Share

109, Pamit

MUNGKIN memang beginilah jalan hidupku.

Kami berdua terdiam. Tak ada lagi tanya jawab. Kulihat Bhaga cukup syok dengan pengakuanku. Awalnya dia tidak percaya, tapi makin lama, saat ceritaku makin jelas dan detail, dia percaya orang ketiga itu benar ada.

Hari makin di ujung. Langit mulai meredup. Jika hari sudah seredup ini, aku akan menutup semua jendela dan tirai lalu menyalakan lampu. Dan itu yang akan aku lakukan sekarang. Aku berdiri dari tempatku, lalu perlahan melakukan semua ritual sore dengan tatapan Bhaga mengikuti gerakanku.

“Sudah sore, Ga. Aku pergi ya.”

Dia diam.

“Kamu mau aku masakin dulu? Masih ada telur di kulkas. Aku ceplokin aja. Mau?’

Dia menggeleng.

“Ya sudah, aku pamit ya.”

“Aku boleh antar kamu, Na?”

Aku tersenyum.

“Apa kamu masih ada sayang sedikit aja ke aku?”

Kening Bhaga berkerut.

“Aku ada di sini sekarang karena aku masih sayang banget sama kamu, Na. Aku mau memperbaiki semuanya.”

Aku masih tersenyum.

“Kalau gitu, kamu jangan antar aku.”

“Kenapa?”

“Aku nggak
Sandra Setiawan

Tadinya nggak mau dikasih nama di paling bawah itu. Tapi, pengalaman yang sudah-sudah, my lovely readers selalu bisa dengan tepat nebak siapa yang datamg. Iya, Vlad datang. Apa yang akan mereka bahas kali ini?

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status