Para ksatria makan-makan dengan hasil buruan untuk menyambut kedatangan istri jendralRumah dinas milik Bayan berada di paling ujung dengan fasilitas yang memadai. Walaupun rumah itu tak bisa dibandingkan dengan kemewahan rumah yang dimiliki keluarga Ayudisha. Hal itulah yang membuat Bayan takut kalau ayu bisa tak nyaman tinggal di tempat ini. Namun saat Bayan menoleh pada istrinya, ternyata wanita itu sedang tersenyum dan menatap ke arah rumah mereka dengan tatapan bahagia."Rumahnya tak terlalu bagus," ucap Bayan khawatir."Apa yang kamu katakan, ini adalah rumah kita. Jadi kita harus mensyukurinya."Mendengar kata 'rumah kita', Bayan langsung merasa lega. Hingga saat ini Ayudisha menjadi begitu toleran dan sederhana. Padahal menurut informasi yang ia dapatkan sebelumnya, gadis itu adalah gadis remaja yang terbiasa dengan kelembutan dan kasih sayang. Sangat tidak cocok untuk keluarga militer seperti dirinya.Mereka pun turun dari kereta Dan disambut oleh beberapa wanita yang mana me
Bayan hanya melihat sekeliling dengan wajah masam sambil meminum tuaq di tangannya. Ia kesal melihat rumah yang akan ia jadikan sarang untuk bersama Ayudisha menjadi begitu ramai dan berantakan. Apalagi ditambah dengan orang-orang berantakan di depannya ini.Semua orang bersulang dan mulai meminum tuaq dengan bahagia sambil sesekali melihat ke arah Ayudisha. Mereka begitu terpesona dengan kecantikan yang dimiliki istri Bayan itu.Saat mereka menikmati wajah cantik itu, suara renyah langsung datang ke arah wajah mereka.Plakkkk!!!Bayan menampar mereka satu persatu. "Sekali lagi kalian menatap istriku, aku akan mencolok mata kalian."Mereka pun menelan ludah dengan takut, karena mereka selalu tau apa yang diucapkan oleh Bayan adalah sebuah ancaman yang nyata. Mereka pun menghadap ke arah lain sambil meminum tuaq dan membelai pipi mereka yang perih.Bayan bangun dan menuju ke arah istrinya. Ia melihat Ayudisha terlihat begitu nyaman dan ramah pada semua orang. Awalnya ia takut bahwa san
Ayudisha masih bergelut dengan mimpi indahnya di malam hari. Sedangkan Bayan masih waspada dengan parang di tangannya. Setelah waktu menjelang pagi, perasaan Bayan akhirnya mereda. Satu persatu orang-orang mulai pulang dari rumahnya dan halaman itu terdengar kembali sepi. Ia pun merasa lega dan menatap wajah istrinya yang cantik.Sebagai seorang prajurit khusus dengan segudang prestasi, Bayan telah banyak mengalami pasang surut dengan misi yang berbahaya. Terutama misi pada malam hari, hal itulah yang membuatnya menjadi terbiasa dan mampu menatap dengan jelas walaupun dalam keadaan gelap gulita.Bayan melihat bibir mungil itu sambil membayangkan betapa lembutnya jika ia menyentuhnya. Lagipula mereka adalah sepasang suami istri, tak masalah jika ia menyentuhnya sesekali. Walau ia harus mengendap-endap layaknya seorang pencuri. Bayan pun membelai pipi istrinya sambil bergumam pelan."Seperti yang aku duga, ini sangat lembut."Bayan mencium kening istrinya lalu kembali berjaga. Saat cah
Bayan menatap istrinya yang telah dipeluk oleh wanita itu dengan tatapan gelisah. Ia ingin menariknya dan menyeretnya untuk menjauh. Menjauh dari jangkauan sang istri. Tapi apa boleh buat, ia adalah seorang prajurit kerajaan yang agung. Ia adalah pelayan rakyat dan bertugas untuk melindungi mereka. Jadi ia tak akan melakukan tindakan kekerasan pada rakyat biasa apalagi seorang wanita.Hanya saja wanita itu begitu berisik dan menangis dengan suara yang sangat keras. Hal itu membuat orang-orang keluar dari rumah mereka masing-masing untuk menonton pertunjukkan. Bayan begitu kesal dijadikan sebagai tontonan apalagi tontonan dari kejadian bodoh semacam ini.Wanita itu menepuk bahu Ayudisha beberapa kali sambil menangis dan meraung. Seolah dunia telah hancur dan ia mengalami kemalangan yang luar biasa. Ayudisha pun hanya diam dan berbicara apa-apa. Ia tidak tau kenapa mantan ibu mertuanya datang kemari dan membuat keributan."Ayudisha..." ucapnya tersedu-sedu.Ayudisha pun mencoba menenang
