"kamu mendengarnya." Tebak Ayudisha.Ayudisha menatap suaminya dengan tatapan datar, hal itu membuat perasaan Bayan langsung tenggelam. Bayan tak bisa membayangkan betapa hancurnya hati Ayudisha saat ini. Ia hanya ingin mengatakan pada istrinya bahwa ia akan menerimanya apa adanya. Ia juga tak akan memiliki istri kedua dalam hidupnya. Sebenarnya keluarga Bayan termasuk keluarga militer yang langka. Tak ada satupun dari keluarganya yang memiliki lebih dari satu istri. Padahal keluarga militer terkenal akan ambisi serta sikap mereka yang tegas dan mendominasi. Akan tetapi hal itu tidak berlaku dalam keluarga Bayan. Bahkan Gada yang telah ditinggal oleh istrinya selama bertahun-tahun pun tak memiliki niat untuk memperistri wanita lain. Baginya ibu dari Bayan adalah satu-satunya wanita yang akan menjadi istrinya. Walaupun anak seperti Bayan tak pernah ia harapkan untuk hadir diantara mereka."Apakah kamu ingin bercerai?"Mendengar pertanyaan Ayudisha, Bayan langsung marah. Ia tidak menya
Ayudisha menatap ke arah kiri jalan sambil berpikir dengan gelisah. Selama pernikahan berlangsung, ini akan menjadi pertama kalinya ia akan berpisah dari sang suami. Walaupun ia akan kembali ke rumahnya yang dulu, hal itu tak membuatnya merasa lebih bahagia saat berada di rumah dinas bersama dengan Bayan. Baginya sekarang Bayan merupakan orang yang ia jadikan sebagai gantungan dari nasibnya di masa depan.Ayudisha terkadang berfikir betapa baiknya seorang Bayan. Bahkan ketika ia berbicara bersama dengan Tanjung, Bayan tak bertanya apa-apa padanya. Laki-laki itu langsung percaya pada apa yang menjadi keputusan Ayudisha dan mengatakan bahwa ia tidak butuh seorang anak.Di kehidupan sebelumnya, Ayudisha telah merawat anak-anak dari Tanjung dan istri keduanya dengan sangat baik dan telaten. Hal itu ia lakukan sebagai dedikasinya sebagai seorang istri yang baik. Ia juga suka melihat anak tirinya yang manis dan lucu, terkadang Ayudisha merawat mereka sambil berharap ia akan dianugerahi hal
Raja menangis sepanjang malam dan itu menjadi hiburan tersendiri untuk Raka dan Bayan. Mereka merokok sambil menikmati kepanikan orang-orang. Bahkan hingga pagi menjelang masih terdengar jelas suara langkah kaki para abdi istana yang sedang panik."Panas..."Suara Badra mulai serak dan hilang, hal itu dikarenakan ia telah berteriak sepanjang malam. Bahkan istrinya pun menangis dan takut akan keadaan Badra. Apalagi tangisan itu terdengar menyakitkan dan menyayat hati.Beruntung para tabib istana sedang merawat Tanjung, jadi mereka hanya pindah ke kamar Raja untuk mengobati. Hanya saja selama semalam suntuk tak ada perubahan yang signifikan. Raja masih saja ingin menggaruk kemaluannya sambil berteriak panas. Dengan terpaksa mereka mengikatnya di ranjang, agar tak terjadi luka yang tidak diinginkan.Ratu Malaka pun akhirnya bertanya pada tabib tentang apa yang sebenarnya terjadi pada sang suami. Awalnya mereka tidur nyenyak semalam, hanya saja tak lama Raja mengeluh panas dan gatal. Lalu
Amor menatap Bayan dari atas sampai bawah, dan ia langsung menilai bahwa Bayan tidak pantas menjadi suami adiknya. Jika boleh membandingkan Bayan dengan laki-laki di sampingnya, maka laki-laki itu jauh lebih enak dipandang."Siapa namamu?" ucap Amor sambil menunjuk ke arah Raka.Raka pun menatap ke arah Bayan dengan tatapan bingung. Laki-laki di depannya ini terlalu tampan, hingga membuatnya bingung dalam bersikap. Jika Ayudisha adalah wanita paling cantik yang pernah ia lihat, maka Amor adalah laki-laki paling tampan yang pernah ia lihat sepanjang hidupnya."Na-namaku Ra-Raka." ucapnya sambil terbata-bata."Raka?"Saat Amor menyebut namanya, entah kenapa Raka merasa begitu senang. Hal itu membuat wajahnya merah padam. Bayan yang melihatnya langsung memukul kepala Raka. Ia cemburu kakak iparnya lebih memperhatikan sang sepupu dibandingkan dirinya."Jangan bertingkah aneh, biasa saja." ucap Bayan kesal.Amor langsung tersenyum ringan. Sekarang ia tau kenapa sang adik memilih untuk mene
