BAB 76Elang hampir saja menyentuh bibir sang istri, kalau saja tak dihalangi oleh tangan mungil milik istri yang halus dan lembut.“Tidak! berani kau melakukannya, seumur hidup aku takkan pernah memaafkanmu!” Zahra terus meronta sembari menutup bibir Elang dengan tangannya.Elang tersenyum geli saat melihat istrinya ketakutan. Dia pun melepas sang istri dan menatapnya penuh kemenangan.“Keluar dari kamarku, Elang. Keluar!” usir Zahra dengan terisak. Hatinya terasa hancur. Dia merasa direndahkan oleh sang suami.“Baiklah. Kau tidak usah takut. Aku takkan mencurinya. Namun aku pastikan akan menjadi pria pertama yang menyentuhmu suatu saat nanti, saat kau menginginkannya. Ingat ucapanku!”“Kau sudah gila!” Zahra mengambil bantal dan melempar ke arah suaminya dengan kesal.Zahra kembali menangis saat suaminya pergi meninggalkannya.***Sementara, di sebuah kamar hotel bintang lima, Budi sedang merenung di dalamnya. Dekorasi kamar pengantin yang begitu indah tak membuatnya terasa nyaman.
“Bukan begitu, Mas. Aku sangat mencintaimu. Tak mungkin aku tak ingin melihatmu bahagia. Aku justru ingin membahagiakanmu dengan menikahiku!” Vero berusaha meyakinkan sang suami.“Asal kau tahu Vero, hubungan yang diawali dengan sebuah kebohongan, sangat sulit untuk bertahan. Dan Aku tidak bisa menerima kebohonganmu!” Budi menunjuk wajah Vero dengan kesal.“Malam pertama yang seharusnya indah, menjadi hancur karena kebohonganmu!” Budi berteriak dengan kesal. Kemudian mengambil ponsel dan berjalan menuju pintu. Namun langkahnya terhenti saat sang istri berusaha menghalangi dengan berdiri di depan pintu.“Mas Budi, jangan pergi. Aku mohon, maafkan aku. Aku tidak bermaksud membohongimu. Aku janji akan berusaha memperbaiki semuanya. Lupakan mantan kekasihmu. Saat ini aku sudah menjadi istrimu. Dan kita mulai lagi dari awal membangun keluarga kecil kita dengan sebuah kepercayaan. Aku berjanji takkan berbohong dalam hal sekecil apapun!” Vero mencoba menyentuh dada suaminya. Namun tangannya
BAB 78Ekor mata gadis berhijab itu melirik ke arah ponsel yang berada di atas nakas. Bola matanya membulat sempurna. Dia sangat terkejut dan tak percaya melihat foto profil yang terpampang pada layar di ponselnya.Binar bahagia terlukis jelas pada wajah yang sembab.“Mas Budi!” Zahra menghapus airmata dan mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel yang berada di atas nakas. Namun sayang, dia kalah cepat dengan tangan seseorang yang lebih dulu mengambilnya. Zahra sangat kesal dan ingin memuntahkan amarah kepada orang yang berani mengganggunya. Dia penasaran ingin melihat siapa yang berani mempermainkannya.“Elang?! Sejak kapan kamu di sini?!” Zahra sangat terkejut saat melihat siapa yang berani mengambil ponselnya. Padahal dia memastikan sendiri tadi, kalau pria itu sudah menghilang dari balik pintu.“Tak perlu kau tahu sejak kapan aku ada di sini. Yang jelas, Aku sudah berjanji takkan pernah meninggalkanmu!”“Kembalikan ponselku!” Zahra berusaha merebut ponsel yang berada di tangan su
BAB 79”Vero bilang begitu?” tanya Zahra.“Iya! Aku kecewa padanya dan sangat menyesal telah menikahinya!” jawab Budi penuh emosi.“Aku juga sangat kecewa dengan keputusanmu. Tapi mau bagaimana lagi, ternyata takdir tidak berpihak kepada kita. Sekuat apapun kita berusaha, kalau memang tidak berjodoh, kita takkan pernah bersatu.” Jawab Zahra dengan lemah. Dia pun tak ingin meyakini apa yang diucapkannya.“Kenapa takdir seperti mempermainkan kita, Zahra? tujuh tahun kita menjalin cinta, tapi kenapa kita tidak dipersatukan dalam ikatan suci?” Budi terlihat putus asa.“Istighfar, Mas. Jangan pernah berpikir seperti itu. Alloh selalu memberikan yang terbaik untuk umatnya. Bisa jadi yang kita sukai bukan yang terbaik untuk kita. Mungkin saja yang tidak kita cintai tetapi itu yang terbaik di mata Sang Pencipta!” Zahra berusaha menenangkan hati kekasihnya. Walau hatinya juga hancur. Namun dia berusaha untuk menerima takdir yang sudah digariskan oleh sang pencipta.“Maksudmu aku bukan yang ter