Keluarga Bayan adalah keluarga militer yang terkenal. Hampir semua anggota keluarganya tergabung sebagai seorang prajurit berprestasi. Hal itulah yang membuat gaya hidup keluarga ini begitu keras dan disiplin. Apalagi ditambah dengan kelahiran bayi laki-laki selama tiga generasi.Hanya saja Bayan adalah cucu tertua sekaligus prajurit yang paling cemerlang. Diusia muda ia telah mendapat banyak gelar dan tergabung dalam anggota khusus dengan banyak misi berbahaya. Hal itulah yang membuatnya naik jabatan dengan sangat mulus, apalagi sebentar lagi akan ada pemilihan Patih muda di istana.Semua orang membanggakan prestasi Bayan. Termasuk para sepupunya, hal itulah yang membuat mereka begitu antusias saat mendengar Bayan akan menikah. Apalagi pernikahan Bayan ini bukanlah pernikahan yang biasa-biasa saja. Bayan menikah dengan gadis bangsawan paling cantik di Malaka. Tentu saja mereka puas dengan pernikahan Bayan, akan tetapi pemandangan mengenaskan terlihat di siang hari yang cerah ini. Bay
Ayudisha menatap ke arah pintu dengan perasaan sedih dan gelisah. Ia tidak tau kenapa ia begitu sensitif dan menangis dengan begitu mudah. Padahal ia selalu tau bahwa Bayan adalah orang yang memiliki sikap yang keras dan kuat. Hanya saja saat ia melihat mantan ibu mertuanya di kehidupan sebelumnya, ia merasakan krisis yang begitu hebat.Ayudisha terdiam dan merasa takut. Ia takut bahwa ini hanyalah mimpi manis karena harapannya yang terlalu tinggi. Ia takut bahwa kelahiran kembali tak pernah ada dan ia hanya seseorang yang masih tertidur lelap, yang suatu saat akan bangun dan melihat kenyataan pahit sekali lagi.Bayan adalah harapannya untuk mengubah masa depan. Orang yang akan ia jadikan panduan untuk bertahan hidup. Orang yang akan ia jadikan patokan untuk hidup yang bahagia.Ayudisha selalu tau bahwa hidup tak boleh bergantung pada satu orang. Hanya saja kehidupan sebelumnya telah memberinya pukulan telak, bahwa ia telah gagal menjalani hidup. Ia selalu ingat bahwa semua orang tela
Ayudisha duduk di pinggir tempat tidur, sambil bersiap untuk beristirahat. Akan tetapi tatapan sang suami begitu kentara dan panas. Ia tidak nyaman dengan tatapan itu, ia pun bertanya."Kenapa kamu melihatku seperti itu?""Tidak, aku hanya berfikir bahwa ini pertama kalinya kita akan tidur di ranjang yang sama."Mendengar ucapan Bayan, Ayudisha langsung memerah. Apa yang dikatakan Bayan adalah sebuah kebenaran. Selama ini mereka hanya berada di ruangan yang sama, namun tak pernah di ranjang yang sama. Sebagai pasangan suami istri yang sah, seharusnya mereka telah melakukan banyak hal yang lebih dari itu. Hanya saja Bayan telah menahan hubungan mereka karena insiden Tanjung sebelumnya.Ayudisha berfikir bahwa Bayan masih marah padanya, jadi ia pun menawarkan diri."Kamu bisa melakukan lebih jika kamu ingin."Bayan pun langsung menjadi kaku, ia tidak menyangka Ayudisha akan menawarkan diri padanya malam ini. Jika ia tidak benar-benar ingat bahwa besok adalah hari di mana ia akan datang
Cangkir emas telah terlempar jauh dan jatuh ke lantai dengan keras. Suara itu begitu memekakan telinga, hingga membuat seorang wanita paruh baya di samping pintu langsung menutup telinga dengan erat. Tapi laki-laki yang melempar cangkir itu langsung mendengus tak peduli."Bayan!!"Sang Raja Agung Malaka begitu marah pada sikap arogan yang Bayan lakukan. Semakin hari Bayan semakin terlihat berani dan tak menaruh hormat padanya. Hanya karena dia berasal dari keluarga militer yang berkuasa."Bajingan!!"Sikap Badra yang begitu tempramental serta mengucap kalimat-kalimat kotor, sangat jauh dari kesan bangsawan yang biasanya dipenuhi mulut manis dengan segudang puisi sastra. Namun wajah angkuh dan sombong laki-laki itu telah disembunyikan untuk waktu yang sangat lama. Sebagai putra tertua raja sebelumnya, ia berhasil mengamankan singgasana dan duduk sebagai seorang Raja. Akan tetapi kegelisahan terus menghantuinya, ia takut seseorang akan datang merebut kursi emas yang telah bertahun-tahu