Ayudisha duduk di pinggir tempat tidur, sambil bersiap untuk beristirahat. Akan tetapi tatapan sang suami begitu kentara dan panas. Ia tidak nyaman dengan tatapan itu, ia pun bertanya."Kenapa kamu melihatku seperti itu?""Tidak, aku hanya berfikir bahwa ini pertama kalinya kita akan tidur di ranjang yang sama."Mendengar ucapan Bayan, Ayudisha langsung memerah. Apa yang dikatakan Bayan adalah sebuah kebenaran. Selama ini mereka hanya berada di ruangan yang sama, namun tak pernah di ranjang yang sama. Sebagai pasangan suami istri yang sah, seharusnya mereka telah melakukan banyak hal yang lebih dari itu. Hanya saja Bayan telah menahan hubungan mereka karena insiden Tanjung sebelumnya.Ayudisha berfikir bahwa Bayan masih marah padanya, jadi ia pun menawarkan diri."Kamu bisa melakukan lebih jika kamu ingin."Bayan pun langsung menjadi kaku, ia tidak menyangka Ayudisha akan menawarkan diri padanya malam ini. Jika ia tidak benar-benar ingat bahwa besok adalah hari di mana ia akan datang
Cangkir emas telah terlempar jauh dan jatuh ke lantai dengan keras. Suara itu begitu memekakan telinga, hingga membuat seorang wanita paruh baya di samping pintu langsung menutup telinga dengan erat. Tapi laki-laki yang melempar cangkir itu langsung mendengus tak peduli."Bayan!!"Sang Raja Agung Malaka begitu marah pada sikap arogan yang Bayan lakukan. Semakin hari Bayan semakin terlihat berani dan tak menaruh hormat padanya. Hanya karena dia berasal dari keluarga militer yang berkuasa."Bajingan!!"Sikap Badra yang begitu tempramental serta mengucap kalimat-kalimat kotor, sangat jauh dari kesan bangsawan yang biasanya dipenuhi mulut manis dengan segudang puisi sastra. Namun wajah angkuh dan sombong laki-laki itu telah disembunyikan untuk waktu yang sangat lama. Sebagai putra tertua raja sebelumnya, ia berhasil mengamankan singgasana dan duduk sebagai seorang Raja. Akan tetapi kegelisahan terus menghantuinya, ia takut seseorang akan datang merebut kursi emas yang telah bertahun-tahu
Bayan menatap bayangannya yang ada di cermin tembaga. Ia melihat setiap sudut wajah serta tubuhnya dengan perasaan bangga. Hari ini adalah hari yang bersejarah, dimana ia akan membawa Ayudisha ke istana sebagai pasangan suami istri.'lihat betapa cocoknya kami berdua' ucapnya bangga pada dirinya sendiri.Bayan tak perlu orang lain untuk mengatakan bahwa ia adalah laki-laki tampan. Karena ia selalu tau bahwa wajahnya selalu diidamkan oleh lelaki lainnya. Jadi hari ini ia tak perlu berkecil hati karena bergandengan tangan dengan wanita secantik Ayudisha.Lagipula laki-laki yang paling cocok mendampingi Ayudisha hanyalah dirinya.'Siapa itu Tanjung?''Tulangnya begitu rapuh, selain pandai merayu dia sama sekali bukan apa-apa di mataku'Bayan terus memuji dirinya sendiri setinggi langit dan menjelek-jelekkan Tanjung hingga ke lumpur.Bayan pun mengalihkan perhatiannya ke sang istri, ia membusungkan badan dengan gagah berani. Namun Ayudisha hanya melihat sekilas dan berekspresi biasa-biasa
Hidup di dua kehidupan merupakan anugerah tersendiri untuk Ayudisha, ia menyadari banyak hal bahwa manusia tak semuanya baik. Ia ingat saat pertama kali bertemu dengan Tanjung di umur yang ke 10 tahun. Saat itu ia masih belum mengerti tentang dunia dan hanya bercermin dari kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya adalah sepasang suami istri yang sangat bahagia dan berintelektual tinggi. Hal itu membuatnya terus berimajinasi dan berharap untuk mendapatkan pasangan dengan jenis yang sama.Akan tetapi khayalannya terlalu tinggi dan harapannya terlalu besar. Ia mencintai orang yang salah selama berpuluh-puluh tahun dan berkorban untuk orang yang bahkan tak melihat ke belakang saat meninggalkannya. Jadi bohong jika ia mengatakan ia tak membenci Tanjung karena laki-laki itu adalah cinta pertamanya. Saat ia terlahir kembali, saat itu Ayudisha tak melihat dengan jelas wajah Tanjung yang telah berlumuran darah. Namun kali ini wajah tampan dan lembut itu terlihat pucat dan menatapnya dengan penu
