Setelah Pak Lio berangsur membaik dan bisa beraktivitas di kantor, ia tidak pernah lagi menghubungiku untuk meminta bantuan. Aku pun juga tidak menawarkan bantuan karena sudah tahu apa jawabannya.
Entah mengapa ia demikian padahal aku berhutang nyawa dan jasa padanya. Tujuanku hanya satu, ingin membalas budi baiknya tanpa ada maksud yang lain. Tapi jika Pak Lio menolak aku juga tidak masalah, toh aku tidak akan bertambah sibuk dan memiliki waktu lebih banyak untuk diri sendiri.
"Halo, dengan Audrey bagian keuangan." Ucapku sengau karena flu yang mendera.
"Ini saya Pak Lio. Nanti jam sebelas kita ke lokasi proyek Grand Suite. Kamu siapkan seperti biasanya."
"I.....iya pak."
Seminggu kemudian...Alfonso mendadak menelfon, mengundangku ke acara anniversary pernikahan kedua orangtuanya. Aku enggan hadir karena tidak mengenal siapapun di sana.Aku sudah menolak tapi ia tetap memaksaku datang."Ayolah Audrey. Ada big surprise tengah malam nanti.""Gimana ya Al? Gue nggak bisa kayaknya.""Atau gue suruh sopir njemput Lo?""Eng..... enggak usah. Gue bisa datang sendiri." Spontanku."Naaah gitu dong. Lo udah janji datang lho ya?!""Al, gue -----"
Pak Lio berjalan lebih dulu, meninggalkanku yang hanya bisa berjalan tertatih dengan nafas memburu. Tanganku menekan tengah dada untuk membujuknya agar tidak seperti ini agar asupan oksigen menuju otak bisa membuatku lebih konsentrasi dan langkahku lebih tegap.Tapi nyatanya, fobia gelap ini merenggut jiwaku. Sedang tubuhku membutuhkan sandaran yang bisa membuatku kembali berani melawannya. Namun karena aku seorang diri, maka jalan terbaik adalah membiarkan fobia ini puas menguasaiku setelah itu aku akan melawannya sekuat tenaga."Audrey, harusnya kamu ikuti saya bukan jongkok disini."Aku menengadahkan wajah yang sempat kututup dengan kedua telapak tangan, berharap Pak Lio mengerti fobia yang kurasakan bukannya menggerutuiku.
Rekan-rekan kerja banyak yang memutuskan menonton konser salah satu penyanyi internasional yang tengah naik daun, Ed Sheeran. Demi melihat sang idola, banyak yang rela merogoh saku dalam dalam untuk membeli tiket kelas VIP.Sedang aku memilih menghemat keuangan setelah Affar tidak lagi menyokong kehidupan tersierku. Ah, aku kembali ke wujud asal karena seyogyanya apa yang pernah kunikmati bersama Affar hanyalah ilusi yang melenakan.Bahagianya para rekan kerja yang akan menonton konser, bahkan ada yang rela pulang tengah malam dan esoknya menguap di kantor demi acara yang hanya akan diadakan sekali dalam beberapa tahun ke depan. Itu pun jika pihak Ed Sheeran masih melihat ada banyak peluang menguntungkan di Indonesia.Sebuah pesan beruntun membuyarkan anganku yang
"She is mine! Go!"Syukurlah, pria itu langsung pergi.Pak Lio berdiri di belakangku yang notabene ia jauh lebih tinggi dariku."Lihat ke depan Audrey. Gue akan jaga lo dari belakang." Ucapnya dekat telingaku sambil memegang kedua pundakku dari belakang.Jika diperlakukan seperti ini, aku hanya bisa mengangguk gugup dan berdebar. Bagaimanapun Pak Lio adalah sosok atasan tampan menawan penuh daya pikat di setiap sudut tubuhnya.Suasana berubah romantis saat lagu "Perfect" mengalun merdu dari bibir Ed Sheeran. Mereka yang berdiri dengan pasangan pun seakan merasa terbuai dengan saling berpelukan dengan menirukan lagu. Tidak mau kalah dengan yang memiliki
"Cieeee... Kasih perhatian terus. Pepet aja." Erick langsung mendapat jitakan dari Alfonso."Hai Audrey!!"Aku mendongak tapi pandangan Alfonso jatuh pada titik yang lain."Audrey?" Gumam Erick, Robert, dan Pak Lio."Haaaaii!!"Seorang perempuan datang dengan gaya cantiknya menghampiri kami.Mereka berpelukan secara bergantian."Kalian lihat konser kok nggak kabarin sih?""Lo aja pulangnya mendadak." Jawab Alfonso."Sorry." Jawabnya dengan puppy eyes.
"Barbeque party? Lo demen amat sih diundang Alfonso?" Tanya Amelia ketika aku tengah bersiap siap.Tadi siang Alfonso menghubungiku jika ia mengundangku ke acara barbeque party bersama anggota club-nya. Awalnya aku enggan datang tapi dia kembali memohon untuk datang demi meramaikan acara."Gue diundang ya gue dateng. Gimana kalau lo ikut gue Mel?"Amelia menggeleng. "Nggak ah Drey, nggak ada yang kenal."Aku kembali mencari dress terbaik."Gue curiga sama Alfonso." Ucapnya sambil menggosok dagu."Curiga apaan?"
Semalam, sesampainya di kos aku langsung masuk ke dalam selimut tanpa berganti baju. Rasa takut yang teramat masih membayangi dan tidak ada cara selain berhibernasi semalaman. Sampai aku tidak menghiraukan ponsel atau ketukan dari Amelia. Alasannya karena aku terlalu takut. Pak Lio AsmenLo dimana?-panggilan tidak terjawab--panggilan tidak terjawab--panggilan tidak terjawab-Sasha?!!
Kian mengajakku ke resepsi pernikahan temannya yang bernama sama denganku, Audrey. Kami akan berangkat nanti malam setelah Kian pulang dari kuliah ekstensinya. Pak Lio AsmenUpahnya apa pak jika saya menemani bapak?Kalau kamu lupa, saya pernah menyelamatkan nyawa kamu. Bekas lukanya masih ada di perut saya.Buru buru aku menyambar kunci mobil lalu menuju salon untuk mempercantik diri. Aku harus menawan, wangi, dan elegan dihadapan Kian.Begitu malam menjelang, aku yang sudah siap dengan gaya sok cantik mengibaskan rok dan rambut. Me