“Kau benar-benar wanita tidak tahu diri! Kau bukan hanya merusak masa depanku, tapi kau juga berhasil merebut wanita yang selama ini menyayangiku. Karena dirinyalah aku bertahan di rumah ini dan hidup dengan pria yang paling aku benci. Kau benar-benar seorang penyihir yang hebat! Penipu kamu!”
“Kau salah sangka! Aku tidak seperti yang kau tuduhkan!”
“Lalu siapa lagi yang menginginkan untuk pindah ke kamarku kalau bukan dirimu sendiri! Apa kau ingin aku menidurimu hingga kau hamil dan punya keturunan dariku, lalu merebut warisanku? Apa kau merindukan lelaki untuk menidurimu? Dasar wanita jalang! Jangan pernah berharap aku akan sudi menyentuh tubuhmu yang menjijikkan itu!”
“Astaghfirulloh hal,adzim, kotor sekali mulutmu seperti comberan!” ucap Zahra dengan kesal. Dia mencoba bersabar dan mengelus dadanya berkali-kali.
“Yang aku bicarakan itu benar, kau itu wanita yang haus akan sentuhan dan kau juga ....
“Pah, kenapa kau mengusir anakmu?!” Widya.menangis sembari memukuli dada suaminya dengan kesal.“Aku tidak mengusirnya. Bukankah dia sendiri yang menginginkan pergi dari rumah!” jawab Baskoro dengan kesal.‘Tapi kalau kau membujuknya, Elang pasti takkan pergi! Belum lagi kau meminta seluruh akses keuangannya, dia mau makan apa di luaran sana! Apa kau mau anakmu jadi pengemis? Begitu?!” Widya terlihat sangat kesal terhadap suaminya.“Sabar, Bu. Semua ini salah saya. Kalau saja saya tidak hadir dalam keluarga ini, Elang pasti tidak akan pergi.” Zahra mencoba menenangkan ibu mertuanya. Dia merasa menjadi penyebab dari semua permasalahan yang ada.Reaksi wanita yang sedang bersedih karena kehilangan anaknya itu menatap nyalang ke arah menantunya. Dia kian meradang saat mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh menantunya.“Iya! Semua ini memang salahmu! Kenapa kau masuk ke dalam kehidupan kami dan
‘Halo,” sapa widya dengan malas. Dia memijit keningnya yang terasa berat.“Mamah, ini aku. Elang!” jawab seseorang dari seberang.Widya terperanjat. Hampir saja dia menjatuhkan ponselnya. “Benarkah ini kamu, Sayang?” tanya Widya masih tak percaya. Matanya merebak. Dan tak kuasa menahan airmata yang mulai bersusulan.“Iya, ini aku. Apa papah ada di situ?”‘Tidak, Nak!”“Kecilkan suara Mamah. Aku tak ingin papah tahu kalau aku yang menelpon.”“Baik, Sayang. Ada apa?”“Aku butuh bantuan Mamah!”“Katakan saja, Sayang.”“Hari ini aku akan menikah di bawah tangan dengan Jessica. Aku sudah menjelaskan semua padanya. Dan dia setuju. Tapi dia mengajukan syarat. Dan aku ingiin Mamah membantuku!”“Katakan saja apa yang bisa Mamah lakukan?”“Dia mau kalau aku menjadi Elang yang dulu
Baskoro sedang duduk di ruang keluarga sembari menunggu istrinya yang pergi sudah cukup lama dan belum juga pulang. Dia sangat khawatir dengan keadaan sang istri yang belum begitu pulih. Entah pergi ke mana dia. Tapi dia yakin istrinya pasti sedang bersama putranya.Jujur saja, jauh dalam lubuk hati, Baskoro juga sangat merindukan putranya. Belum lagi urusan perusahaan yang telah lama terbengkalai tanpa tangan dingin putranya.Semilir angin dingin mulai terasa menusuk tulang. Baskoro melihat jam pada ponselnya. Hampir jam sebelas malam. Kepalanya sudah sangat pusing. Dia bahkan sampai lupa untuk meminum obat penurun tensi dan juga pengencer darah untuk penyakit yang dideritanya.“Lebih baik aku minum obat dan tidur saja.” Baskoro mematikan televisi dan beranjak dari sofa yang didudukinya. Namun baru beberapa langkah, dia dikejutkan oleh suara bel yang berbunyi.Awalnya dia berniat menyuruh si Mbok untuk membuka pintu. Namun rasanya tidak tega.
