“Iya. Bahkan Papah sengaja menyuruh Zahra untuk datang ke pernikahan kekasihnya, supaya dia tahu kalau pria itu sudah menikah dengan wanita lain. Dan harapan papah, istrimu akan melabuhkan cinta terakhirnya kepadamu!”“Astaga! Papah tega sekali. Apa papah gak tahu kalau hal itu sangat menyakiti hati istriku? Hubungan yang diawali dengan kebohongan, tak akan bisa bertahan lama! Aku merasa berdosa, Pah!” Elang menyugar rambutnya. Dia tak mengerti dengan jalan pikiran papahnya. Bagaimana kalau istrinya tahu akan hal ini. Pasti jalan untuk mendapatkannya makin sulit.“Papah tahu memang salah. Biar dosa ini Papah tanggung sendiri. Namun percayalah, semua Papah lakukan demi kebahagiaanmu. Termasuk juga dengan menjebak Jessica. Papah sudah tahu perseingkuhan dia cukup lama. Hanya papah menunggu moment yang tepat untuk membongkar kedoknya!”“Aku tidak peduli dengan wanita penghianat itu. Tapi apa Papah tahu, yang papah lakukan sudah membuat Zahra menderita. Dia harus kehilangan kekasihnya kar
“Jelas saja cara Anda salah, Pak! Anda sudah berusaha merebut kebahagiaan saya dengan memisahkan aku dan Mas Budi secara sengaja. Dan kini kami benar-benar terpisah. Dan kalian bertepuk tangan dan tertawa di atas penderitaan bathin saya! Anda benar-benar jahat, Pak Baskoro!”“Cukup, Zahra! jangan menyalahkan Papah lagi!”“Aku berhak marah karena dalang semua ini adalah papahmu! Kau tak merasakan betapa sakitnya ditusuk dari belakang! Aku pikir Papahmu orang baiklain, tapi ternyata dia manusia paling jahat yang pernah kutemui!” “Semua ini salahku! Karena Akulah yang sudah menyuruh Papah untuk berbuat hal itu!” seru Elang. Dia berusaha untuk membela Papahnya yang terus saja disalahkan. Elang tidak rela karena apa yang Papahnya lakukan adalah demi dirinya. Apapaun yang terjadi dia akan memasang badan demi membela papahnya.“Kau?! Kau pikir aku percaya padamu? Apa kau lupa kalau dulu kau menolak dan merendahkan diriku? Apa kau lupa itu Elang Langit Ramadan?”“Aku tak pernah lupa akan hal
“Ceraikan aku!” jawab Zahra dengan singkat.Jawaban dari sang istri sangat mengejutkan. Bak petir di siang bolong yang siap membumi hanguskan hati Elang.“Cerai?!”“Iya!”“Tidak, Nak. Tolong, mintalah hal yang lain. Kau boleh minta rumah mewah ataupun ....”“Saya tidak butuh apapun kecuali perceraian!” Zahra memotong pembicaraan ayah mertuanya. Sorot matanya begitu tajam dan menyiratkan amarah yang luar biasa. Dadanya terasa sesak oleh kepedihan. Sekuat apapu dia menahan tangis, tetap saja bola salju mengalir deras dari matanya.Keputusan ini sangat berat untuknya. Menjadi janda tanpa pernah disentuh oleh sang suami membuat harga dirinya hancur. Zahra berusaha tegar dengan menghapus air mata. Dia tak ingin terlihat lemah di depan suami dan mertuanya.“Tapi, Nak ....”“Papah. Elang mohon, biarkan Elang yang berbicara. Ini urusanku dengan istriku!” ucap Elang dengan tegas. Dia tak ingin melibatkan papahnya lebih jauh. Apa yang diucapkan oleh istrinya sudah membuat hati pria yang paling
Namun langkah gadis itu terhenti saat merasakan ada lengan kekar yang melingkar pada perutnya.Zahra memejamkan mata sembari menahan degup jantung yang mulai berdetak lebih kencang.“Tolong, lepaskan aku!” pinta Zahra dengan lembut. Berada dalam dekapan sang suami, mampu sedikit memudarkan amarah dalam dada. Rasa hangat menjalar hingga terasa ke seluruh aliran darah.“Tidak. Aku ingin kau tahu tentang perasaanku. Aku mencintaimu dengan sepenuh hati.”Zahra berusaha melepaskan diri dari dekapan sang suami. Lalu membalikkan badan hingga berhadapan dengan Elang. Zahra mencoba mencari kejujuran pada mata suaminya. Tapi otaknya yang masih dipenuhi oleh emosi tak mampu melihat kejujuran di sana.“Kau pikir aku masih mempercayai bualanmu? Kau sama saja dengan papahmu yang pandai menutupi isi hatimu yang sebenarnya!” Zahra mengetuk dada Elang dengan jarinya.“Kau boleh tak percaya padaku. Itu hakmu. Tapi cinta ini tumbuh dari hati. Dan organ tubuh yang tak bisa berbohong adalah hati. Mungkin
