Share

3. SETUJU MENIKAH

Zahra hanya berdiri mematung. Seolah tak ada yang peduli dengan sakit hati yang dirasakan. Mereka hanya sibuk dengan pertengkaran dan argumen masing-masing.

“Rasanya takkan sanggup untuk hidup dengan mereka. Ternyata harta tak menjamin kebahagiaan.” Desis Zahra dalam hati.

Sangat berbeda dengan kehiduan keluarganya. Walau hidup sederhana, tapi bahagia. Ayah dan ibunya selalu mencurahkan kasih sayang kepada dirinya. Sebagai anak tunggal, Zahra mendapat limpahan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Tujuannya datang ke rumah ini dengan tujuan memenuhi keinginan Baskoro untuk merubah sifat putranya yang sombong menjadi baik. Tapi rasanya mustahil. Lebih baik menyerah walau belum mencobanya. Itu akan lebih baik untuknya.

Zahra memutuskan untuk pergi. Tanpa berpamitan, dia melangkah perlahan hingga menghilang dari pandangan.

Tanpa Zahra sadari, Elang selalu memperhatikan setiap gerakan wanita berhijab yang sangat sederhana. Dia tidak modis, sangat berbeda dengan kekasihnya yang seorang model papan atas. Sangat jauh berbeda.

Setelah bayangan wanita itu menghilang, dia memperhatikan uang yang bertebaran di lantai. Tak ada satupun lembaran berwarna merah itu yang dibawanya. Namun otak kesombongannya berkata, “Gadis itu sedang memainkan peran supaya tak terlihat mata duitan. Dia salah. Elang Langit Ramadan tak mudah tertipu oleh siapapun!” begitulah cara berpikir sang direktur.

Sementara, Widya berusaha untuk berbicara dengan suaminya untuk membatalkan niatnya. Dia akan melakukan apapun untuk itu.

Kini suami istri itu saling berhadapan dan mencoba menghilangkan ego masing-masing. Baskoro sangat mengenal watak istrinya. Sebenarnya dia wanita yang sangat baik. Justru dirinyalah yang pernah melakukan kesalahan dengan menikah lagi tanpa sepengetahuannya. Hati wanita mana yang tak sakit kala menghadapi ujian seberat itu. Apalagi ada anak yang terlahir dari pernikahan keduanya.

Baskoro sangat menyesal. Apalagi istri keduanya meninggal saat melahirkan Yunus, Widya mau merawat anak itu hingga tumbuh dewasa. Walau tetap saja dia lebih mencintai putra kandungnya.

“Pah! Apa yang bisa aku lakukan untuk bisa merubah keputusanmu. Bukankah kau sudah berjanji untuk tidak menghianatiku. Aku tidak mau kau menghianatiku lagi, lebih baik aku mati jika hal itu terjadi,” ucap wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan terawat. Hanya tubuhnya saja yang lebih berisi yang membuatnya selalu merasa tak sempurna.

Baskoro menggenggam jemari istrinya, lalu membawa ke dadanya.‘Widya! jangan berkata seperti itu. Tidak baik. Aku takkan pernah ingkar dengan janjiku. Sudah kukatakan, hanya ingin menolong gadis itu. Sama sekali tak ada niatanku untuk menghianatimu. Mengertilah. Kecuali ....”

“Kecuali apa?” mata sayu widya menatap suaminya dengan sayu. Dia berharap jawaban yang bisa melegakan hatinya.

Baskoro menghela napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ekor matanya melirik ke arah putra pertamanya yang terlihat sedang memperhatikan ke arahnya.

“Elang mau menikahi gadis itu, walau hanya sementara.”

“Apa kau punya rencana lain?”

“Maksudmu?”

“Kau berniat mencuci masalah?”

“Aku tak mengerti apa yang kau katakan, Widya!”

“Dengan menikahkan Elang, akan mempermulus keinginanmu untuk mendapatkannya!”

