BAB 78Ekor mata gadis berhijab itu melirik ke arah ponsel yang berada di atas nakas. Bola matanya membulat sempurna. Dia sangat terkejut dan tak percaya melihat foto profil yang terpampang pada layar di ponselnya.Binar bahagia terlukis jelas pada wajah yang sembab.“Mas Budi!” Zahra menghapus airmata dan mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel yang berada di atas nakas. Namun sayang, dia kalah cepat dengan tangan seseorang yang lebih dulu mengambilnya. Zahra sangat kesal dan ingin memuntahkan amarah kepada orang yang berani mengganggunya. Dia penasaran ingin melihat siapa yang berani mempermainkannya.“Elang?! Sejak kapan kamu di sini?!” Zahra sangat terkejut saat melihat siapa yang berani mengambil ponselnya. Padahal dia memastikan sendiri tadi, kalau pria itu sudah menghilang dari balik pintu.“Tak perlu kau tahu sejak kapan aku ada di sini. Yang jelas, Aku sudah berjanji takkan pernah meninggalkanmu!”“Kembalikan ponselku!” Zahra berusaha merebut ponsel yang berada di tangan su
BAB 79”Vero bilang begitu?” tanya Zahra.“Iya! Aku kecewa padanya dan sangat menyesal telah menikahinya!” jawab Budi penuh emosi.“Aku juga sangat kecewa dengan keputusanmu. Tapi mau bagaimana lagi, ternyata takdir tidak berpihak kepada kita. Sekuat apapun kita berusaha, kalau memang tidak berjodoh, kita takkan pernah bersatu.” Jawab Zahra dengan lemah. Dia pun tak ingin meyakini apa yang diucapkannya.“Kenapa takdir seperti mempermainkan kita, Zahra? tujuh tahun kita menjalin cinta, tapi kenapa kita tidak dipersatukan dalam ikatan suci?” Budi terlihat putus asa.“Istighfar, Mas. Jangan pernah berpikir seperti itu. Alloh selalu memberikan yang terbaik untuk umatnya. Bisa jadi yang kita sukai bukan yang terbaik untuk kita. Mungkin saja yang tidak kita cintai tetapi itu yang terbaik di mata Sang Pencipta!” Zahra berusaha menenangkan hati kekasihnya. Walau hatinya juga hancur. Namun dia berusaha untuk menerima takdir yang sudah digariskan oleh sang pencipta.“Maksudmu aku bukan yang ter
BAB 8OTiba-tiba Jessica datang dan begitu murka mendapati suaminya sedang berpelukan dengan istri pertama. Jelas saja dia marah besar. lalu memisahkan keduanya dengan paksa.”Beraninya kalian menghianatiku!”“Jessica, ini tidak seperti yang kamu bayangkan!” Elang berusaha menenangkan istrinya dengan memeluknya. Namun wanita itu mendorong tubuh suaminya dengan kesal.“Aku tidak sedang membayangkan. Tapi melihat dengan mata kepala sendiri! Tega kamu meninggalkanku sendirian di sana hanya untuk bermesraan dengan wanita bodoh itu!” Jessica menunjuk ke arah Zahra dengan kesal.“Jangan katakan dia bodoh! Itu hanya akan mempermalukan dirimu sendiri!” Elang mencoba memperingatkan Jessica. Dia tak ingin jessica malu jika tahu profesi Zahra yang sebenarnya.“Kau sudah berani membelanya! Apa yang sudah kamu dapatkan darinya? Oh, aku tahu. Kau pasti sudah tergiur dengan tawaran wanita murahan yang haus akan belaian itu untuk menidurinya!” Jessica berteriak dengan kesal.“Jaga mulutmu, dan jangan
“Kau ini bicara apa? jelaskan padaku, Yunus!” seru Elang. Dia tak mengerti dengan apa yang sudah dikatakan oleh adiknya.“Asal Kakak tahu, kalau istri kakak yang sangat dibanggakan itu ternyata ...”“Cukup, Yunus! Keluarlah dan jangan campuri urusan rumah tangga kakakmu!” tiba-tiba Baskoro datang dan mencoba menghentikan ucapan putra keduanya.Yunus mendengkus kesal. Dia sangat menghormati papahnya hingga tak ada alasan untuk menolak perintahnya. Pria belia itu pergi meninggalkan kamar dengan kesal.Baskoro bisa bernapas lega. Entah mendapat informasi darimana sehingga putranya bisa berkata seperti itu.“Sekarang, kau selesaikan urusanmu dengan dua istrimu. Sebagai kepala keluarga bersikap bijaklah!” Baskoro menepuk-nepuk pundak putranya, lalu pergi meninggalkan kamar. Mata Baskoro menatap tajam ke arah Jessica, seolah ada sesuatu yang ingin dikatakan tetapi tertahan karena sebuah alasan yang hanya Baskoro sendiri yang tahu.Zahra memejamkan mata menahan gejolak amarah yang sedari tad
