Elang memicingkan mata ketika cahaya matahari masuk ke dalam kamarnya. Pria itu menguap dan tak sengaja melihat jarum jam di dinding menunjukkan pukul tujuh.
“Astaga! Ini sudah siang sekali. Mana pagi ini ada rapat penting lagi! Semua gara=gara gadis sialan itu!” Elang menggerutu. Semua gara-gara peristiwa semalam. Jika kembali mengingatnya, membuat darahnya mendidih. Baru kali ini ada orang yang berani membantah perintahnya.
“Haacchh ....!!!” Elang berteriak dengan kesal sembari meremas rambutnya. Pria itu tak mengerti kenapa pikirannya selalu tertuju kepada wanita yang sangat dibencinya itu. Rasanya kepalanya seperti berasap. Dia butuh air dingin untuk menyejukkan kepalanya. Segera beranjak menuju kamar mandi.
Sesampainya di dalam kamar mandi, Elang menyalakan air untuk mendinginkan kepalanya. Rasanya sangat menyejukkan. Sejenak bisa melupakan kejadian yang membuatnya kesal.
Namun semua itu hanya berlaku sejenak. Beberapa s
“Apa yang kau maksud itu Zahra? Dia ada di dapur. Masih membantu si mbok untuk menyiapkan sarapan,” jawab Widya sembari menata piring di meja makan.Tanpa berpikir panjang, Elang segera melangkah menuju dapur. Wajahnya diliputi oleh kekesalan. Dia ingin menumpahkan rasa kesal kepada wanita yang di anggapnya tak tahu diri itu.Elang berdiri di pintu dapur yang terbuka. Dia berkacak pinggang dan meluruskan pandangan kepada wanita yang membuat dadanya dipenuhi amarah.“Dasar wanita benalu. Dengan santainya malah beraktifitas di dapur. Tak berpikirkah dia sudah hampir membuatku gila,” desis Elang dengan mengepalkan tangan.Dengan gerakan yang begitu cepat, Elang menarik tangan Zahra dan membawanya keluar dari dapur.“Astaghfirulloh hal’adzim. Apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganku!” Zahra berusaha melepaskan tangannya. Tapi tidak berhasil. Elang terus menarik tangannya dan membawanya menuju halaman
“Jangan menceramaih aku! Aku ya aku. Dan inilah caraku mendidik kalian!” Elang sangat sombong. Dia tidak mau menerima nasihat apapun. Apalagi dari istri yang dipandang rendah olehnya.“Astaghfirulloh hal’adzim,” Zahra mengelus dadanya. Entah terbuat dari apa hati suaminya. Hingga sangat sulit dibuka pintu hatinya. Semoga saja Alloh tidak menutup mata hatinya. Do’a Zahra dalam hati. Dia juga menginginkan suaminya berubah menjadi baik hingga tugasnya di rumah ini cepat selesai.25.“Apa yang dikatakan oleh istrimu benar, Elang!” Baskoro dan Widya mendekat ke arah Elang.“Apanya yang benar, Pah?! Menantu kesayangan Papah ini tidak bisa memegang komitmen. Semalam aku sudah menyuruhnya untuk datang ke kamarku. Tapi dia tidak datang. Apa masih bisa disebut sebagai istri yang baik?!”“Papah sudah mendengar semuanya. Dan apa yang dilakukan istrimu itu benar. Kau yang salah. Tidak seharusnya
Mereka tiba di meja makan dan mengambil tempat duduk masing-masing. Lagi-lagi yang Elang cari tak ada. Matanya terus menatap ke arah dapur untuk mencari sosok yang ingin dilihatnya. Dia tak ingin bertanya karena tidak mau ada orang lain yang mengetahui isi hatinya.Terdengar derap langkah kaki yang menuruni anak tangga dengan tergesa. Entah kenapa membuat Elang penasaran dengan pemilik kaki itu. Dan diapun melayangkan pandangan ke arah tangga. Apa yang dilihatnya membuat jantungnya berdebar. Wanita yang dicarinya sedang berjalan menuju ke meja makan dan membuat jantungnya berdebar. Rasanya aneh, kenapa detak jantungnya semakin cepat. Entah apa yang terjadi. Elang juga tak mengerti.Lalu Elang mencoba berpura-pura cuek dan tak memperhatikannya.“Ibu, Bapak. Saya mau berangkat kerja dulu.” Terdengar suara lembut yang menggetarkan hati Elang.“Loh sarapan dulu. Nanti perut kamu sakit,” jawab Widya.“Nanti saya sarap
