POV PARALIODimana ada cinta disitu ada KEHIDUPAN. -Mahatma Gandhi-Rasa cinta Sasha yang teramat besar untukku membuatnya buta akan cinta. Bahkan rela menjadi budak nafsuku. Demi menyenangkan aku, ia rela memberikan kehormatannya padaku.Bagi perempuan setia pada satu cinta sepertinya, berada di dekatku adalah kebahagiaan. Tapi sayang, waktu itu aku tidak menyadari perubahan perasaannya padaku. Lalu dengan egoisnya, aku menghalangi acara kencannya dengan Wildan saat kami bertugas di Yogya. Sadar, ternyata aku cemburu.Sekarang, aku tidak hanya cemburu melainkan tidak terima dengan pernyataan Sasha akan menikah dengan Pak Affar. Shit!!! Aku marah!"Pernikahan kalian harus batal. Saya tidak akan membiarkan pernikahan kalian terjadi. Karena saya yakin keluarga besar Pak Affar yang amat terpandang tidak akan pernah sudi menerima wanita seperti Sasha. Hamil benih pria lain.""Jangan berani-berani menghancurkan hubungan kami Pak Lio!" Sentaknya kemudian Devan mulai merengek karena tidak
POV PARALIO Aku begitu panik ketika Sasha mulai bersandar di dinding sambil menormalkan deru nafasnya yang terlihat seperti orang mengalami asma. Tubuhnya juga mulai melemas. Jujur, aku tidak pernah melihat Amanda seperti ini saat mengandung. "Sha, kamu kenapa?" Tanyaku panik sembari merebahkan tubuhnya di pangkuanku.Apakah dia selalu seperti ini ketika merasa sangat sedih dan tertekan?Matanya mengerjap lemah lalu nafasnya justru melemah. Sedang tangannya memegang perut. "A ... anakku ... Kian."Lalu matanya makin tidak berdaya untuk sekedar melihatku. "Sasha?!! Buka mata kamu! Sasha!"Aku begitu panik.Aku takut kehilangan anakku kembali setelah kebodohan yang kulakukan dengan meninggalkan mereka berdua. Tuhan, tolong maafkan dan selamatkan mereka.Dengan segera aku membopong tubuhnya masuk ke dalam mobil. Aku berharap Tuhan menolong mereka berdua, memberinya waktu untuk hidup lebih lama agar aku bisa melihat anakku tumbuh penuh kasih sayang dan mengobati luka hati Sasha. Meski
POV PARALIO "Akan saya cek dulu keadaan Ibu Sasha. Kalau sudah membaik, pasien diperbolehkan pulang Pak.""Seperti sudah sangat sehat sus. Barusan aja istri saya teriak marah-marah."Suster itu menampilkan raut terkesima mendengar penuturanku. "Tapi akan saya pastikan dulu ya Pak.""Hati-hati sus, istri saya sedikit galak sejak saya pulang dari Jepang.""Tutup mulutmu Paralio!" Teriaknya lantang hingga membuat UGD yang awalnya sepi mendadak menggaungkan suaranya. Suster mendekati Sasha sambil membawa catatan kesehatan lalu memeriksa saturasi oksigennya. "Ibu harus jaga emosi ya. Pesan pak dokter nggak boleh terlalu capek sama harus pandai meredam emosi.""Saya nggak akan emosi kalau bukan karena dia sus!" Ucapnya tegas sambil menunjuk ke arahku yang berada di belakang suster. Kembali, hanya raut santai tanpa berdosa yang bisa kusuguhkan agar Sasha tidak makin menjadi menghadapiku."Kadang ngidam itu memang aneh Bu. Salah satunya ada yang mendadak benci sama suami sendiri. Tapi itu
POV PARALIO Setelah aku sudah berada di dalam rumahnya, wajah geram Sasha makin nampak. Meski wajah manisnya tidak secerah biasanya, tapi aku tetap menyukai dirinya apa adanya. Mau tahu kenapa aku tetiba berbalik menginginkan Sasha?Hatiku tidak pernah berhenti membisikkan namanya bahkan saat bersama Amanda sekalipun aku masih teringat dirinya. Entah mengingatnya dalam kondisi marah, sedih, atau senang. Dia bagaikan hantu yang terus membayangiku tentang kabar kehamilannya. Dan satu hal yang penting, mama selalu bersikap dingin padaku. Wanita yang menjadi Tuhanku di dunia itu ikut membenciku demi Sasha. Bukankah sudah jelas jika mengabaikan sabda ibunda sama dengan memasukkan diri sendiri ke dalam api neraka?Sebelum dosaku kian bertambah, dan hatiku yang tetiba memanas melihat ia bergandengan tangan dengan Pak Affar ditambah rencana pernikahan mereka, aku memilih kembali meninggalkan Amanda. Sebenarnya, alasan kembali pada Amanda karena di hatiku masih ada setitik cinta dan ia beg
