Klik bintang 5 nya ya. Dan tinggalkan komentar yang mendukung... Sebentar lagi, ada kejutan!
"Halo Njar.""Hai Drey, gimana kabar lo?" Tanyanya dengan nada ceria."Fine girl. Gue sama Amelia di rumah. Lo lagi ngapain?""Rebahan aja dikamar. Oh ya Drey, lo mau denger cerita heroik dari gue nggak?"Aku mengerutkan dahi. "Apaan? Habis nampol maling lo?"Anjar terkekeh. "Bosnya maling malah.""Maksudnya?"Flashback...Saat itu, jarum jam kantor menunjukkan pukul 14.15 kemudian Anjar mengetuk ruangan Kian yang menjadi satu bersama Pak Rudy. Dua tumpuk dokumen pembelian dalam dekapan Anjar diletakkan dihadapan Kian dengan sopan meski hatinya bergelung marah.Tanpa menyadari perubahan pada ekspresi wajah Anjar, Kian bergegas mengecek dokumen. Beruntung, sebuah panggilan dalam silent mode yang muncul di layar ponsel Kian terbaca jelas oleh kedua mata Anjar.'Lovely Amanda'Anjar, dia bukan perempuan bodoh yang tidak mengerti sebuah panggilan sayang seorang pria pada wanitanya. Hanya saja, Anjar yang dulu dengan yang sekarang sudah berbeda penilaian pada setiap lelaki yang dikenal sej
POV PARALIO Selama di Jepang, aku tidak bisa berkonsentrasi penuh pada pelatihan, tugas, dan lomba yang diadakan. Apa lagi alasannya jika bukan karena aku terus memikirkan Sasha tanpa kuminta sekalipun. Sisi hatiku yang lain selalu berteriak untuk mencari tahu bagaimana kabarnya. Begitu menginjakkan kaki di Indonesia kembali, setelah empat bulan kepergian, aku menemukan kubikelnya yang telah tergantikan oleh orang lain. Pikiranku mulai bertanya-tanya dimanakah dirinya. Hingga pada saat Anjar menemuiku di ruangan, dia mengetahui segalanya tentang hubungan kami di masa lalu. Hingga aku menyadari jika Sasha telah mutasi dari kantor ini. Tepat di hari aku akan pergi ke Jepang. Ada rasa kehilangan bahkan luka yang tidak bisa kujelaskan sama sekali. Belum lagi sikap mama yang makin dingin padaku belakangan ini. Bertanya pada Anjar tentang keberadaan Sasha, bukannya mendapat jawaban, justru aku mendapat penghakiman kembali dari gadis muda seumuran Sasha itu. Bertanya pada mama diman
POV PARALIOKedua mata Sasha memejam sempurna saat aku mengatakan rahasia kami di hadapan Pak Affar. Rahasia yang mungkin selama ini ia tutup rapat-rapat tentang siapa ayah biologis bayi yang dikandung Sasha. Meski aku belum melakukan tes DNA, tapi suara hatiku begitu kuat meyakini jika bayi itu adalah anakku. Keturunanku. Yang akan mewarisi garis wajahku dan yang akan merengek manja padaku saat meminta sesuatu.Aku ingin tahu apakah Sasha menghasut Pak Affar lalu menjadikannya tumbal demi anak yang dikandung? Lalu bagaimana dengan status pernikahan yang sempat ia katakan pada Prita?Sasha membuka matanya perlahan lalu mendongak menatap kedua mataku dengan sorot terluka. Berhasilkah aku nembongkar kebohongannya di depan Pak Affar?Mungkin aku terlihat kejam karena seperti belum cukup menghancurkan hidupnya setelah menelantarkannya saat hamil muda. Apakah aku menyesal membongkar rahasianya di depan Pak Affar?Tidak!Kedua bola mata Pak Affar membulat sempurna kala mendengar pengakuank
POV PARALIODimana ada cinta disitu ada KEHIDUPAN. -Mahatma Gandhi-Rasa cinta Sasha yang teramat besar untukku membuatnya buta akan cinta. Bahkan rela menjadi budak nafsuku. Demi menyenangkan aku, ia rela memberikan kehormatannya padaku.Bagi perempuan setia pada satu cinta sepertinya, berada di dekatku adalah kebahagiaan. Tapi sayang, waktu itu aku tidak menyadari perubahan perasaannya padaku. Lalu dengan egoisnya, aku menghalangi acara kencannya dengan Wildan saat kami bertugas di Yogya. Sadar, ternyata aku cemburu.Sekarang, aku tidak hanya cemburu melainkan tidak terima dengan pernyataan Sasha akan menikah dengan Pak Affar. Shit!!! Aku marah!"Pernikahan kalian harus batal. Saya tidak akan membiarkan pernikahan kalian terjadi. Karena saya yakin keluarga besar Pak Affar yang amat terpandang tidak akan pernah sudi menerima wanita seperti Sasha. Hamil benih pria lain.""Jangan berani-berani menghancurkan hubungan kami Pak Lio!" Sentaknya kemudian Devan mulai merengek karena tidak
