-Aku beraharap bisa memutar waktu untuk mencintaimu sedalam-dalamnya.- Audrey Cinta sejati mendorong Affar untuk mewujudkan apapun yang ia inginkan demi perkembangan baik hubungan kami. Itu bukti jika Affar benar- benar mencintaiku, ia akan berkorban banyak hal untuk membuat diriku bahagia. Affar, dia pria yang benar-benar mencintaiku dengan menjadi pendukung terbesar dalam hidupku. Ia ingin aku segera sehat seratus persen dengan membelikan makanan dengan menu terbaik yang bergizi tinggi. Tidak peduli berapapun harganya. Walaupun tidak akan selalu sepaham, karena menurutku harga menu itu terlalu mahal dan menguras kantong, namun Affar tidak mempermasalahkan karena ia tahu apa yang penting untukku. Dan itu menandakan bahwa ia selalu berada di sampingku. "Halo, baby." "Affar, kamu beneran pesenin aku salad tadi?" Tanyaku. Aku menelfon Affar dengan bersembunyi di dalam toilet. Percakapan rahasia kami terlalu beresiko jika didengar oleh karyawan yang lain. "Yes I do. Why?" "Makasi
Setelah kejadian dimana Anjar dan Nani membicarakan kedekatan Michelle dan Pak Rudy tempo hari, aku lebih memilih menjaga diri. Alasannya aku tidak mau jika hubunganku dengan Affar terendus oleh karyawan lain, lalu akan cepat menyebar bak jamur yang bersemi di musim penghujan. Jika gosip kedekatan kami sampai di telinga Pak Darmawan maka aku yang akan dimutasi sesuai peraturan perusahaan. Sedang manusia elit nan penting seperti Affar akan tetap dipertahankan untuk menjaga kelancaran pekerjaan kantor. Atau lebih buruk lagi, jika aku tidak dimutasi maka hukuman sosial berupa cibiran, gunjingan, bahkan cacian pedas akan menghiasi telingaku hingga memerah. Dan perempuan mana yang bisa bertahan dengan kondisi kantor yang hampir seluruhnya membicarakan dirinya secara tidak baik. Nasib menjadi seorang staf memang tidak jauh beda seperti alas kaki. Sweet A Baby, pulang bareng yuk? Motorku ada di basement, Far. Biar nginep di kantor aja, k
-Kamu adalah alasan mengapa aku bernafas, kamu adalah bintang di langitku. Aku tidak mau yang lain lagi selain kamu yang menjadi pengisi hidupku.- Audrey "Jangan bengong tar makin sayang loh sama aku." Gombal Affar. Aku bersemu malu lalu membetulkan rambut yang tidak berantakan. "Let's go." Affar mengangsurkan tangannya padaku setelah memasukkan kartu kredit ke dalam dompet mahalnya. Penampilan kami yang masih memakai setelan kerja sedikit banyak mengundang perhatian, belum lagi postur tubuh kami yang sama-sama ideal, membuat setiap mata yang melihat kami bak pasangan paling cocok sepanjang masa. Affar menghentikan langkahnya di sebuah stand kosmetik kenamaan yang kutahu hanya untuk sekedar membeli bedaknya saja bisa mencapai lima ratus ribu. Ini adalah hal yang mudah bagi Affar mengingat keadaan ekonominya jauh diatasku yang hanya anak orang biasa dan hanya seorang staf keuangan. Aku menelan ludah bulat bulat begitu memasuki stand yang di desain begitu modern dengan deretan
-Kamu bukan lah cinta pertamaku, tapi kamu yang membuat segalanya dalam hidupku berjalan dengan seimbang.- Audrey Belakangan ini Affar sering mengajakku pulang bersama ketika jam kantor telah usai. Imbasnya, aku harus sembunyi-sembunyi ketika akan menghampiri mobilnya yang terparkir tidak jauh dari kantor. Beginilah nasib backstreet loves. Aku tidak siap jika menjadi bahan gunjingan di kantor atau mendapat surat mutasi. Hubungan yang awalanya minim sentuhan fisik kini berubah sedikit 'nakal'. Sebenarnya hatiku menolak bersentuhan terlalu berlebihan dengan Affar. Namun sepertinya setan telah membutakan bisikan hatiku untuk lebih menjaga diri. Hebat sekali setan menenggelamkanku dalam linangan dosa. Sampai tidak menyadarinya. Sentuhan hangay itu harusnya kudapatkan dari seorang lelaki bergelar suami. Tapi aku mendapatkannya terlalu awal bersama orang yang keliru. Pergaulan dan kebodohanku menjadi awal dari kemalangan selanjutnya. "Meluk kamu bikin aku relax." Bisiknya. "Say
