu melihat isi email itu. Mampus! Ini tiga hari gak pulang juga gak kekejer!‘noted’Hanya itu balasan yang dikirimkan Jimmy pada Raymond. Dia tidak akan sanggup mengerjakan semua itu sendiri, sekarang dia harus mencari bantuan! Hanya James dan Raymond yang akan ke Jakarta, satu orang harus tetap berada di London untuk memastikan disana s
London, Inggris Darius sedang berada di salah satu club malam eksklusif bersama teman temannya. Mereka terbiasa berkumpul minimal satu kali dalam sebulan, termasuk dengan wanita di sebelahnya, Christine. Christine adalah adik dari salah satu teman dekatnya, Raphael. Wanita itu membantu Raphael mengurus perusahaan keluarganya. Sebenarnya Darius tidak dekat dengan Christine dan dia pun memang tidak mau dekat dekat dengan wanita itu. Janda satu anak yang sangat agresif mengejarnya selama tiga tahun ini. Raphael bahkan sudah angkat tangan, dia sudah lelah menasehati Christine agar tidak mendekati Darius lagi. Kalau bukan karena pertemanannya dengan Raphael, Darius pasti sudah mengusir wanita itu dengan kasar. Wanita yang mendekatinyabiasanya hanya bertahan beberapa bulan. Mereka lambat laun mundur teratur karena dia tidak menanggapi, bahkan tidak jarang dia mengusir mereka dengan kasar. Hanya wanita di sebelahnya ini yang tidak mau menjauh. Se
Satu bulan sebelumnya... Di pagi hari yang tenang di kediaman Donny. Terdengar suara berisik dari lantai dua. Suara pintu dibanting dan derap langkah orang berlari menuruni tangga disertai teriakan tap tap tap “Papa!” “Mama!” Donny yang sedang duduk sambil menyesap kopi di kursi meja makan langsung meletakan kopinya. Dari teriakan Morin, dia tau sebentar lagi putrinya akan menghambur padanya. Betul saja tidak sampai tiga puluh detik kemudian, anak gadisnya itu sudah melompat ke pangkuannya dan memeluknya erat. Kapan anak gadisnya ini menjadi dewasa? pikir Donny. “Aku lulus papa! Aku diterima di universitas X d
Kembali ke London saat ini…. Morin menarik Darius bukan menuju keluar club tapi ke salah satu meja VIP di sisi lain club itu. Dan sepanjang jalan itu Darius sibuk melindungi Morin dari tersenggol pria lain, padahal suasana sedang sangat ramai. Dia kesal melihat cara para pria itu memandang Morin dengan tatapan buas. Akhirnya mereka tiba di sebuah meja yang sepertinya diisi oleh teman Morin. Darius ingat pernah bertemu wanita itu di Jakarta dan dia juga mengenali pria yang duduk disana bersama teman Morin, Gavin Stefanus Lucas, pemilik Lucas Group. Ada beberapa teman pria itu juga disana. Darius menyapa mereka. “Jisoo, aku mau balik dulu ya dengan Om Darius” Morin menyapa masih dengan suara riangnya. Keriangan yang berasal dari keberhasilannya memisahkan om tersayangnya dari jendis kegatelan itu. Tentu saja Morin tau siapa wanita itu. Salah satu saingannya dalam mengejar cinta om tersayangnya. Bukan Morin namanya kalau tidak melakukan riset meny
Morin agak kesulitan mengikuti langkah kaki Darius, selain kakinya lebih pendek dari pria itu, dia juga menggunakan heels sepuluh sentimeter, yang membuatnya semakin sulit berjalan cepat.“Om, jangan cepat cepat. Nanti kakiku keseleo.” kalimat itu membuat Darius memperlambat langkahnya, walau pria itu tetap tidak melihat padanya.Saat memasuki lift untuk menuju parkiran basement barulah tatapan mereka bertemu kembali. Dengan heels setinggi sepuluh centimeternya, tinggi tubuhnya menjadi tidak terlalu jauh dari Darius. Tinggi badannya sekarang seratus enam puluh delapan sentimeter ditambah heels itu menjadi seratus tujuh puluh delapan sentimeter. Hanya selisih tujuh senti dari tinggi Darius. Hanya saja dirinya tetap terlihat kecil disebelah Darius yang memang memiliki tubuh gagah yang tinggi besar.Saat itulah Morin mulai menggunakan jaketnya kembali. Dia bahkan tidak berharap omnya akan membantunya, dia tahu omnya tidak peka dan dia tidak keberatan me