Kembali Elang menjadi pria sombong. Menaikkan dagunya dan mendorong pintu. Lalu masuk tanpa permisi.
Tentu saja hal itu sangat membuat Zahra kesal melihat sikap sang suami. Dengan pria itu masuk seenaknya, membuatnya merasa sangat tidak dihargai.
“Bisa sopan sedikit tidak sih?! main masuk saja ke kamar orang lain tanpa permisi!” sungut gadis cantiki itu sembari menarik baju suaminya.
Lag-lagi terjadi insiden. Saat Zahra menarik pakaian suaminya dari arah belakang, tubuh suaminya limbung hingga membuatnya terjatuh dan menimpa Zahra.
“Astaghfirulooh hal’adzim!” pekik Zahra. Dia tak menyangka tubuhnya yang mungil tertimpa oleh tubuh suaminya yang lebih berat dari bobot tubuhnya. Dia merasa bagai ditindih oleh tumpukan kayu berton-ton. Sakit dan terasa sangat berat..
“Minggir!” Zahra mendorong tubuh suaminya. Amarah tergambar jelas pada wajahnya.
Sekali lagi, Elang merasakan debaran dalam dadanya. Bahkan
“Apa maksudmu?!” tanya Zahra dengan nada tinggi. Ada getaran pada suaranya.‘Kupingmu tidak budek’kan? haruskah aku mengulangi lagi?” tanya Elang sembari menatap tajam ke arah sang istri.Zahra seperti kehabisan kata-kata. Pria di hadapan pasti tak mau kalah. Sekuat apapun membantah perintahnya, pasti akan memantik kemarahannya.“Aku paling tidak suka mengulangi perintah untuk yang kedua kali. Jadi, jangan pernah membantah, apalagi tak menuruti perintahku. Kau mengerti?” Elang menatap wajah istrinya yang ketakutan.“Baru awal permainan saja,dia sudah ketakutan. Dan aku sudah menjadi pemenangnya.” Elang bermonolog dengan diri sendiri. Tentu saja hal ini membuatnya bangga. Menghadapi wanita bodoh itu tak sesulit apa yang dibayangkan.“Aku tunggu di kamarku, sekarang!” perintah Elang penuh penekanan. Lalu melangkah menuju pintu keluar dengan bangga. Rongga dadanya dipenuhi oleh oksigen
“Apah?! Gak bisa gitu dong, Sayang! Bukankah ....”“Aku belum selesai berbicara, Jessica!” Elang memotong pembicaraan istri keduanya. “Kalian berdua akan punya kamar masing-masing. Dan pada saat kalian mendapat jatah malam bersamaku, datanglah ke kamarku. Bukan sebaliknya. Karena kalianlah yang membutuhkan diriku!” Elang berusaha memberi penjelasan kepada kedua istrinya.Jessica terlihat sangat kesal. Wajahnya berubah masam. Sedangkan Zahra tersenyum kecut. Masih saja suaminya itu mengedepankan egonya sebagai lelaki.“Bagaimana dia akan memahami arti dari adil bagi kedua istri kalau cara pandangnya saja sudah salah seperti ini.” ucap Zahra dalam hati.“Mau tidak mau, kalian harus menerima keputusanku. Dan malam ini, dimulai darimu, wanita bodoh!” Elang menatap wajah istri pertamnya yang terus menundukkan kepala.Zahra tersentak saat mendengar ucapan suaminya. Dia sangat tak per
Elang memicingkan mata ketika cahaya matahari masuk ke dalam kamarnya. Pria itu menguap dan tak sengaja melihat jarum jam di dinding menunjukkan pukul tujuh.“Astaga! Ini sudah siang sekali. Mana pagi ini ada rapat penting lagi! Semua gara=gara gadis sialan itu!” Elang menggerutu. Semua gara-gara peristiwa semalam. Jika kembali mengingatnya, membuat darahnya mendidih. Baru kali ini ada orang yang berani membantah perintahnya.“Haacchh ....!!!” Elang berteriak dengan kesal sembari meremas rambutnya. Pria itu tak mengerti kenapa pikirannya selalu tertuju kepada wanita yang sangat dibencinya itu. Rasanya kepalanya seperti berasap. Dia butuh air dingin untuk menyejukkan kepalanya. Segera beranjak menuju kamar mandi.Sesampainya di dalam kamar mandi, Elang menyalakan air untuk mendinginkan kepalanya. Rasanya sangat menyejukkan. Sejenak bisa melupakan kejadian yang membuatnya kesal.Namun semua itu hanya berlaku sejenak. Beberapa s
“Apa yang kau maksud itu Zahra? Dia ada di dapur. Masih membantu si mbok untuk menyiapkan sarapan,” jawab Widya sembari menata piring di meja makan.Tanpa berpikir panjang, Elang segera melangkah menuju dapur. Wajahnya diliputi oleh kekesalan. Dia ingin menumpahkan rasa kesal kepada wanita yang di anggapnya tak tahu diri itu.Elang berdiri di pintu dapur yang terbuka. Dia berkacak pinggang dan meluruskan pandangan kepada wanita yang membuat dadanya dipenuhi amarah.“Dasar wanita benalu. Dengan santainya malah beraktifitas di dapur. Tak berpikirkah dia sudah hampir membuatku gila,” desis Elang dengan mengepalkan tangan.Dengan gerakan yang begitu cepat, Elang menarik tangan Zahra dan membawanya keluar dari dapur.“Astaghfirulloh hal’adzim. Apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganku!” Zahra berusaha melepaskan tangannya. Tapi tidak berhasil. Elang terus menarik tangannya dan membawanya menuju halaman
