Share

101, Keputusan

“YA buat apa juga sih laporan. Toh masih sama-sama luar Jawa. Jadwalnya juga sama. Tiga bulan on site, dua minggu cuti. Nggak ada perubahan yang ngaruh ke kamu kan.”

Astaga!

Aku langsung membanting kaus yang tadi kupegang. Mataku mendelik sempurna. Bhaga sangat keterlaluan kali ini.

“Buat apa kata kamu?” Aku mendesis berusaha tidak berteriak. “Kamu anggap apa sih aku selama ini, Ga? Sampai pindah site pun kamu nggak merasa perlu diskusi dulu.”

“Kalau pun aku bilang, paling kamu cuma reply dua huruf aja. OK. Sudah. Buat apa? Bikin orang jengkel aja.”

“Oh, jadi kamu jengkel kalau aku reply dua huruf itu? Kalau gitu kenapa kamu nggak coba panjangin tu W*? Kalau kamu panjangin, apalagi bilang urusan ini, nggak bakal aku jawab cuma pakai dua huruf itu aja!” Aku sudah berdiri di hadapannya. “Lagian, urusan sepenting itu nggak bisa cuma lewat chat, Ga. Itu harus kita omongin serius. Kalau nggak bisa ketemu ya minimal nelepon. Dan apa harus secepat itu kamu iyakan? Nggak bisa nunggu kita
Sandra Setiawan

Selesailah…. Itu keputusan Anna. Bhaga memang keterlaluan. Wajar Anna muntab meski alasan-alasan Bhaga juga masuk akal. Kata Ian, Reason is always reasonable. Alasan selalu masuk akal. Mungkin benar, keputusan Anna masih kebawa jengkelnya yang kemarin-kemarin. Tapi dia sudah berusaha bertahan. Ketika dia berusaha bertahan, eh, Bhaga malah begitu kelakuannya. Meski alasannya masuk akal, Anna tetap merasa nggak dihargai. Dia bayangin ngobrol serius urusan yang penting-penting itu. Biar ada bahan omongan ketika Vlad kenceng banget deketin dia. Ah, semua berawal dari hal kecil yang sering kita remehin. Dan… ternyata itu alasan Anna soal rokok. Bhak! Bhaga lagi-lagi benar. Mantan Anna aja yang jorok, nyosor cewek nggak bebersih dulu. Lha ya kalau nafsu sudah di ubun-ubun piye, Ga? Annanya aja yang langsung illfeel. Lalu minta putus. Lu deh yang dapet.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status