“Kau mau ke mana?” Elang memegang lengan jessica saat wanita itu berjalan menuju pintu.“Lepaskan aku! Aku tak sudi tinggal dengan pria munafik sepertimu!” Jessica menepis tangan suaminya dengan kasar. Lalu melangkah keluar dengan tergesa.“Mau kemana. Ini sudah malam. Bahaya kalau kau bepergian sendirian!” Elang mencekal pergelangan tangan istrinya. Namun kembali wanita itu menepisnya dengan kasar.“lepaskan aku! Aku mau pergi kemana bukan urusanmu!” jawab Jessica dengan ketus.“Oke, aku akui aku yang salah. Aku minta maaf. Tapi tolong, jangan pergi di malam seperti ini. Aku mohon.” Elang menghalangi langkah istrinya.Jessica tahu kalau suaminya itu hanya seorang pecundang. Dia sangat yakin kalau lelaki itu sangat mencintainya dan takkan bisa hidup tanpa dirinya. Jessica tersenyum licik. Dia akan memainkan trik supaya bisa meraup keuntungan sepuasnya. Setelah ini dia akan meminta uang dalam jumlah besar. Pasti suaminya takkan menolak.Jessica berpura-pura menyerah. “Baiklah, kalau it
Baskoro tiba di kamar Elang. Pintu sedikit terbuka hingga memperlihatkan apa yang sedang terjadi. Baskoro terkejut saat melihat pemandangan di depan mata. Dia menutup mulutnya yang menganga lebar.Elang dan menantunya terlihat begitu intim. Keduanya sedang duduk berdekatan di tepi ranjang. Baskoro memang tak bisa melihat jelas apa yang sedang mereka lakukan. Hanya tangan yang saling bergenggaman yang jelas terlihat. Hal itu cukup membuatnya bahagia.Baskoro tersenyum dan terlihat binar bahagia pada wajahnya. Sedikit demi sedikit usahanya membuahkan hasil.Kalau saja tidak mendesak, Baskoro tak ingin menggangu putranya. Namun ini kesempatan yang sudah lama ditunggunya. Elang harus tahu semuanya.“Ehem-ehem,” Baskoro berpura-pura batuk untuk mengalihkan perhatian Elang kepadanya.Benar saja, Elang dan Zahra menengok ke arahnya.“Papah?!” Elang terlihat salah tingkah.Begitu juga dengan Zahra. Dia pun melepaskan pegangan tangan Elang.“Apa Papah menggangu kalian?” tanya Baskoro dengan se
Elang memasang wajah penuh amarah. Rupanya apa yang berada di pikirannya benar. Ternyata Papahnya benar-benar berselingkuh.“Apa-apa an ini, Pah?!” Elang memukul kaca mobil dengan keras.“Ada apa, Elang?” tanya Baskoro heran.“Jadi Papah selingkuh lagi, dan memintaku untuk menyembunyikan wanita itu?!”“Tidak, Nak! kau salah paham!”“Salah paham? Lalu untuk apa kita ke tempat ini? apa papah mau menyuruhku untuk menyembunyikan selingkuhan Papah? Hal itu takkkan pernah terjadi. Papah memang tidak pernah berubah! Ayo, Zahra. Kita pulang saja!” Elang menggandeng tangan sang istri untuk pergi bersamanya.“Elang! Sabarlah. Semua tak seperti apa yang kau pikirkan. Papah tidak bisa katakan sekarang. Tapi percayalah, Papah sekarang membenci sebuah penghianatan. Jadi tak mungkin Papah menghianati Mamahmu untuk yang kedua kalinya. Percayalah pada Papah!”Elang tak mendengarkan perkataan papahnya. Hatinya telah diselimuti amarah hingga tak menghiaukannya.“Zahra, tolong bujuk suamimu untuk tidak p
“Kenapa kita tidak langsung masuk saja?!” tanya Elang dengan kesal. Dia tak mampu lagi menahan rasa penasarannya.“Sabar, Pak. Kita tunggu waktu yang tepat!” jawab pria itu.“Tunggu!” Elang seperti mendengar suara desahan seorang wanita yang sangat dikenalnya dari dalam kamar. Dadanya bergemuruh. Detak jantungnya mulai tak beraturan.Elang mencoba menempelkan telinganya ke pintu kamar. Suara itu tidak begitu jelas tapi tetap saja membuat perasaannya tak karuan.“Ada apa, Elang?” Zahra mendekat ke arah suaminya.“Aku seperti mendengar suara jessica di dalam sana!” jawab Elang dengan suara gemetar. Wajahnya mulai menegang. Rahangnyapun mulai mengeras.“Mungkin saja memang dia sedang istirahat di sini!”“Tapi suara itu seperti sedang ....” Elang menggantung ucapannya. Dia segan untuk berkata hal yang buruk di depan istrinya.Sementara, Baskoro bisa tersenyum puas melihat putranya yang mulai emosi. Dia bahkan tak melakukan apapun saat sang putra menatap ke arahnya untuk minta penjelasan.