kematian.Satu kata itu mengkhawatirkannya hingga akhir. Ia tau bahwa kematian hanya tentang waktu, tapi ia meminta waktu lebih banyak. Kebahagiaan ini candu untuknya, setelah banyak air mata yang berderai akhirnya merasakan tawa yang nyaring. Ayudisha tidak ingin mengulang hal yang sama, apa yang dikatakan oleh Tanjung adalah benar bahwa ia memang harus pergi dari tempat ini.Ayudisha pun melihat Bayan yang sedang mengaduk obat untuknya. Laki-laki itu begitu serius dan telaten, hal itu membuat Ayudisha yakin bahwa Bayan pasti mengorbankan pekerjaan barang-barang mereka untuk mereka."Bayan...""Ya?"Setelah sakit Bayan menjadi lebih peka terhadap setiap gerak gerik istrinya, bahkan hembusan nafas itu pun tidak pernah luput dari mendengarkan wanita. Hal itu membuat Bayan langsung merespon panggilan istri lebih cepat dari orang-orang pada umumnya. Ia mendekat sambil membawa obat yang telah ia larutkan."Ada apa?" Suara Bayan begitu lembut saat berbicara pada Ayudisha, ia juga menyodor
Tanjung menatap mayat orang yang ada didepannya sambil bernafas dengan terengah-engah. Ia selalu tau bahwa Bayan lambat laun akan datang padanya. Hal ini membuktikan bahwa Ayudisha telah gagal meyakinkan laki-laki itu. Sejak awal Tanjung merasa bahwa Bayan mungkin akan melalui kejadian yang sama seperti halnya di kehidupan sebelumnya. Hanya saja ia terlalu merasa bersalah dengan keadaan Ayudisha hingga membuatnya nekat memperingatkan gadis itu.Ayudisha mungkin adalah istri dari Bayan tapi Tanjung telah mengenal orang itu selama dua kehidupan. Ia tahu betapa ganas dan mengerikannya seorang Bayan ketika sedang marah dan menghabisi musuh-musuhnya. Awalnya ia berpikir bahwa itu akan menjadi celah untuk kembali lagi dengan Ayudisha. Tapi siapa yang menyangka Ayudisha justru jatuh cinta pada laki-laki itu. Maka dengan berat hati Tanjung pun menyerah untuk mendapatkannya."Sial, jika aku tidak terlahir kembali mungkin aku tidak akan bisa menghadapi pembunuh bayaran ini. Beruntung di kehidup
Bayan tangan Ayudisha dengan lembut, ia ingin meyakinkan Ayudisha bahwa semua akan baik-baik saja. Tidak peduli siapa yang akan mencoba mengganggu mereka, Bayan dapat yakin bahwa ia bisa melindungi Ayudisha seorang diri."Kamu percaya padaku?" "Aku percaya padamu..." ucap Ayudisha lembut.Mereka saat ini berada di atas kereta dan berangkat menuju istana untuk yang kedua kalinya. Kegiatan mereka kali ini menyangkut ulang tahun kerajaan yang akan diselenggarakan dengan besar-besaran. Berbagai tamu dari kerajaan yang berbeda satu persatu telah memenuhi undangan. Hal ini membuat Ayudisha memiliki tugas tambahan yaitu menjamu para tamu terutama para putri-putri kerajaan yang ikut dalam delegasi.Di pulau Mirah Adhi terdapat kerajaan sebanyak 7 bagian. Masing-masing kerajaan memiliki nama sesuai dengan letak mereka berdiri, misalnya Timur, Barat, Tengah, Selatan, Utara dan Pusat. Kerajaan Malaka sendiri terdapat di daerah Utara yang berbatasan dengan Barat, Pusat dan Timur. Utara disebut
Ayudisha terus bermain bersama dengan Sina dan juga Saka. Mereka terlihat begitu harmonis layaknya ibu dan anak kandungnya. Hal itu membuat Bayan sedikit berdelusi bahwa itu adalah gambaran dari keluarga kecilnya di masa depan. Sina yang galak angkuh dan sombong sangat mudah tersulut emosi, sangat mirip dengan dirinya. Begitu pula dengan Saka, anak laki-laki itu terlihat pendiam dan mengikuti kemanapun sinar pergi sambil tersenyum kecil. Sangat mirip dengan Ayudisha.Ketiga orang itu bermain di bawah pohon beringin sambil memainkan boneka yang dibuat dari pohon pisang. Hanya saja pemandangan itu membuat Bayan sedikit iri, karena ia tak bisa terlibat di dalamnya. Ia juga iri karena Ayudisha saat ini lebih memperhatikan orang lain dibandingkan dirinya sendiri."Benar-benar membuat iri."Suara itu berasal dari seorang anak kecil yang duduk di atas tangga sambil melihat ke arah Ayudisha Sina dan Saka. Sangat terlihat jelas bahwa anak laki-laki itu iri dan kesal melihat keharmonisan mereka