Kekuasaan adalah sesuatu yang di impikan oleh hampir semua orang di dunia. Tidak terkecuali untuk orang-orang yang bersaing dengan Bayan saat ini. Walaupun mereka menghormati Bayan sebagai seorang prajurit yang berbakat dan tangguh, akan tetapi ambisi mereka untuk menjadi Patih muda selanjutnya tentulah sangat besar. Hal itu membuat mereka tersenyum girang di dalam hati sambil mengutuk agar Bayan didiskualifikasi dan disingkirkan dari kandidat Patih muda. Tentu saja mereka tak berani menunjukkan wajah asli mereka mengingat pengaruh keluarga Bayan begitu besar di kemiliteran.Pertunjukan hari ini begitu luar biasa dan di luar imajinasi mereka. Walaupun mereka tahu bahwa Bayan tak mungkin melakukan hal itu, mereka tetap melihat kejadian ini sebagai sebuah kesempatan untuk menyingkirkan Bayan dan menurunkan pamornya. Ayudisha menyadari bahwa ini adalah sebuah konspirasi politik yang biasa disebut oleh orang-orang di dalam buku. Hanya saja ini pertama kalinya ia melihat kejadian berdarah
Semua orang yang ada di istana mulai membicarakan tentang kejadian antara Bayan, Tanjung dan Ayudisha. Hanya saja kejadian itu tak berani mereka bicarakan secara terang-terangan. Mengingat status tiga orang itu bukanlah status yang bisa mereka singgung. Akan tetapi sudah menjadi kodrat manusia untuk saling menggunjing satu sama lain.Terlukanya Tanjung membuat para sastrawan mulai gelisah dan tak aman. Sedangkan masuk penjaranya Bayan membuat para anggota militer menjadi kesal dan marah. Apalagi ditambah dengan Ayudisha yang juga ikut masuk ke dalam penjara bersama suaminya. Hal itu membuat para bangsawan elite yang memiliki kebanggaan yang telah terukir lama di tulang mereka merasa terhina dan marah.Berbagai macam protes dan segala bentuk surat telah masuk ke dalam istana untuk dimintai pertanggungjawaban. Masing-masing orang ingin meminta keadilan untuk mewakili profesi dan kedudukan mereka.Para sastrawan percaya bahwa Tanjung adalah korban yang harus diselamatkan. Sedangkan para
Bayan menatap ke arah istrinya yang tertidur pulas. Ia tersenyum kecil dan membelai rambut Ayudisha dan berfikir sejenak. Selama ia menikahi Ayudisha, ia telah melakukan banyak hal yang bahkan tak pernah ia bayangkan akan dilakukan di masa depan. Hal itu membuat Bayan berfikir jika tidak menikah dengan Ayudisha mungkin ia tidak akan pernah menikah dalam hidupnya.Bayan merasa bersyukur karena telah menjadi suami dari Ayudisha di kehidupan ini. Jika kehidupan selanjutnya benar-benar ada ia ingin mengatakan kepada dewa, bahwa ia ingin terlahir kembali menjadi suami Ayudisha lagi.Kebahagiaan seorang Bayan sangat bertolak belakang dengan seorang laki-laki yang masih terbaring lemah di kasur istana. Para tabib mengelilinginya dan berusaha menyelamatkan nyawanya. Pada saat itulah Tanjung tenggelam dalam mimpi buruk yang tak ada habisnya.Kebahagiaan semu yang dimiliki oleh Tanjung selama hidupnya adalah sebuah tipu daya dan penuh konspirasi. Tanjung mati di dalam sebuah penjara dingin deng
Semua orang berkumpul untuk menyambut putri kerajaan yang datang bersama suaminya, mereka datang untuk menjemput Ayudisha keluar dari penjara. Beberapa orang menatap dengan tetapan kagum, sambil berharap di dalam hati bahwa itulah Ratu mereka. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa itu tak akan pernah terjadi.Ambisi para bangsawan elit inilah yang membuat orang tua Ayudisha menjauhkan anak-anak mereka dari pandangan istana. Akan tetapi sepertinya mereka tak pernah benar-benar pergi mengingat sekarang Ayudisha justru terjebak di dalamnya.Selama puluhan tahun, ini akan menjadi kali pertama mereka menginjakkan kaki kembali di lingkungan istana. Minah menatap istana megah itu tanpa perasaan nostalgia. Ia hanya datang kemari untuk menjemput putrinya bersama sang menantu.Minah menggenggam tangan suaminya dan berjalan menuju ke dalam istana. Di sana ia melihat Tuan Gada yang telah datang lebih dulu bersama keluarganya. Sebagai anggota keluarga mereka pun tersenyum sebagai isyarat ramah tam