Ayudisha menampar Bayan di penjara dan di tonton oleh AmorKali ini Bayan dipenjara di bawah tanah. Tempat ini adalah tempat para penjahat kelas kakap untuk diisolasi dan diinterogasi. Sangat berbeda dengan penjara yang ditempati olehnya dan Ayudisha saat itu. Penjara ini juga dijaga dengan ketat oleh banyak prajurit.Ayudisha dan Amor langsung mengunjungi Bayan dan terlihat jelas bahwa mata Ayudisha sedikit bengkak saat ini. Hal itu membuat Bayan merasa bersalah, ia harusnya mendengarkan peringatan Ayudisha saat itu. Ia terlalu cemburu pada Tanjung hingga membuatnya tidak bisa berfikir jernih. Apalagi mengingat bagaimana ia begitu kasar pada Ayudisha untuk melampiaskan kemarahannya, hingga ia lupa untuk sejenak bahwa istrinya saat ini dalam keadaan hamil."Ayu..."Plakkkk!!!!Ayudisha menampar wajah Bayan dengan keras. Ayudisha sangat marah dan sedih saat ini. Ia tidak menyangka Bayan akan masuk penjara lagi. Begitu cepat hingga membuat Ayudisha tak bisa mengontrol emosinya dengan ba
Di langit biru yang tenang, burung elang sedang terbang sambil menggendong surat yang berisi berita kematian Patih Muda Senggrala. Berita itu akan sampai ke kerajaan Senggrala sebentar lagi.Saat ini kereta yang kerajaan Senggrala dijaga dengan ketat oleh banyak prajurit dan telah melewati perbatasan. Dalam perjalanan Sina terus memeluk Jarka yang menangis kehilangan ayahnya. Sina bahkan tidak tidur sepanjang malam hanya untuk membujuk Jarka agar tak terlalu sedih. Sedangkan Saka hanya duduk diam dan menonton saudara perempuannya bertindak.Sina adalah anak yang sombong, karena kecantikan yang dimilikinya serta darah keturunan yang ia miliki membuatnya sering memandang rendah orang lain. Akan tetapi dibalik sikapnya yang terlihat tidak manusiawi, ia adalah yang paling perhatian pada semua orang. Ia adalah orang yang sedih kalau melihat orang lain sedih dan bahagia ketika orang lain bahagia. Sedangkan Saka adalah tipe orang yang acuh tak acuh. Ia tak pernah melihat orang lain sebagai s
Di tengah hutan belantara terdapat sebuah rumah indah yang telah dijaga ketat oleh banyak tentara. Rumah itu telah dilindungi dengan perlindungan terbaik, hal ini untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada Ayudisha dan keluarganya. Apalagi saat ini Ayudisha sedang hamil seorang anak, beruntung kali ini ia ditemani oleh banyak pelayan dan kedua orang tuanya juga ikut menemani. Hanya saja sangat disayangkan bahwa Bayan tak berada di sampingnya saat ini."Semua ini akan baik-baik saja." ucap Amor meyakinkan.Amor pun mendekat dan mencium kening adiknya. Ia tersenyum dan meyakinkan Ayudisha bahwa Bayan akan kembali pulang dan menjemputnya dengan segara."Perang akan berlangsung dalam waktu yang singkat, jadi ia pasti akan datang kemari untuk menemanimu melahirkan.""Apakah aku bisa memegang janjimu?""Tentu saja, aku adalah kakakmu. Kapan aku menjanjikan sesuatu dan tidak menepatinya?"Ayudisha bangun dari tempat duduknya dan memeluk kakaknya. Ia tidak ingin kehilangan Baya
Saat kereta sampai di perbatasan, banyak prajurit datang dengan raut wajah yang sedih dan marah. Mereka tidak menyangka prajurit tangguh yang paling mereka hormati akan pergi meninggalkan mereka dengan begitu cepat. Apalagi dengan cara yang begitu licik seperti yang dilakukan oleh Bayan.Mereka menahan tangis dan amarah sambil berjanji akan memenggal kepala orang yang membunuh Patih muda mereka. Mereka tak terima dengan apa yang terjadi dan tak akan memaafkan Malaka dan siap untuk pergi berperang serta mendapatkan kembali kehormatan mereka."Aku akan memenggal kepala Bayan dengan tanganku sendiri!""Tidak, akulah yang akan memenggal kepalanya!"Semua prajurit yang dulunya berada di komando Patih muda merasa marah dan berlomba-lomba untuk mendapatkan kepala Bayan. Mereka tak akan puas sampai ada pertumpahan darah di antara mereka. Di dalam kereta itu pula, Jarka masih menangis dan berpelukan dengan tubuh hangat Sina. Ia merasa bahwa hidupnya telah berubah begitu banyak dalam waktu yan