Suara gamelan terus terdengar di mana-mana, semua orang sibuk berpesta ria dan menikmati malam dengan menari sambil merayakan keberhasilan dan kejayaan kerajaan Malaka. Suara petasan dan kembang api terdengar dimainkan oleh anak-anak kecil yang berlari-lari dan tertawa. Hal itu terlihat begitu harmonis dan damai hingga membuat Amor tersenyum sinis."Kasihan..."Walaupun Amor terdengar mengatakan sesuatu seolah ia bersimpati, namun terlihat jelas di wajah laki-laki itu bahwa ia sama sekali tidak peduli. Salahkan ia karena telah lama pergi dari tempat ini dan berkelana, sehingga membuatnya tak lagi memiliki rasa nasionalis yang tinggi terhadap kerajaannya sendiri. Saat ini yang ia pedulikan hanya satu orang yaitu adik perempuannya yaitu Ayudisha.Saat semua orang tenggelam dalam kegembiraan, ada orang-orang tertentu yang saat ini berkeringat dingin dan berlari menuju kegelapan. Orang-orang itu terus menelusuri jalan yang gelap sambil mengawasi agar tak ada yang melihat mereka.Setelah i
Bayan menggendong Sina di tangannya, anak begitu gembira sambil memainkan boneka yang baru saja mereka beli. Sedangkan Ayudisha memegang dua anak laki-laki lainnya. Mereka berlima berlima menonton pertunjukan wayang kulit sambil memakan kacang. Jika orang-orang tak mengenal mereka mungkin akan dianggap sebagai pasangan yang memiliki 3 anak kembar.Bayan selalu tersenyum saat menggendong Sina, perasaan ini terasa seperti seorang ayah yang menggendong putrinya sendiri. Bayan pun sesekali melihat perut Ayudisha sambil berdoa semoga anak mereka terlahir sebagai seorang perempuan."Apakah kamu menyukai boneka ini?" ucap Bayan lembut."Ya, aku menyukainya.""Kalau begitu paman akan memberikanmu sepuluh boneka lagi sebelum kamu pulang ke Senggrala.""Benarkah?!""Ya, tapi ada syaratnya.""Apa syaratnya?""Panggil aku ayah."Mendengar hal itu Sina langsung terdiam. Ia tidak pernah memanggil seseorang dengan sebutan seperti itu, bahkan ketika ia memanggil ayah kandungnya sendiri. Ayahnya adala
Ayudisha menampar Bayan di penjara dan di tonton oleh AmorKali ini Bayan dipenjara di bawah tanah. Tempat ini adalah tempat para penjahat kelas kakap untuk diisolasi dan diinterogasi. Sangat berbeda dengan penjara yang ditempati olehnya dan Ayudisha saat itu. Penjara ini juga dijaga dengan ketat oleh banyak prajurit.Ayudisha dan Amor langsung mengunjungi Bayan dan terlihat jelas bahwa mata Ayudisha sedikit bengkak saat ini. Hal itu membuat Bayan merasa bersalah, ia harusnya mendengarkan peringatan Ayudisha saat itu. Ia terlalu cemburu pada Tanjung hingga membuatnya tidak bisa berfikir jernih. Apalagi mengingat bagaimana ia begitu kasar pada Ayudisha untuk melampiaskan kemarahannya, hingga ia lupa untuk sejenak bahwa istrinya saat ini dalam keadaan hamil."Ayu..."Plakkkk!!!!Ayudisha menampar wajah Bayan dengan keras. Ayudisha sangat marah dan sedih saat ini. Ia tidak menyangka Bayan akan masuk penjara lagi. Begitu cepat hingga membuat Ayudisha tak bisa mengontrol emosinya dengan ba
Di langit biru yang tenang, burung elang sedang terbang sambil menggendong surat yang berisi berita kematian Patih Muda Senggrala. Berita itu akan sampai ke kerajaan Senggrala sebentar lagi.Saat ini kereta yang kerajaan Senggrala dijaga dengan ketat oleh banyak prajurit dan telah melewati perbatasan. Dalam perjalanan Sina terus memeluk Jarka yang menangis kehilangan ayahnya. Sina bahkan tidak tidur sepanjang malam hanya untuk membujuk Jarka agar tak terlalu sedih. Sedangkan Saka hanya duduk diam dan menonton saudara perempuannya bertindak.Sina adalah anak yang sombong, karena kecantikan yang dimilikinya serta darah keturunan yang ia miliki membuatnya sering memandang rendah orang lain. Akan tetapi dibalik sikapnya yang terlihat tidak manusiawi, ia adalah yang paling perhatian pada semua orang. Ia adalah orang yang sedih kalau melihat orang lain sedih dan bahagia ketika orang lain bahagia. Sedangkan Saka adalah tipe orang yang acuh tak acuh. Ia tak pernah melihat orang lain sebagai s