“Jangan menceramaih aku! Aku ya aku. Dan inilah caraku mendidik kalian!” Elang sangat sombong. Dia tidak mau menerima nasihat apapun. Apalagi dari istri yang dipandang rendah olehnya.“Astaghfirulloh hal’adzim,” Zahra mengelus dadanya. Entah terbuat dari apa hati suaminya. Hingga sangat sulit dibuka pintu hatinya. Semoga saja Alloh tidak menutup mata hatinya. Do’a Zahra dalam hati. Dia juga menginginkan suaminya berubah menjadi baik hingga tugasnya di rumah ini cepat selesai.25.“Apa yang dikatakan oleh istrimu benar, Elang!” Baskoro dan Widya mendekat ke arah Elang.“Apanya yang benar, Pah?! Menantu kesayangan Papah ini tidak bisa memegang komitmen. Semalam aku sudah menyuruhnya untuk datang ke kamarku. Tapi dia tidak datang. Apa masih bisa disebut sebagai istri yang baik?!”“Papah sudah mendengar semuanya. Dan apa yang dilakukan istrimu itu benar. Kau yang salah. Tidak seharusnya
Mereka tiba di meja makan dan mengambil tempat duduk masing-masing. Lagi-lagi yang Elang cari tak ada. Matanya terus menatap ke arah dapur untuk mencari sosok yang ingin dilihatnya. Dia tak ingin bertanya karena tidak mau ada orang lain yang mengetahui isi hatinya.Terdengar derap langkah kaki yang menuruni anak tangga dengan tergesa. Entah kenapa membuat Elang penasaran dengan pemilik kaki itu. Dan diapun melayangkan pandangan ke arah tangga. Apa yang dilihatnya membuat jantungnya berdebar. Wanita yang dicarinya sedang berjalan menuju ke meja makan dan membuat jantungnya berdebar. Rasanya aneh, kenapa detak jantungnya semakin cepat. Entah apa yang terjadi. Elang juga tak mengerti.Lalu Elang mencoba berpura-pura cuek dan tak memperhatikannya.“Ibu, Bapak. Saya mau berangkat kerja dulu.” Terdengar suara lembut yang menggetarkan hati Elang.“Loh sarapan dulu. Nanti perut kamu sakit,” jawab Widya.“Nanti saya sarap
“Gila. Ini sungguh gila!” Elang memukul kemudi berkali-kali. Dia merasa kesal dengan dirinya sendiri yang tak bisa fokus menyetir.“Bukannya ke kantor, kenapa malah aku datang ke rumah gadis bodoh itu!” Elang terus merutuki diri sendiri.Setelah sekian lama bergelut dengan bathin, dia pun memutuskan untuk putar balik. Rasanya waktu sudah terbuang cukup banyak untuk wanita itu.Saat Elang mulai menyalakan mesin mobil, tanpa sengaja tatapannya tertuju kepada gadis berjilbab yang terlihat berdandan lebih modern. Pakaian yang dikenakan juga seperti orang yang bekerja di kantor. Sangat rapih dan menarik.“Sepertinya, aku mengenal gadis itu.” Elang memperhatikan secara teliti. Wajahnya sangat mirip dengan istri pertamanya.‘Tidak! ini tidak mungkin Dia!” Pria itu menggelengkan kepala dengan cepat. Rasanya tak percaya jika wanita cantik itu adalah istrinya yang bodoh dan miskin.“Siapa yang menj
‘Sial! Harus kemana aku mencarinya! Apa perlu aku mencari seorang Office Girl dengan pakaian seperti ini! bisa-bisa menurunkan harga diriku! Tapi sudah kepalang tanggung. Aku harus menuntaskan penyelidikan ini supaya terbebas daru rasa penasaranku!”Elang turun dari mobil dan merapihkan jasnya. Dia tak mau menghabiskan waktu sia-sia. Lebih baik dia menghubungi salah satu orang yang berpengaruh di rumah sakit ini.Namun Elang kembali berpikir. “Apa pantas seorang investor mencari seorang Office Girl. Apalagi kalau mereka sampai tahu kalau wanita itu istriku. Tidak. Hal itu tak boleh terjadi. Lebih baik aku bertanya kepada security saja. Siapa tahu aku bisa mendapat informasi dari mereka.”Elang bergegas menuju lift untuk mencari ruang bagian informasi..Setelah tiba dia bertanya kepada salah satu security yang ada di depan pintu lift.“Maaf, Saya mau tanya. Apa salah satu Office Girl di sini ada yang benama Zahra?&rdquo