“Gila. Ini sungguh gila!” Elang memukul kemudi berkali-kali. Dia merasa kesal dengan dirinya sendiri yang tak bisa fokus menyetir.“Bukannya ke kantor, kenapa malah aku datang ke rumah gadis bodoh itu!” Elang terus merutuki diri sendiri.Setelah sekian lama bergelut dengan bathin, dia pun memutuskan untuk putar balik. Rasanya waktu sudah terbuang cukup banyak untuk wanita itu.Saat Elang mulai menyalakan mesin mobil, tanpa sengaja tatapannya tertuju kepada gadis berjilbab yang terlihat berdandan lebih modern. Pakaian yang dikenakan juga seperti orang yang bekerja di kantor. Sangat rapih dan menarik.“Sepertinya, aku mengenal gadis itu.” Elang memperhatikan secara teliti. Wajahnya sangat mirip dengan istri pertamanya.‘Tidak! ini tidak mungkin Dia!” Pria itu menggelengkan kepala dengan cepat. Rasanya tak percaya jika wanita cantik itu adalah istrinya yang bodoh dan miskin.“Siapa yang menj
‘Sial! Harus kemana aku mencarinya! Apa perlu aku mencari seorang Office Girl dengan pakaian seperti ini! bisa-bisa menurunkan harga diriku! Tapi sudah kepalang tanggung. Aku harus menuntaskan penyelidikan ini supaya terbebas daru rasa penasaranku!”Elang turun dari mobil dan merapihkan jasnya. Dia tak mau menghabiskan waktu sia-sia. Lebih baik dia menghubungi salah satu orang yang berpengaruh di rumah sakit ini.Namun Elang kembali berpikir. “Apa pantas seorang investor mencari seorang Office Girl. Apalagi kalau mereka sampai tahu kalau wanita itu istriku. Tidak. Hal itu tak boleh terjadi. Lebih baik aku bertanya kepada security saja. Siapa tahu aku bisa mendapat informasi dari mereka.”Elang bergegas menuju lift untuk mencari ruang bagian informasi..Setelah tiba dia bertanya kepada salah satu security yang ada di depan pintu lift.“Maaf, Saya mau tanya. Apa salah satu Office Girl di sini ada yang benama Zahra?&rdquo
“Permisi, Dok.” Seorang peawat yang memakai jilbab masuk ke ruangan dr. Zahra.“Iya.” Jawab Zahra sembari membetulkan letak duduknya.“Di depan ada pasien yang terlihat sangat pucat dan mengeluhkan sakit kepala yang tak tertahankan. Bolehkah beliau menjadi pasien pertama, Dok?”“Boleh. Silakan.”“Baik, Dok.”Lalu perawat tersebut keluar dan menyuruh kepada security untuk membantu memapah Elang.“Mari saya bantu, Pak.” Ucapa pria yang memakai baju safari warna hitam.Elang tersentak dan menengadahkan kepala. Wajahnya pucat seperti mayat. Dia masih tidak bisa mengendalikan diri dan masih syok dengan kenyataan yang dihadapi. Tak ada jawaban apapun yang keluar dari mulutnya yang menganga lebar.“Wajah Bapak pucat sekali. Mari saya bantu masuk ke dalam.” Security menawarkan jasa untuk membantu Elang. Namun pria angkuh yang sudah tak bertaring itu men
Elang menurut saja saat perawat memerintahkan untuk berbaring. Dia sangat syok hingga tak mampu berkata apapun.Perawat berlalu sembari menutup korden.Zahra juga masih sangat syok dan tak tahu harus berbuat apa. Namun dia harus bersikap profesional sebagai seorang dokter. Dia tetap harus memeriksa pasiennya sekalipun itu suaminya sendiri.“Bismillah.” Zahra menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Setelah itu dia menarik masker ke atas dan ke bawah hingga menutupi sebagian wajahnya. Setelah dirasa aman, dia lalu menyibak korden dan mendekat ke arah pasien.Elang masih terdiam. Pria itu masih belum bisa menetralisir rasa terkejutnya.“Maaf, tolong dibuka kancing bajunya. Saya mau periksa,” Ucap Zahra kepada Elang. Entah kenapa baru kali ini dia merasa menjadi orang yang paling bodoh dengan menyuruh pasien membuka kancing bajunya.“Baik,” jawab Elang singkat. Suaranya terdengar parau.Zah
Elang pulang lebih awal dari biasanya dengan wajah kusut.“Baru pulang, Nak?” tanya Widya saat melihat putranya terlihat sangat lelah.“Iya. Pekerjaan hari ini sangat melelahkan.” Jawab Elang sembari mencium punggung tangan mamahnya.“Ya, sudah. Kamu istirahat dulu. Mamah siapkan teh panas untukmu.”“Kenapa harus Mamah? Apa ... Zahra belum pulang?” tanya Elang sedikit ragu. BiasanyaZahralah yang mempersiapkan seluruh kebutuhannya.“Tumben kamu tanya tentang Dia? Biasanya kamu juga cuek!’ Tanya baskoro sembari menyeruput teh panas yang ada di meja.“Memangnya tidak boleh? Percuma saja kalau aku punya istri tapi tetap saja Mamah yang menyiapkan keperluanku!” tegas Elang tak mau kalah.“Kamu’kan punya dua istri. Kenapa tak kau suruh istrimu yang satunya? Jangan memperlakukan Jessica seperti ratu. Bisa besar kepala dia!” jawab Baskoro dengan kesal.