Di dalam penjara bawah tanah, Bayan terus berlatih dan membentuk kekuatan serta bersiap untuk melakukan pertempuran. Tembok-tembok di sekelilingnya sedikit rusak karena telah menjadi korban dari ambisinya untuk berlatih menjadi lebih kuat. Ia tidak tahan dan ingin segera turun ke medan perang. Bahkan sel penjara telah membengkok dan rusak parah. Sebenarnya jika Bayan ingin pergi dari tempat ini sekarang juga maka itu adalah sesuatu yang mudah untuknya. Akan tetapi ia memilih tetap diam dan menjalankan semua rencana yang telah disusun oleh Amor.Kali ini Bayan akan memenggal kepala Badra. Ia berjanji akan memamerkannya di alun-alun kota, sebagai bentuk peringatan pada orang lain untuk jangan mengganggunya."Kamu menginginkan kematian anak ku, maka jangan salahkan aku untuk membinasakan semua garis keturunan mu."Bayan merupakan seorang tentara perang yang tangguh dan kejam. Ia bukan orang suci yang akan mengampuni setiap dosa orang padanya. Di medan perang ia pernah membunuh banyak sek
Amor pergi ke rumah kediaman keluarga besar Bayan. Ia ingin bertemu dengan dua Gada untuk meminta dukungan dan mulai menyusun strategi untuk melawan Senggrala dan menggulingkan Badra. Akan tetapi dalam perjalanan ia melihat banyak batu dan kerikil bertebaran. Semua itu dilempar oleh warga sebelumnya. Mereka kesal dan marah karena menganggap bahwa perang ini sepenuhnya salah dari Bayan dan akhirnya merekalah yang mendapat getahnya. Jadi kekesalan tersebut mereka lampiaskan dengan melempar batu dan mencaci maki keluarga Bayan dari kejauhan.Amor merasa kesal melihat keluarga yang sangat mudah dimanipulasi dan tersulit emosi. Padahal jika mereka ingat keluarga Bayan telah menjadi seorang tentara dan melindungi kerajaan selama 3 generasi penuh, semenjak kerajaan ini berdiri. Akan tetapi sepertinya mereka lupa bahwa orang yang mereka lempari batu adalah orang yang akan menjadi kunci dari keselamatan mereka."Menjijikkan." ucap Amor menghina.Ia pun terus lanjutkan perjalanan, setelah sampa
Tepat tanggal 15 Bulan Atas, semua menghadap langit. Malam itu begitu sunyi tanpa ada kabut ataupun awan yang menyelimuti. Hanya ada bulan dengan cahaya terangnya yang dikelilingi oleh cincin berwarna-warni, hal ini menandakan bahwa esok akan sangat cerah. Akan tetapi hal itu juga mencerminkan ketenangan sebelum badai. Esok semua orang bergerak untuk mewujudkan ambisi mereka masing-masing. Akan tetapi mereka semua memiliki satu kesamaan yaitu menginginkan kemenangan.Amor duduk dan menghadap semua prajurit terpilih yang telah dikumpulkan oleh Tuan Gada. Mereka adalah prajurit khusus yang bergerak di malam hari dan bergerilya di hutan belantara. Merekalah prajurit yang di latih oleh Tuan Gada secara langsung. Mereka kejam dan tak kenal ampun , akan tetapi mereka selalu di didik sebagai seorang prajurit yang mencintai tanah airnya. Hal itulah yang membuat mereka sepakat untuk berkumpul malam ini. Mereka sepakat untuk membuat satu keputusan yaitu..."Kami siap mengabdi pada Yang Mulia de
Istana yang terlihat megah dan penuh dengan keagungan, malam ini terlihat begitu suram dan mencekam. Tak ada yang berani bersuara dan mengganggu para prajurit khusus yang berpakaian gelap memasuki istana dan mengobrak-abriknya. Karena ketika mereka bersuara satu tombak akan berhasil menancap di jantung mereka. Bahkan saat ini ratu yang biasanya terlihat begitu anggun malam ini terlihat begitu menyedihkan. Sang ratu hanya mampu menunduk dan memeluk kedua putranya agar terhindar dari mata mematikan para prajurit khusus, yang terlihat tak kenal ampun dan tak segan untuk membunuh mereka.Amor yang melihat pemandangan itu langsung mencibir dengan sinis, ia tidak heran melihat Badra mengabaikan anak dan istrinya mengingat betapa egois dan bodohnya orang itu. Bahkan mahkota emas di kepalanya tak bisa membuat otak dan pikirannya berpikir jernih dan mampu berpikir layaknya orang bijak."Kemana suamimu?"Walaupun wanita itu terlihat menyedihkan dan lemah, akan tetapi Amor tak merasa bersimpati