BAB 8OTiba-tiba Jessica datang dan begitu murka mendapati suaminya sedang berpelukan dengan istri pertama. Jelas saja dia marah besar. lalu memisahkan keduanya dengan paksa.”Beraninya kalian menghianatiku!”“Jessica, ini tidak seperti yang kamu bayangkan!” Elang berusaha menenangkan istrinya dengan memeluknya. Namun wanita itu mendorong tubuh suaminya dengan kesal.“Aku tidak sedang membayangkan. Tapi melihat dengan mata kepala sendiri! Tega kamu meninggalkanku sendirian di sana hanya untuk bermesraan dengan wanita bodoh itu!” Jessica menunjuk ke arah Zahra dengan kesal.“Jangan katakan dia bodoh! Itu hanya akan mempermalukan dirimu sendiri!” Elang mencoba memperingatkan Jessica. Dia tak ingin jessica malu jika tahu profesi Zahra yang sebenarnya.“Kau sudah berani membelanya! Apa yang sudah kamu dapatkan darinya? Oh, aku tahu. Kau pasti sudah tergiur dengan tawaran wanita murahan yang haus akan belaian itu untuk menidurinya!” Jessica berteriak dengan kesal.“Jaga mulutmu, dan jangan
“Kau ini bicara apa? jelaskan padaku, Yunus!” seru Elang. Dia tak mengerti dengan apa yang sudah dikatakan oleh adiknya.“Asal Kakak tahu, kalau istri kakak yang sangat dibanggakan itu ternyata ...”“Cukup, Yunus! Keluarlah dan jangan campuri urusan rumah tangga kakakmu!” tiba-tiba Baskoro datang dan mencoba menghentikan ucapan putra keduanya.Yunus mendengkus kesal. Dia sangat menghormati papahnya hingga tak ada alasan untuk menolak perintahnya. Pria belia itu pergi meninggalkan kamar dengan kesal.Baskoro bisa bernapas lega. Entah mendapat informasi darimana sehingga putranya bisa berkata seperti itu.“Sekarang, kau selesaikan urusanmu dengan dua istrimu. Sebagai kepala keluarga bersikap bijaklah!” Baskoro menepuk-nepuk pundak putranya, lalu pergi meninggalkan kamar. Mata Baskoro menatap tajam ke arah Jessica, seolah ada sesuatu yang ingin dikatakan tetapi tertahan karena sebuah alasan yang hanya Baskoro sendiri yang tahu.Zahra memejamkan mata menahan gejolak amarah yang sedari tad
“Kau mau ke mana?” Elang memegang lengan jessica saat wanita itu berjalan menuju pintu.“Lepaskan aku! Aku tak sudi tinggal dengan pria munafik sepertimu!” Jessica menepis tangan suaminya dengan kasar. Lalu melangkah keluar dengan tergesa.“Mau kemana. Ini sudah malam. Bahaya kalau kau bepergian sendirian!” Elang mencekal pergelangan tangan istrinya. Namun kembali wanita itu menepisnya dengan kasar.“lepaskan aku! Aku mau pergi kemana bukan urusanmu!” jawab Jessica dengan ketus.“Oke, aku akui aku yang salah. Aku minta maaf. Tapi tolong, jangan pergi di malam seperti ini. Aku mohon.” Elang menghalangi langkah istrinya.Jessica tahu kalau suaminya itu hanya seorang pecundang. Dia sangat yakin kalau lelaki itu sangat mencintainya dan takkan bisa hidup tanpa dirinya. Jessica tersenyum licik. Dia akan memainkan trik supaya bisa meraup keuntungan sepuasnya. Setelah ini dia akan meminta uang dalam jumlah besar. Pasti suaminya takkan menolak.Jessica berpura-pura menyerah. “Baiklah, kalau it
Baskoro tiba di kamar Elang. Pintu sedikit terbuka hingga memperlihatkan apa yang sedang terjadi. Baskoro terkejut saat melihat pemandangan di depan mata. Dia menutup mulutnya yang menganga lebar.Elang dan menantunya terlihat begitu intim. Keduanya sedang duduk berdekatan di tepi ranjang. Baskoro memang tak bisa melihat jelas apa yang sedang mereka lakukan. Hanya tangan yang saling bergenggaman yang jelas terlihat. Hal itu cukup membuatnya bahagia.Baskoro tersenyum dan terlihat binar bahagia pada wajahnya. Sedikit demi sedikit usahanya membuahkan hasil.Kalau saja tidak mendesak, Baskoro tak ingin menggangu putranya. Namun ini kesempatan yang sudah lama ditunggunya. Elang harus tahu semuanya.“Ehem-ehem,” Baskoro berpura-pura batuk untuk mengalihkan perhatian Elang kepadanya.Benar saja, Elang dan Zahra menengok ke arahnya.“Papah?!” Elang terlihat salah tingkah.Begitu juga dengan Zahra. Dia pun melepaskan pegangan tangan Elang.“Apa Papah menggangu kalian?” tanya Baskoro dengan se