Kini, baik aku dan Affar sama-sama sudah nyaman satu sama lain. Kami selalu membicarakan hal-hal lucu mengundang gelak tawa demi mengusir sepanengnya otak karena beban kerja. Hubungan kami pun menjadi lebih akrab dengan berbagi sentuhan fisik yang seharusnya tidak boleh. Namun aku melanggarnya karena tergoda bujuk rayu setan. Bahkan demi menyenangkan hatiku, Affar rela memberiku beragam barang-barang mahal yang tidak mungkin kubeli dengan gaji satu atau dua bulan. Seperti tas, sepatu, setelan kerja, make up, dan rentetannya yang sanggup membuatku tersanjung setinggi tingginya. Dan hari ini Affar malah menyuruhku untuk mulai rajin perawatan ke salah satu skincare ternama milik sahabatnya. Tentu saja, Affar yang membiayai ini semua. Memiliki kekasih seperti Affar membuatku merasa melayang dan diterbangkan setinggi-tingginya. Tapi aku tetap harus sadar diri agar tidak menjadi orang yang sombong. "Harus banget ya?" "Emang kamu nggak mau tampil cantik? Buat aku?" Kami sedang terh
Sikap teman-teman kos yang mulai cuek dan tidak suka dengan gaya hidupku yang baru pun kuabaikan saja. Toh aku tidak mengganggu hidup mereka sama sekali atau membutuhkan bantuan mereka. Lebih baik memfokuskan diri untuk mencintai dan menyenangkan Affar sebisaku. Dia lebih utama dari pada mendengar ucapan orang tentang diriku yang tidak akan ada habisnya. Hanya bisa membuat lelah batin. Apapun yang dilakukan seseorang tidak akan pernah benar dihadapan banyak orang. Itu adalah kenyataan! Dua hari ini aku bertemu Affar ketika kami berpapasan di lobby. Mungkin memang inilah yang dinamakan jodoh. Tatapannya setiap berpapasan denganku sangat berbeda. Seolah aku ini benar-benar spesial untuknya. "Morning." Ucapnya lirih ketika kami berpapasan di lobby. Ia berjalan sendiri, tanpa sekretaris atau staff kepercayaan yang biasa mengekorinya bak ular sanca. Dia berjalan dengan berwibawa menuju lift direksi. Bahkan aku tidak mengalihkan pandangan ini sedikit pun dari punggung tegapnya yang
-Yang menjadikan hubungan ini indah adalah caramu memahami keadaan hubungan kita.- Audrey Affar mengambil perhiasan kecil nan berkilau itu dari kotak beludru merah. Aku hanya memandangnya takjub dengan perasaan amat sangat berbungah. Siapa yang tidak bahagia dihadiahi perhiasan secantik ini oleh pasangan terkasih. Yang bisa kutebak hanyalah bahwa harga perhiasan ini amatlah tidak murah. "You like it?" Tanyanya setelah melingkarkan perhiasan mewah itu di leherku. Aku meraba kalung yang terbuat dari emas putih ini dengan gandul berupa huruf A yang dikelilingi permata kasar yang indah. Saking indahnya mungkin wanita lain akan merasa iri karena melihatnya. Sudah pernah kukatakan bukan, jika Affar adalah pria dewasa yang sangat hangat dan tidak kaku. Ia sangat mengerti bagaimana memperlakukan pasangan dengan baik dan sudah seharusnya aku bersyukur sedalam-dalamnya karena menjadi bagian penting dalam hidupnya. Walau hubungan kami seperti seorang raja dan calon selir barunya, siapa y
-Semua hanya tinggal menunggu waktu. Begitu juga dengan pembalasan yang seharusnya didapatkan.- Audrey "Halo selamat siang dengan Audrey bagian keuangan." "Ini gue Mas Tyo. Yuk ke aula. Kita prepare duluan." "Oke mas." Mas Tyo menghubungiku untuk melaporkan rincian keuangan mega proyek jalan tol selama dua bulan ini. Setelah mengambil semua dokumen keuangan penting mega proyek, aku bergegas menuju aula. Bila membahas proyek ini, itu artinya Affar juga berada disana untuk mengecek semua kendala selama tim bekerja dan hal baru apa saja yang perlu diperhatikan. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jalannya rapat nanti ketika mata kami bertemu. Ah... membayangkan senyum manisnya saja membuatku tidak fokus apa lagi menatap wibawa dan kebersahajaannya saat memimpin rapat. Affar sangat sempurna di mata gadis belia sepertiku. Sebenarnya laporan keuangan jalan tol ini dikerjakan olehku dan Nina, kami satu tim. Tapi karena satu hal, Nina tidak bisa hadir dan Mas Fajar yang menggantik