Share

25, Takut

BHAGA, jangan pergi, aku takut.

Aku terus merapal mantra itu. Begitu ketakutan jika harus sendiri menghadapi Vlad. Aku takut hatiku meluluh. Biar bagaimana pun, kebersamaan kami dulu di sekolah membekas lama di memoriku. Sepanjang aku menyusun skripsi, wajahnya selalu terbayang sampai bisa kujelaskan detail di laporan tertulis. Dan kebersamaan itu ternyata membuat tujuan jalan hidupnya ke arahku.

Bhaga, jangan pergi, aku takut.

Bus berhenti di halte sebuah mal. Banyak yang turun di sana, tanpa perintah otak aku ikut turun.

Di dalam mal aku hanya berjalan berputar tanpa tujuan. Aku merasa otakku begitu penuh mencari jalan agar Bhaga mau pindah. Apa harus aku yang pindah ke sana? Aku terus berusaha meyakinkan diriku bahwa aku bisa mengatasi keterbatasan sarana di sana. Baiklah, aku bisa bertahan. Bersama nyamuk dan air sadah yang kehitaman. Kalau mereka bisa, kenapa aku tidak bisa?

Tapi…

Ya Tuhan, aku sudah mengorbankan

Sandra Setiawan

Mulai lagi deh… kebetulan kebetulan kebetulan. Manggala dan Nayara banget ya. Maaf ya, ide saya agak buntu kalau nyari ide scene biar mereka ketemu. Mereka harus ketemu untuk ngebangun jiwa novel ini. Biar nggak cuma ngerasani aja. Dua-duanya saling bermonolog. Apalagi kalau scene masa kini pakai pov 1, full Anna. Ngedeketin tokoh, kalau nggak kebetulan ya dijodohin. Ck. Tapi masih betah di sini kan? Makasih ya…

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status