POV PARALIOAku terus melangkah mendekat, dengan tatapan lekat dan menusuk yang kualamatkan pada wanita yang kini tengah mengandung anakku. Mengapa ia begitu keras kepala dan tidak mau kuatur? Seharusnya dia menerima itikad baikku untuk bertanggung jawab. Bukan mencari pria lain yang bersedia menafkahi hidupnya dan anakku. "Stop disitu Kian! Jangan dekati gue!""Aku tahu aku salah. Aku tahu aku sangat salah. Menelantarkan kalian selama ini tanpa tahu apapun. Tapi bukan berarti kamu bisa nolak pertanggungjawaban dariku. Jangan paksa aku kembali berubah jadi laki-laki brengsek karena kamu nggak nurut Sha."Langkah mundurnya dengan wajah ketakutan menjadi pemandangan yang begitu menyenangkan bagiku. Aku sangat menikmati detik-detik dimana korbanku sebentar lagi berada dalam genggamanku.Hingga punggungnya menyentuh tembok. Saat Sasha akan bergerak menjauh, aku segera memenjara tubuhnya dengan kedua tanganku berada di sisi kanan kirinya. Tubuhku pun sengaja kudekatkan tanpa menyentuh pe
POV PARALIOSasha terus bergerak ingin melepaskan diri dari dekapanku. Tapi hanya sebuah gerakan tidak bertenaga. Karena tenaganya telah terkuras habis oleh amarah yang sejak tadi dialamatkan padaku."Semakin kamu gerak, semakin kamu capek sendiri Sha.""Lepas Kian!"Dia menggelengkan kepala lalu berusaha menjauh dari ciuman yang kusasarkan di leher dan rambutnya. "Aku nggak bisa berhenti sampai kamu ingat gimana rasanya waktu kita ngabisin banyak waktu bersama. Malah kamu kelihatan nikmatin banget Sha.""Gue jijik!""Masak? Kayaknya ada yang lain dimulut tapi lain di hati. Kamu bilang enggak tapi tubuhmu kayaknya tahu sama siapa dia musti tunduk. Aku tahu kalau hatimu juga kangen sama aku tapi kamu tutup-tutupi sama emosimu."Aku terus memberikan ciuman dan belaian hangat hingga tubuhnya menikmati sentuhanku lalu niat berontaknya perlahan surut. Hingga tanganku bisa mengusap perutnya lembut penuh kasih sayang. Bahkan aku sengaja membuat tanda cinta di lehernya agar ia tahu jika aku
POV PARALIOSaat sedang bahagia memandangi wajah damai Sasha di alam mimpi dengan pundak yang sedikit terekspos karena selimut tidak menutup seluruh tubuhnya yang tanpa busana itu, perutku tetiba berbunyi. "Gue laper."Aku hanya sempat sarapan di rumah mama sebelum memutuskan ke kota tempat Sasha tinggal. Segera bangkit dari rebahan perlahan agar Sasha tidak terbangun. Mengambil ponsel yang berada di nakas lalu menuju ruang tamu. Ada banyak pesan dan panggilan dari Amanda. Aku ingat jika sebelum memutuskan menemui Sasha, aku telah membuat janji dengannya untuk bertandang ke rumah. Bukannya datang justru aku menemui Sasha dan ... bercinta dengannya.Apalah daya, hati dan pikiranku tidak sejalan. Aku bersama Amanda tapi otakku selalu teringat Sasha. Amanda : Kian kamu sudah otewe kemari?Amanda : Kian, ini udah lewat jam 11. Kok kamu belum datang?Amanda : Kian kamu kemana? Telfonku kok nggak dijawab? Dan masih banyak pesan lain dan panggilan darinya yang baru kubuka. Mau bagaimana
POV PARALIOSasha tertunduk lemas ketika aku menghancurkan hidupnya sekali lagi. Membuat Pak Affar yang siap menikahinya mundur bahkan menjauh karena video yang kukirimkan.Video yang mempertontonkan Sasha sedang berada di bawah selimut dengan mata terpejam sempurna setelah aku dan dia sama-sama melebur jadi satu. "Bunuh gue sekalian kalau lo nggak rela lihat gue bahagia."Aku memasukkan ponsel ke dalam saku lalu menatapnya lembut dengan jarak yang lumayan dekat. Bisa kulihat wajah pasrahnya yang tidak bisa berbuat banyak karena Pak Affar pasti membatalkan acara pernikahan mereka."Kamu mau aku tanggung jawab model apapun, aku pasti bakal penuhin. Tapi kalau kamu nyuruh aku pergi atau ngelepas kamu, aku nggak bisa."Dering ponselku kembali terdengar, dan kali ini mama yang menghubungiku. Di depan Sasha aku mengangkatnya."Aku di rumahnya Sasha.""Astaga Kian! Buat apa kamu kesana?! Jangan sakiti cucu Mama!" "Nggak Ma. Malah cucu Mama habis aku tengokin kabarnya gimana.""Kamu bawa S