BAB 1O1 ZAHRA PERGI DARI RUMAHElang terus mengejar wanita yang sangat dicintai. Dia akan terus berjuang demi cinta yang begitu mendalam. Walau kemungkinan sang istri tak lagi percaya kepada setiap ucapan yang keluar dari mulutnya. Elang akan terus berusaha dan tak mengenal putus asa.Pria tampan itu mempercepat langkahnya ketika melihat sebuah mobil berhenti di hadapan istrinya. Sebelum Zahra masuk ke dalam mobil, Elang harus bisa menggagalkan kepergian wanita cantik itu.“Zahra tunggu!” seru Elang sembari berlari kencang.Zahra mengurungkan niatnya untuk membuka mobil taxi on line yang sudah dipesan.“Ada apa lagi? Aku sudah bilang jangan menggangguku! Biarkan aku pergi!” ucapannya begitu tegas. Namun terasa ada yang berdenyut dari dalam dada. Gadis itu mengakui jika dalam hati kecil tak ingin pergi meninggalkan pria yang sudah menemaninya di saat fase tersulit dalam hidupnya.Namun jika teringat apa yang sudah dilakukan oleh papahnya, hati wanita berhijab itu kembali meradang. Wala
“Turunlah!” jawab Elang singkat.“Dasar menyebalkan!” Zahra menggerutu dengan kesal.“Pak! Tolong turunkan koper saya! Saya mau ganti taxi lain. Gak usah khawatir, nanti saya bayar full!” ucap Zahra dengan penuh penekanan. Dia sengaja melakukan untuk menyindir suaminya.“Gak usah! Aku gak mau kamu yang bayar. Uangku masih lebih banyak darimu!” jawab Elang sengaja membuat istrinya kesal.“Dasar pria sombong!”Zahra segera turun dari mobil dan membuka aplikasi untuk mencari taxi on line kembali.Tak perlu menunggu lama sebuah mobil berwarna putih datang. Tanpa membuang waktu Zahra masuk ke dalamnya.“Ikuti mobil itu, Pak!” perintah Elang kepada sopir taxi.“Baik, Pak!”Mobil segera meluncur membelah jalanan.***Mobil yang ditumpangi oleh Zahra tiba dikediamannya. Gadis itu turun dengan tergesa menuju rumahnya.Pada saat hendak memencet bel, Zahra dikejutkan oleh suara pria yang membuatnya kesal.“Syukurlah kau sudah sampai rumah dengan selamat!”Gadis itu meradang dan membalikkan badan
BAB 1O3 MENCARI SOLUSI“Ayo, masuk dulu, Bas!” Mustafa mempersilahkan besannya untuk masuk ke dalam rumah.“Tidak usah. Kita bicara di sini saja!”“Baiklah! Duduk!” Mustafa mempersilakan besannya untuk duduk di kursi kayu yang berada di teras.“Bisa kau jelaskan kenapa putriku pulang dengan membawa barang-barangnya sembari menangis?” Mustafa tak berbasa-basi. Dia langsung menembak pada pokok permasalahan.“Begini, Mus. Kau masih ingat’kan perjanjian awal pernikahan antara Elang dan putrimu?”“Iya. Aku ingat. Apa sudah waktunya mereka berpisah? Bukankah ini baru dua bulan. Itu artinya masih ada waktu satu bulan lagi? Benar’kan?” Mustafa bertanya dengan penuh selidik. Sebagai seorang ayah dia sangat menghawatirkan keadaan putrinya.Awalnya memang tak ada rasa cinta. Namun tinggal bersama dalam satu atap bisa saja merubah perasaan menjadi cinta.“Bukan karena itu. Tadi pada saat aku dengan Elang bercerita tentang awal proses perjanjianku dengan putrimu, tak kusangka dia mendengar semuany
“Mustafa. Kau orang yang sangat bijak. Tentunya keputusanmu pasti untuk kebaikan bersama. Kami menanti keputusanmu dan berjanji untuk menerima dengan lapang dada apapun itu!”“Ini sudah bukan lagi keputusanku lagi, Bas! Keputusan ini ada pada tangan Elang sebagai suami dari putriku! Bagaimana menurutmu, Elang?!” tanya Mustafa kepada menantunya. Matanya menatap tajam ke arah menantunya untuk menanti jawaban.“Saya ... Saya ....” Elang tak meneruskan ucapannya. Tiba-tiba saja degup jantungnya berdetak kencang. Keringat dingin membanjiri wajahnya. Dia merasa sedang menjadi terdakwa yang menanti hakim mengetuk palu.Elang merasa malu karena sudah tidak bisa menjadi suami yang baik dan tak bisa menjaga istrinya.“Katakan saja apa yang ada dalam hatimu, Nak,” ucap Baskoro sembari menepuk-nepuk punggung putranya untuk menguatkan. Baskoro sangat mengerti kalau putranya sedang kehilangan rasa percaya diri.“Katakan saja, Elang. Jangan ragu. Keputusan yang akan diambil, sesuai dengan apa keingi