Share

Honey Baby - 05

"Kamu sepertinya belum pulang hari ini. Penampilanmu dengan pakaian kantor di jam segini sepertinya menunjukkan kalau seseorang baru saja meenggelamkan dirinya di kolam penuh alkohol." Ucapnya mulai mengimitasi.

Aku mulai mengangkat sikuku dan mengendus sendiri bau yang menempel di pakaianku. Tapi sialnya seluruh indra penciuman dan perasaku sedang mati rasa karena alkohol sialan itu.

"Maaf, saya tidak mencium apa-apa, Pak. Sekali lagi maaf kalau bau badan saya sudah mencemari udara di sekitar Bapak." Aku menunduk meminta maaf pada pimpinan utama perusahaan ini.

"It's Okay, Anna. Oh, please... Panggil Rayes saja kalau kita sedang berdua begini. Lagi pula ini sudah bukan jam kantor. Jadi tidak perlu sungkan." Ucapnya santai sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celananya.

Jujur saja, melihat pria dengan baju kemeja yang kancing atasnya terlepas dan lengan panjangnya yang terlipat terlihat sangat seksi di mataku. Netraku tidak berhenti berbinar menatapnya. Oleh karena itu aku lebih memilih untuk menundukkan kepalaku dari pada harus menatapnya langsung.

"Baik, Tuan Rayes." Balasku hormat.

"Tuan? Astaga, Anna. Kenapa harus sesopan itu? Sudah saya bilang tidak perlu sungkan." Ucapnya melepaskan kedua tangannya dan berusah meluruskan badanku yang membungkuk hormat.

"Bisa dikenal oleh pemilik perusahaan ini merupakan suatu kehormatan besar untuk saya. Terima kasih telah mengingat nama salah satu bawahan anda, Tuan Rayes." Tundukku kembali.

"Anna, tolong berhentilah." Rayes kini membenarkan posisiku agar tidak membungkuk dan sedikit mengguncang tubuhku yang mulai terlihat linglung.

"Cukup panggil nama saya saja, tanpa embel-embel apapun. Dan saya akan menerima semua ucapan terima kasihmu itu tanpa harus memarahimu karena sudah membuat saya kesal." Ucapnya menatap mataku.

Aku tersenyum bingung dan mengeluarkan dengusan sambil tertawa lepas. Baiklah. Aku sadar aku sedang mabuk sekarang. Sepertinya inilah akhir kewarasanku. Aku sudah tidak bisa mengendalikan sifat dan kata-kata yang akan keluar dari mulutku.

Sial!!

Tidak pernah terbayangkan dipikiranku, harus mabuk di hadapan pimpinan utama perusahaanku sendiri. Sungguh aku sudah membuang kesempatan yang sangat berharga ini hanya karena minuman beralkohol sialan itu.

"Baiklah, Rayes. Apapun maumu akan kuturuti. Asalkan kau jangan berpenampilan seksi begini. Aku tidak kuat tau!" Racauku kemudian mencubit pipinya gemas lalu menghilang di telat kabut hitam.

Sial!

Bagaimana bisa aku tertidur di saat seperti ini?!

.

.

Dengan sangat berat kubuka mata ini dengan rasa sakit di kepala yang teramat sangat. Cahaya matahari langsung masuk menyapa netraku yang belum siap menerimanya. Kupegang dahiku yang berkedut hebat sembari memijatnya pelan. Apa yang baru saja terjadi? Oh iya, aku tertidur.

Tunggu dulu! Jam berapa ini?!

Kubuka mataku dengan jantung yang berdegup sangat kencang saat menyadari bahwa aku sedang berada di tempat asing! Lebih tepatnya kamar. Entah ini kamar hotel atau apartemen seseorang, yang jelas lokasinya berada di lantai atas gedung pencakar langit karena aku bisa melihat pemandangan tengah kota yang sangat menakjubkan dari jendela besar tepat di sebelah tempatku tertidur.

Segera kuedarkan pandanganku dan beranjak dari kasur tempatku tertidur pulas. Aku panik sejadi-jadinya setelah melihat kini badanku hanya tertutup oleh pakaian dalamku saja. Kemeja dan rok kantorku hilang entah ke mana. Aku segera berlari mendekati walking closet yang berada di kamar ini dan mendapati beberapa kemeja dan pakaian dalam pria dewasa saja yang ada di sini.

Aku memilih untuk mengambil salah satu kemeja putih yang menganggur itu dan memakainya. Baiklah, aku sadar, kini aku sedang berada di apartemen seorang pria. Tapi siapa?

Setelah selesai memakai kemeja itu aku segera berjalan mengelilingi kamar mencari tasku. Setidaknya seluruh keperluanku termasuk ponselku ada di situ. Tapi tidak ada! Ke mana dia? Apa jangan jangan terjatuh?

Tunggu. Memangnya semalam aku jatuh?

Aku mencoba mengingat kejadian terakhir sebelum aku jatuh pingsan ini. Dan ingatanku terhenti pada malam dimana aku kembali ke kantor setelah mencium Liam.

Liam? Apa aku berada di apartemennya?

Apa kami berakhir tidur bersama?

Oh astaga, aku perlu mencuci kepalaku yang mulai berputar ini.

Aku berlari kecil menuju kamar mandi yang masih berada dalam kamar yang sangat luas ini. Kubasuh wajahku dengan terburu-buru dan mencoba mengingat kembali apa saja yang sudah ku akukan semalam. Kutatap wajahku yang memerah, samar-samar kulihat ada tanda ungu di leherku yang dengan cepat kusadari itu adalah bekas kissmark!

Astaga! Aku bersetubuh dengan temanku sendiri! Ini mimpi buruk!!!

Dengan panik aku segera berlari keluar kamar ini. Aku harus segera pergi dari sini. Aku tidak mau melihat wajah Liam sama sekali. Mau di simpan di mana harga diriku. Tanpa alas kaki dan hanya bermodalkan kemeja putih ini, segera kupegang gagang pintu utama yang tertutup rapat ini. Tapi terkunci!

Gagang pintu ini tidak bisa terbuka sama sekali. Aku menggebrak pintu itu sembari berteriak meminta tolong. Tapi bukannya pintu seperti ini masih bisa dibuka dari dalam? Kenapa jadi terkunci begini??

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status