"Barbeque party? Lo demen amat sih diundang Alfonso?" Tanya Amelia ketika aku tengah bersiap siap.
Tadi siang Alfonso menghubungiku jika ia mengundangku ke acara barbeque party bersama anggota club-nya. Awalnya aku enggan datang tapi dia kembali memohon untuk datang demi meramaikan acara.
"Gue diundang ya gue dateng. Gimana kalau lo ikut gue Mel?"
Amelia menggeleng. "Nggak ah Drey, nggak ada yang kenal."
Aku kembali mencari dress terbaik.
"Gue curiga sama Alfonso." Ucapnya sambil menggosok dagu.
"Curiga apaan?"
Semalam, sesampainya di kos aku langsung masuk ke dalam selimut tanpa berganti baju. Rasa takut yang teramat masih membayangi dan tidak ada cara selain berhibernasi semalaman. Sampai aku tidak menghiraukan ponsel atau ketukan dari Amelia. Alasannya karena aku terlalu takut. Pak Lio AsmenLo dimana?-panggilan tidak terjawab--panggilan tidak terjawab--panggilan tidak terjawab-Sasha?!!
Kian mengajakku ke resepsi pernikahan temannya yang bernama sama denganku, Audrey. Kami akan berangkat nanti malam setelah Kian pulang dari kuliah ekstensinya. Pak Lio AsmenUpahnya apa pak jika saya menemani bapak?Kalau kamu lupa, saya pernah menyelamatkan nyawa kamu. Bekas lukanya masih ada di perut saya.Buru buru aku menyambar kunci mobil lalu menuju salon untuk mempercantik diri. Aku harus menawan, wangi, dan elegan dihadapan Kian.Begitu malam menjelang, aku yang sudah siap dengan gaya sok cantik mengibaskan rok dan rambut. Me
"Gimana rasanya jadi gebetan pak bos Sha?""Nggak enak!!""Oh ya!? Tapi tahan lama ya?"Aku memukul lengan Kian dan meliriknya tidak suka. Aku jijik mengingat pernah menjadi budak nafsu Affar."Coba cerita. Gue penasaran Sha.""Itu aib Kian.""Siapa tahu gue ada rasa sama bawahan. Kan gue bisa meguru sama Lo triknya gimana biar nggak terendus orang kantor.""Who girl do you love?"Aku penasaran dengan perempuan yang dia sukai. Pasalnya selama di kantor, aku tidak pernah melihat Kian terlibat perasaan dengan perempuan kantor juga.Bila Anjar yang ia maksud, aku masih tidak percaya karena sikap keduanya yang tidak menunjukkan adanya chemistry. Malah terkesan hanya dibuat-buat sedramatis mungkin oleh Anjar.Dia mengendikkan bahu. "Who knows."Kalau Anjar perempuan yang Kian dekati lebih baik aku pindah divisi. Bagaimana pun aku jauh lebih cantik daripada dia."C
Dia memancingku untuk mengatakan hubunganku dengan Affar. Giliran dia malah main rahasia. Aku rugi banyak sedang Kian tidak mau menceritakan rahasianya. Curang namanya."Kurang romantis? Perfeksionis?" Beonya.Aku mengangguk. "Kamu pria sebelas dua belas, di rumah dan di kantor nggak ada beda."Kian terkekeh. "Belum kenal berarti.""Aku kenalnya itu kamu yang tegas, yang perfeksionis, kalau salah dikit ngomel ngomel sama bawahan. Terus kamu lihatin aku kayak mau makan aku hidup hidup."Kian malah tertawa lepas. Baru kali ini aku bisa membuatnya tertawa seperti ini dengan menguliti semua sifat buruknya yang selama ini mengesalkanku. Biar saja!"Gue ngeselin kayak apa sih?""Kamu jangan pura-pura nggak ngerti deh Kian. Awal-awal aku kerja waktu kita ke lapangan bareng, kamu marahin aku gara gara keluar beli minum. Ngeselin banget.""Kan lo emang salah. Lo ninggalin customer saat dia butuh lo. Nggak cuma lo yang capek dan ke
Pajangan aquascape besar dengan air bening kebiruan terpampang di depan pintu masuk ruko dua lantai ini. Gerombolan ikan ikan kecil berwarna warni berenang sehat kesana kemari juga beragam tanaman air yang nampak hidup, segar, dan menyejukkan mata.Aku tidak tahu banyak tentang sosok Kian yang lain, yang lepas, dan yang bebas. Darah artistik mengalir dalam tubuhnya, tidak hanya pandai membuat desain bestek, tapi ia juga bisa membuat desain interior yang indah, kini ia salurkan dalam wujud seni artistik yang lain berupa aquascape.Berawal dari bakat kemudian ia kembangkan menjadi usaha yang mengantarkannya menjadi duda mapan nan menawan. Pundi-pundi rupiahnya bertambah, seiring dengan jumlah para kaum hawa yang memujanya. Tapi, Kian seperti tidak terlalu suka bermain cinta atau menjual kasih sayangnya pada sembarang pere
Tetiba kondisi kesehatanku menurun, mungkin ini efek lembur dan sering pulang malam karena ulah Alfonso dan Kian yang kerap mengajakku menghadiri acara club mereka. Akhirnya aku memutuskan memeriksakan diri ke rumah sakit setelah sakit kepala ini tidak kunjung membaik.Sekembalinya dari rumah sakit, aku melihat dua penghuni kos yang tidak memiliki kerjaan sedang berdiri didepan pintu kamarku. Dia mengangkat dagu, seolah dia adalah ratu dan aku adalah babu.Ia mendorong tubuhku hingga terjedot pintu kamar. Badanku yang terasa begitu lemah semakin diperlemah dengan ulah kekanakan mereka."Lo ada masalah sama gue heh!!" Sentakku dengan sisa tenaga yang ada."Mending lo minggat dari kosan ini biar kita nggak ketul
Betapa segar aroma lemon dan empuknya ranjang ini. Terpaan sejuknya AC membuatku engganuntuk bangun. Begitu mataku terbuka, yang terpampang adalah tembok yangdidominasi warna coklat dan putih dengan lampu gantung indah.Ranjang yang kutiduri adalah spring bed king size mahal. Dan kamar kosku tidak menyediakan ranjang senyaman dan semahal ini."Kamar Kian?" Gumamku sembari mengingat ingatnya. Aku pernah sekali ketiduran disini dan kini aku berada disini."Kok bisa?"Kusibak perlahan selimut tebal nan nyaman ini. Lalu menurunkan kedua kaki dengan kepala masih berdenyut nyeri.Di atas nakas samping ranjang ada ponselku yang tergeletak, obat
"Lo perhatiin cara mandi gue?""Eng.....nggak." Jawabku gelagapan."Minum obat sana. Udah nggak demam kan?""Tinggal dikit. Meriangnya udah mendingan kok."Saat aku membereskan bungkus makanan kami, telfonku berdering nyaring.Kriiiing..."Sha, ponsel Lo bunyi." Teriak Kian dari ruang tengah.Saat mengetahui siapa yang menelfon, aku menyuruh Kian untuk tidak bersuara selama aku dan mama bertelepon. Bisa perang dunia empat kalau mama tahu aku menginap di rumah seorang duda.Selama ini hanya mama d