"Ini tante... mamanya Rado." Jantungku seakan berhenti berdetak. Kian, Rado, dan ibunya adalah satu paket lengkap kumpulan orang yang selalu mengingatkanku pada Kian. Jujur, aku sudah terbiasa tanpa Kian bahkan tidak ada niatan kembali padanya selain ingin berkata 'Aku membencimu'. Dan tidak ada yang lebih membahagiakan selain melihat Kian menderita di akhir kebahagiaannya. Aku seperti kembali ditarik mundur untuk mengingat semua hal tentang Kian. Aku benci harus mundur dari usahaku yang telah berhasil move on. Karena nyatanya kini sudah tidak ada lagi air mata yang tumpah, melainkan ketegaran dan kekuatan untuk bangkit. "Halo Sha? Kamu dengar tante?" "Iya." Lirihku. "Gimana kabar kamu nak? Sehat?" "Sehat tante." Betapa baiknya beliau, tetapi mengapa kebaikannya harus dibalas dengan kecurangan suami dan kebrengsekan anaknya? "Tante merindukan kamu dan calon cucu tante." Entah kenapa mendengar hal itu serasa ada setetes air kesejukan yang membasahi gersangnya hatiku. Sekalig
"Mama dari mana? Tumben sampai nginep segala?" Rado bertanya sedikit kesal.Ibunya mendekat lalu memeluk Rado dengan hati tercabik-cabik. Mengingat perbuatan putra sulungnya yang meninggalkan luka. Sudah setua ini tapi malah dihadapkan pada kelakuan nakal Kian. Dia bukan pemuda berusia belasan tahun, melainkan duda berusia 34 tahun tapi memiliki pemikiran layaknya anak berusia belasan tahun.Menanamkan benih di rahim perempuan lalu meninggalkannya. Jika beliau tidak ambil tanggung jawab itu, bukan tidak mungkin karma dan kesialan akan terus menghantui keluarga kecilnya.Karena masih ada Rado yang 'lain' dari pemuda pada umumnya yang bisa saja menjadi sasaran karma sang kakak. "Ma, mama kenapa nangis? Cerita ma." Rado berusaha mengurai pelukan tapi ibunya enggan melepaskan."Kamu janji dulu sama mama, kalau kamu bakal ikuti saran mama. Demi keluarga kita Rado. Tolong mama ya?"Rado yang kini sudah jauh lebih bisa mengontrol emosi pun mengangguk. "Apa ma? Mama mau nyuruh aku ngelakuin
Bagai petir di musim kemarau padahal mentari begitu terang menyinari, pengakuanku sukses membuat mama dan ayah menatapku tidak percaya. Tergambar jelas keterkejutan di raut wajah keduanya dan aku hanya bisa kembali menunduk sedalam-dalamnya.Aku tidak bisa melihat murka mereka berdua yang selama ini sangat menyayangiku. Bukannya memberi kabar keberhasilan atas prestasi kerja malah membuat mereka seperti dilempari kotoran tepat di depan muka.Masih menunduk sambil menyembunyikan air mata kesedihan, aku berdoa agar Tuhan membantuku mendapat maaf dan ampun dari mama, sang pecinta sejati keluarga. Kurasakan mama mendekat dan duduk di sampingku."Hamil?" Beonya.Aku mengangguk dengan perasaan takut.Mama menempelkan kedua tangannya di dada sembari menghembuskan nafas panjang nan kasar. "Ya Tuhan ayah, katakan ini mimpi yah."Ucapan mama cukup menunjukkan padaku bahwa beliau terguncang akan pengakuanku. Memangnya, ibu mana yang bisa menerima kenyataan putrinya hamil di luar nikah?"Audrey.