Amor menatap perumahan keluarga Bayan dengan tatapan tak menyangka. Rumah ini begitu besar dan indah, hanya saja isinya sama sekali tidak normal. Saat masuk saja ia disambut oleh laki-laki yang bergelantungan di pohon mangga sambil tertawa.Amor adalah seorang bangsawan yang sering berpelesir ke luar pulau dan bertemu dengan banyak orang. Hanya saja manusia jenis ini baru pertama kali ia lihat.Amor pun mengurungkan niatnya untuk bertemu sang adik dan memilih untuk pergi. Tapi baru saja ia akan berbalik, seseorang menghampirinya dengan sekejap mata. Sangat cepat hingga Amor tidak punya waktu untuk merespon selain kaget."Hey siapa kamu? Kenapa kamu sangat tampan? Kamu juga sangat tinggi dan kulitmu sangat putih. Apakah kamu laki-laki yang turun dari kayangan, atau jangan-jangan kamu perempuan yang berpakaian seperti seorang laki-laki?"Mendengar hal itu Amor langsung marah, ia tidak pernah bertemu dengan orang yang begitu vulgar dan tak tau malu. Akan tetapi laki-laki itu begitu cerew
Setelah berhari-hari masa sulit berlalu, akhirnya sidang untuk Bayan dan Raka akan digelar. Sidang akan dipimpin oleh hakim agung yang berpengalaman, hal ini dikarenakan Raja masih belum sanggup untuk memimpin persidangan. Hal itu tentu saja menguntungkan bagi pihak Bayan dan Raka, mengingat tabiat Raja yang menurut mereka terlalu bias ke satu pihak.Ayudisha duduk bersama sang kakak secara berdampingan, ia juga ditemani oleh keluarga besar Bayan. Hanya saja entah kenapa jarak diantara mereka terlihat begitu nyata, hal ini dikarenakan aura Amor yang begitu sulit untuk didekati. Ia bersikap seolah-olah akan menikam siapapun yang berani mendekat pada adiknya. Tentu saja itu membuat orang lain merasa tidak nyaman, terutama ketiga sepupu nakal Bayan."Dia tampan, tapi sangat menyebalkan.""Ya, dia memonopoli Kakak Ayu seorang diri.""Dia bahkan lebih buruk dari Kakak Bayan. Setidaknya Kakak Bayan bisa ditipu dengan pujian-pujian berlebihan. Tapi laki-laki itu sangat sulit dibujuk, bahkan
Suasana persidangan kini telah menjadi lebih tenang. Bayan dan Raka duduk berdampingan dengan tubuh yang tegak dan berwibawa. Begitu pula dengan Amor serta Ayudisha yang terlihat kebangsawanannya.Melihat hal itu Hakim Agung pun langsung memulai persidangan."Hari ini adalah persidangan yang dilaksanakan dalam upaya keadilan untuk terlukanya sastrawan negara yang bernama Tanjung Sinarta. Yang mana pelakunya dituduhkan pada Prajurit Tingkat tinggi negara, sekaligus calon Patih Muda yaitu Raden Bayan Malaka. Adapula penganiayaan yang telah dilakukan oleh prajurit tingkat tinggi bernama Raden Raka, yang telah mengakibatkan Sastrawan Tanjung Sinarta mengalami luka parah dan harus berbaring selama berhari-hari. Maka dari itu persidangan ini resmi saya buka."Tok tok tokSuara palu pun terdengar, semua orang mulai menahan nafas menjadi lebih serius. Akan tetapi sebelum suara Hakim Agung terdengar, Amor lebih dulu mengangkat tangannya.Hakim Agung pun langsung menatap Amor dengan tatapan tid
Bayan dan Raka telah resmi keluar dari penjara. Mereka pun segera merayakannya dengan makan besar di rumah Keluarga Bayan. Suasana di rumah keluarga Bayan pun menjadi begitu ramai dan semarak. Semua orang bersuka cita atas bebasnya dua cucu paling dewasa dalam keluarga.Berkumpulnya keluarga ini bukan hanya untuk menunjukkan rasa syukur mereka terhadap bebasnya Bayan dan Raka. Namun juga sebagai bentuk doa agar Raka dapat menjalankan tugas dengan baik di perbatasan nanti. Mengingat perbatasan merupakan tempat paling rawan terjadinya serangan dan perang. Walaupun mereka yakin Raka akan baik-baik saja, tetap saja mereka khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak terduga.Bayan pun memeluk sepupunya dengan perasaan enggan."Raka, aku harap kamu tidak mati di perbatasan. Kalau kamu sampai mati, maka hilang sudah orang waras di rumah ini." ucap Bayan mengeluh.Mendengar keluhan anaknya, Gada pun langsung memukul kepala Bayan dengan keras. Ia sebagai salah satu penghuni rumah ini pun langsung