‘Tidak! kau salah! Aku memang punya misi, tapi tidak untuk itu! Aku hanya ingin merubah sifat Elang yang angkuh. berubah lebih baik setelah menikah dengan Zahra. Pernikahan itu juga tidak lama. Setelah Elang berubah, mereka bisa berpisah. Dan Elang bisa menentukan pasangan hidupnya!”

Widya terkejut mendengar jawaban dari suaminya. Entahlah, rasanya sulit untuk percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh suamninya.

“Apa kau sudah membicarakan dengan gadis itu? Apa dia juga berasal dari keluarga baik-baik?”

‘Iya, aku sangat mengenal keluarganya.”

“Baik. Aku akan mencoba berbicara dengan Elang. Tapi ingat! Aku takkan pernah menganggap gadis itu sebagai menantuku, begitu juga Elang! Aku takkan membiarkannya untuk jatuh cinta kepada gadis miskin seperti dia! Aku tetap menginginkan putraku bisa punya pendamping yang sepadan dengannya!”

“Iya, aku mengerti.” Baskpro mengecup jemari istrinya dengan mesra. Lalu membiarkan istrinya untuk berbicara dengan Elang.

Widya menarik napas panjang sebelum mulai berbicara. Rasanya sangat sulit untuk mengatakan hal ini. Toh semua untuk kebaikan bersama. Elang hanya menikahi wanita itu sementara.

Widya menyentuh kedua bahu putranya dan menatap lekat manik berwarna coklat yang juga tengah menatapnya.

“Lang. Menikahlah dengan wanita itu, demi Mamah, Nak!”

Bagai disambar petir di siang bolong, Elang sangat terkejut dengan perkataan Mamahnya. Bola matanya membulat sempurna. Dia mengguncang bahu wanita yang melahirkannya dengan cukup keras, seolah lupa wanita itu adalah ibu yang sangat dicintainya.

“Mah! Apa Mamah sadar dengan ucapan Mamah? Apa kupingku tidak salah dengar?!”

‘Tidak, Nak! kau tidak salah dengar!”

“Bagaimana mungkin Mamah bisa mengambil keputusan yang merugikan Elang! Apa Mamah sadar sudah menjerumuskan anak sendiri ke jurang yang dalam?! Aku tidak mungkin menikah dengan wanita menjijikkan itu! Jangankan menyentuhnya, melihatnya saja membuat perutku mual!”

“Kau tidak harus menyentuhnya! Pernikahan kalian berbatas waktu! Mamah mohon, Lakukanlah demi Mamah!”

“Tidak! aku tidak sudi menikahinya! Kenapa tidak papah saja yang menikahinya!”

“Justru karena mamah tidak mau itu terjadi. Makanya Mamah ingin kau yang menikahi gadis itu!”

‘Tidak! sekali tidak tetap tidak!” gadis itu hanya akan menghancurkan hidupku saja!”

“Elang, Mamah mohon, tolong lakukan demi mamah. Kalau kau menolak, lebih baik mamah mati saja!”

Widya berlari menuju dapur. Rasanya percuma hidup kalau Elang tak bisa memenuhi harapannya. Widya takkan sanggup melihat suaminya bersanding dengan gadis itu. Lebih baik putih tulang dari pada harus menangis setiap hari.

Sesampainya di dapur Widya berusaha mencari pisau. Dia tidak peduli dengan teriakan suami dan putranya.

“Jangan lakukan itu, Mah!” Elang membuang pisau yang sudah di tangan mamahnya. Lalu memeluknya erat. “Elang mau menikahi wanita itu, demi Mamah.” Dengan berat hati, Elang bersedia memenuhi keinginan Mamahnya. Walau jauh dalam lubuk hati sangat berat untuk menjalaninya.

Baskoro tersenyum melihat keduanya saling berpelukan. Mungkin ini akan berat dijalani. Tapi Baskoro yakin, suatu saat nanti Zahra akan membuat Elang bahagia dan merasa menjadi manusia paling beruntung mendapatkan gadis sebaik dia.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Syarifa
sayang nya aku mau membaca lagi
goodnovel comment avatar
M Firly Allbi
mantaf...ceritanya aku suka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status