POV PARALIO Aku begitu panik ketika Sasha mulai bersandar di dinding sambil menormalkan deru nafasnya yang terlihat seperti orang mengalami asma. Tubuhnya juga mulai melemas. Jujur, aku tidak pernah melihat Amanda seperti ini saat mengandung. "Sha, kamu kenapa?" Tanyaku panik sembari merebahkan tubuhnya di pangkuanku.Apakah dia selalu seperti ini ketika merasa sangat sedih dan tertekan?Matanya mengerjap lemah lalu nafasnya justru melemah. Sedang tangannya memegang perut. "A ... anakku ... Kian."Lalu matanya makin tidak berdaya untuk sekedar melihatku. "Sasha?!! Buka mata kamu! Sasha!"Aku begitu panik.Aku takut kehilangan anakku kembali setelah kebodohan yang kulakukan dengan meninggalkan mereka berdua. Tuhan, tolong maafkan dan selamatkan mereka.Dengan segera aku membopong tubuhnya masuk ke dalam mobil. Aku berharap Tuhan menolong mereka berdua, memberinya waktu untuk hidup lebih lama agar aku bisa melihat anakku tumbuh penuh kasih sayang dan mengobati luka hati Sasha. Meski
POV PARALIO "Akan saya cek dulu keadaan Ibu Sasha. Kalau sudah membaik, pasien diperbolehkan pulang Pak.""Seperti sudah sangat sehat sus. Barusan aja istri saya teriak marah-marah."Suster itu menampilkan raut terkesima mendengar penuturanku. "Tapi akan saya pastikan dulu ya Pak.""Hati-hati sus, istri saya sedikit galak sejak saya pulang dari Jepang.""Tutup mulutmu Paralio!" Teriaknya lantang hingga membuat UGD yang awalnya sepi mendadak menggaungkan suaranya. Suster mendekati Sasha sambil membawa catatan kesehatan lalu memeriksa saturasi oksigennya. "Ibu harus jaga emosi ya. Pesan pak dokter nggak boleh terlalu capek sama harus pandai meredam emosi.""Saya nggak akan emosi kalau bukan karena dia sus!" Ucapnya tegas sambil menunjuk ke arahku yang berada di belakang suster. Kembali, hanya raut santai tanpa berdosa yang bisa kusuguhkan agar Sasha tidak makin menjadi menghadapiku."Kadang ngidam itu memang aneh Bu. Salah satunya ada yang mendadak benci sama suami sendiri. Tapi itu
POV PARALIO Setelah aku sudah berada di dalam rumahnya, wajah geram Sasha makin nampak. Meski wajah manisnya tidak secerah biasanya, tapi aku tetap menyukai dirinya apa adanya. Mau tahu kenapa aku tetiba berbalik menginginkan Sasha?Hatiku tidak pernah berhenti membisikkan namanya bahkan saat bersama Amanda sekalipun aku masih teringat dirinya. Entah mengingatnya dalam kondisi marah, sedih, atau senang. Dia bagaikan hantu yang terus membayangiku tentang kabar kehamilannya. Dan satu hal yang penting, mama selalu bersikap dingin padaku. Wanita yang menjadi Tuhanku di dunia itu ikut membenciku demi Sasha. Bukankah sudah jelas jika mengabaikan sabda ibunda sama dengan memasukkan diri sendiri ke dalam api neraka?Sebelum dosaku kian bertambah, dan hatiku yang tetiba memanas melihat ia bergandengan tangan dengan Pak Affar ditambah rencana pernikahan mereka, aku memilih kembali meninggalkan Amanda. Sebenarnya, alasan kembali pada Amanda karena di hatiku masih ada setitik cinta dan ia beg
POV PARALIOAku terus melangkah mendekat, dengan tatapan lekat dan menusuk yang kualamatkan pada wanita yang kini tengah mengandung anakku. Mengapa ia begitu keras kepala dan tidak mau kuatur? Seharusnya dia menerima itikad baikku untuk bertanggung jawab. Bukan mencari pria lain yang bersedia menafkahi hidupnya dan anakku. "Stop disitu Kian! Jangan dekati gue!""Aku tahu aku salah. Aku tahu aku sangat salah. Menelantarkan kalian selama ini tanpa tahu apapun. Tapi bukan berarti kamu bisa nolak pertanggungjawaban dariku. Jangan paksa aku kembali berubah jadi laki-laki brengsek karena kamu nggak nurut Sha."Langkah mundurnya dengan wajah ketakutan menjadi pemandangan yang begitu menyenangkan bagiku. Aku sangat menikmati detik-detik dimana korbanku sebentar lagi berada dalam genggamanku.Hingga punggungnya menyentuh tembok. Saat Sasha akan bergerak menjauh, aku segera memenjara tubuhnya dengan kedua tanganku berada di sisi kanan kirinya. Tubuhku pun sengaja kudekatkan tanpa menyentuh pe