Share

39, Bhaga Pergi

AKU terbangun nyaris tidak mengenali di mana aku berada. Ah, ini hanya ruang tengah rumahku saja. Semua lampu mati. Tersisa lampu teras dan nyala redup di kamar. Dingin terasa memeluk tubuhku yang tersingkap selimut. Membuatku menyelusup lebih dalam ke bawah selimut.

Aku sendirian di sini. Mataku terbuka lebar di kegelapan ruang. Menembus dinding berlapis kaca dan tirai menuju kehitaman malam. Tapi gelap di sini semakin terasa segelap di luar. Sepotong bagian bulan terlihat dari lubang angin, itu pun berlapis awan yang semakin tak mampu menembus hitamnya malam.

Sepi sesenyap ini, aku ingin berpikir. Tapi aku malas berpikir. Atau takut? Aku malas berpikir karena isi kepalaku menakutiku. Aku ingin merasai, tapi hatiku pun semakin menegaskan ketakutanku. Kukosongkan pikiran dan hati, tapi ternyata kelebat bayangnya tetap hadir. Bergantian. Saling menyakiti, dan menyakitiku juga.

Hanya seperti itu dan gelap malam semakin menuju puncaknya. Lalu hitam itu menghilan

Sandra Setiawan

Hadoh, basi banget sih tuh scene sakit. #ngaku Habis gimana lagi dong? Scene mendadak jatuh, dipeluk, biasanya kecelakaan ringan aja sih. Butuh sedikit kontak fisik biar lebih nyes. Tapi yang lebih nyes ya pas Vlad bilang, “Kalau aku dapat pelukan seperti itu, aku batalin semua schedule. Aku akan ikut ke mana kamu pergi.” Manusia memang susah bersyukur kali ya. Kayak Bhaga.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status