"Demi Tuhan, ayah akan cari Kian meski ke ujung dunia sekalipun! Dan jangan halangi ayah untuk membuatnya berhenti bernafas kalau perlu!" Desis ayah tajam. "Aarghh!!! Audrey kamu ini benar-benar bodoh!" Teriak mama. "Maaf maa. Maafin aku. Tapi mamanya Kian bilang beliau bakal tanggung jawab. Beliau bakal ngasih nafkah kami berdua. Kemarin beliau datang ke rumah sewaku yang baru ma." "Aku juga udah pindah tempat kerja maa. Aku benar-benar pengen membuka lembaran baru. Walau aku tahu ini sulit, tolong mama dan ayah tetap menerima dan maafin aku." Mohonku sambil bersimpuh di kaki mama. Mama membuang muka dengan wajah penuh derai air mata kekecewaan. Itu wajar dan aku pantas mendapatkannya. Sedang ayah kembali berkali-kali memainkan ponselnya, menghubungi nomer Kian hingga umpatan terdengar dari mulutnya karena Kian telah memblokir nomer ayah. Kemudian kami larut dalam pikiran masing-masing karena kabar yang kubawa cukup memukul hati kedua orang tuaku. Hingga kami tidak bisa berpikir
Hancur karena cinta itu menyesakkan. Falling out of love is hard. Jatuh karena pengkhianatan malah lebih menyakitkan. Falling for betrayal is worse. Kepercayaan yang telah hilang dan hati yang telah hancur. Broken trust and broken hearts. Aku tahu. Dan berfikir bahwa semua yang kubutuhkan ada disini. I know. And thinking all I need is here. Membangun keyakinan akan cinta dan kata-katanya. Building faith on love and words. Walau janji yang kosong akan selalu menghampiri. Empty promises will wear. "Udahan ngelamunnya?" Aku menoleh lalu tersenyum tipis. Alunan lagu yang kudengar sangat cocok dengan apa yang terjadi padaku saat ini. "Siapa yang ngelamun?" "Lo lah. Dari tadi bengong aja. Nih air mineral lo." Aku menerima botol itu dan meneguknya sebagian. Maklum, ibu hamil sangat mudah haus. "Thanks Mel." Aku meminum air itu bersamaan dengan pil multivitamin yang kudapat dari dokter kandungan tempo hari. "Dia sehat?" Amelia sedang bertandang ke kontrakan baruku. Aku sangat
"Dia ngerti lo hamil nggak?"Aku duduk di tangga depan pintu sambil menatap taman yang baru kami sulap. "Enggak. Gue nggak mau dia jauhin gue karena kebodohan ini. Gue nggak mau dia mikir gue cewek kotor.""Mending lo hamil anaknya Alfonso daripada anak duda sialan itu Drey!" Ucap Amelia kesal sambil ikut duduk di sebelahku.Aku menatapnya terkejut. "Lo sinting!""Ya emang. Gitu lebih baik. Habis itu lo bakal jadi calon putri mahkota. Hidup berasa di awan. Lo ngak bakal pusing mikirin duit atau besok makan apa. Anak lo bakal jadi calon penerus kerajaan bisnis keluarga Alfonso. Nah sama duda itu? Lo dapat apa? Sialnya doang?!"Aku terkekeh mendengar ocehannya yang terkesan masuk akal. "Lo kesel banget sih Mel? Lo PMS?!""Andai bajingan itu ada disini pengen gue ceburin ke septic tank tau nggak!""Udah ah ngayalnya, udah sore, buruan mandi lalu kita keluar cari makan." ***Aku mengikuti saran-saran yang dianjurkan bagi bumil karir sepertiku untuk memakai pakaian yang longgar saat berak
"P...pak RT? A...da yang bisa saya bantu pak?" "Maaf mbak, mau tanya. Apa di kantor mbak ada lowongan? Kebetulan anak saya sedang mencari pekerjaan." Aku bersyukur kedatangan Pak RT kemari hanya bertanya hal sepele seperti ini. Aku bisa menjawab apa jika beliau bertanya mengenai KK dan KTP baruku yang belum tahu kapan jadinya. Ayah belum memberi kabar hingga sekarang. Dan setelah memberi penjelasan masalah lowongan kerja di kantor, Pak RT kembali pulang dengan raut kecewa. Karena kantor tidak menerima lowongan kerja. Setelah kembali memoles wajah dengan make up tipis, aku beranjak memakan roti yang kutaburi meses sebagai sarapan pagi. Juga segelas susu ibu hamil rasa vanila pembelian tante saat berkunjung kemarin. Namun rasa mual kembali melanda dan aku tidak bisa menghabiskannya. "Dek, jangan bikin bunda mual dong." Lalu denting pesan dari tante menarik perhatianku. Aku ingin tahu apa isinya. [Sha, udah berangkat kerja? Hati-hati nak.] [Maaf Tante belum bisa njenguk kamu.
Kata siapa menjadi single parent itu mudah? Setelah Pak Teguh memarahiku karena insiden faktur-faktur yang basah akibat terkena bocoran air hujan, tubuhku bereaksi lebih. Karena malam harinya nafasku tersengal-sengal akibat kelelahan meminta kopiannya. Dari satu vendor ke vendor yang lain menggunakan motor yang jaraknya lumayan jauh. Tentu ini hal yang beresiko apa lagi usia kehamilanku masih empat bulan. Kondisi yang rentan terjadi keguguran. Beruntung, janinku tumbuh kuat. Tidak hanya itu, aku pernah mendapat kekerasan seksual karena ada dua lelaki hidung belang mencolek pantatku. Mereka suka menggoda ibu hamil yang notabene dianggap kaum lemah. Aku menangis semalam dilecehkan seperti itu, dan hanya pada Amelia dan Anjar aku berani menceritakan segalanya. Siang ini ada rapat untuk proyek baru. Seyum bahagia tercetak di wajah Mbak Susan dan rekan-rekan yang terlibat. Mereka pasti mendapat proyek bagus untuk promosi kenaikan jabatan. Jika mereka bisa menghandel proyek dengan suk