Bahkan Baskoro sampai mengikuti mereka yang menginap di hotel. Sebenarnya Baskoro ingin mengungkapkan semuaa kepada putranya. Namun anaknya itu terlalu bucin sama seperti mamahnya.Baskoro berencana untuk mencari bukti yang lebih banyak. Namun semua menjadi kacau karena anaknya sudah menikahi gadis matre itu.“Kenapa papah menatapnya seperti itu? Jangan bilang kalau papah juga suka dengan istriku!” Amarah Elang kembali meledak ketika melihat papahnya memandangi istri barunya dari kepala hingga ujung kaki. Dia salah menebak apa yang ada dalm pikiran papahnya.Baskoro tak menanggapi kemarahn putranya. Dia harus memutar otak untuk bisa membongkar kedok wanita canitk itu. Tapi bukan saat ini. Apalagi keduanya sudah menikah pasti sangat sulit bagi Elang untuk mempercayai ucapannya yang dianggap sebagai musuh. Elang pasti lebih percaya kepada mulut manis istri barunya.Setelah sekian lama berfikir, muncul juga ide di kepalanya.“Baiklah
Zahra sangat terkejut mendengar adanya keributan. Jantungnya berdetak sangat kencang. Karena terlalu lelah hingga sampai lupa mengunci pintu kamar dan mengira jika ada pencuri yang masuk ke dalam kamarnya. Mengucek mata untuk melihat siapa yang berani membuka pintu dengan kasar. Lampu temaram menyebabkan dia kesulitan mengenali siapa seseorang yang tengah berdiri di dekat pintu.Sesaat kemudian, lampu utama menyala. Hal itu membuatnya geram. Siapa orang yang begitu berani menyalakan lampu. Padahal dirinya sedang tidak memakai jlbab. Untung saja dia tak pernah tidur dengan pakaian yang sexi.“Berani sekali kau tidur di ranjangku!” terdengar suara yang menggelegar membuat Zahra terperanjat.“Kau?!” Zahra tak menyangka kalau suaminya sudah kembali. Segera mengambil jilbab yang berada di ranjang untuk menutup kepalanya.Belum juga jilbab yang terpasang dengan rapi, Zahra merasakan tangannya ditarik dengan kasar hingga dia terjatuh dari
“Apa lagi?!” tanya Elang dengan membusungkan dadanya.“Syarat yang kedua, kedua istrimua masing-masing akan punya kamar pribadi. Dan kamar ini tetap menjadi kamarmu. Kau bisa mendatangi kamar istrimu dengan jadwal yang akan kau tentukan sendiri!” ucap Baskoro dengan menaikkan dagunya. Tentu saja syarat yang diajukannya pasti membuat sang putra marah. Wajah anak lelakinya itu merah padam. Rahangnya mulai mengeras.“Apa maksud Papah?! Kamar ini akan menjadi milikku dan Jesssica! Dan tidak ada waktuku sedetikpun untuk gadis bodoh itu!” seru Elang seraya menunjuk ke arah Zahra.“Elang! Jangan pernah menghina Zahra gadis bodoh lagi!” sergah Widya. Dia tidak ingin anaknya malu jika tahu siapa Zahra yang sebenarnya.“Iya! Aku memang gadis bodoh. Gadis bodoh yang mau menikah dengan pria sakit jiwa sepertimu!” ucap Zahra dengan kesal. Lalu menarik tas besar yang berisi pakaian dan barang pribadinya.
“Kenapa Pak Baskoro memberi syarat seperti itu. Seharusnya Bapak’kan bisa membicarakannya dulu dengan saya. Hingga Elang tak salah duga terhadap saya!” Zahra memprotes dengan keputusan ayah mertuanya. Dia merasa tidak nyaman dengan tuduhan suami kepada dirinya.“Maaf, kalau tak sempat membicarakannya denganmu. Tapi aku menaruh curiga kepada Jessica. Dan, aku tak bisa mengatakan kepada siapapun, sampai berhasil membuktikannya!”“Pak. Buang jauh-jauh pikiran buruk itu. Bukankah yang Bapak inginkan adalah kebahagiaan Elang? Dan kini kebahagiaan dia sudah di depan mata. Tapi Bapak malah menghancurkannya. Lagi pula, apa Bapak bisa jamin kalau mereka tak akan melakukannya? Mereka sudah sah sebagai suami istri dan sudah menjadi hak dan kewajiban meeka untuk mendapatkannya!”“Lalu, bagaimana dengan dirimu? Kenapa kau tidak menuntut hakmu kepada Elang?” Baskoro mengembalikan pertanyaan Zahra kembali. Dia ingin melihat
Entah kenapa dia sangat risau dengan ucapan dari istri pertamanya. Untuk pertamakalinya ada seorang yang mengatakan hal itu padanya. Jelas saja hal itu sangat mengusik kenyamanannya. Selama ini dia selalu kenyang dengan sanjungan dan pujian. Hingga kata ‘tak menarik’ menjadi racun dalam kehidupannya. Dan membuatnya kehilangan rasa percaya diri.“Jawab, Jessica!” Elanga memegang pundak Jessica dan mengguncangnya.‘Sayang, bagiku kau adalah pangeran tampan yang sangat menarik. Dan aku merasa menjadi orang yang beruntung karena bisa menjadi istrimu dan mengalahkan wanita di luar sana. Aku sangat bangga padamu!” Jessica mengecup pipi Elang. Namun Elang menghindari Tak seperti biasanya, dia yang selalu membalas kecupan hangat dari Jessica, kini seolah tak menginginkannya lagi. Ucapan Zahra masih terus terngiang-ngiang di telinganya.‘Bagiku, kau sangat tidak menarik! Kau sangat tidak menarik!’ ucapan itu seperti terus b