Share

Honey Baby - 06

Oh iya, telepon. 

Kamar mewah seperti ini pasti punya telepon. Aku berlari mencari telepon itu di ruang tamu dan mendapati meja tamu yang penuh dengan makanan yang masih terbungkus rapi, lengkap dengan beberapa biji obat dan secarik kertas.

'Jangan lupa makan dan minum obatnya. Setelah itu duduk manislah dan tunggu saya.'

Siapa?

Aku?

Ohhh tidak akan. Aku harus keluar dari sini secepat mungkin.

Aku mendapatkan telepon tepat di meja kecil di ruang tamu dan segera memencet nomor receptionist. Tidak butuh waktu lama aku segera mendapatkan balasan.

"Good Morning. May I help you, mam?"

Loh? Bagaimana bisa dia tau kalau perempuan yang berbicara? Padahal aku belum mengeluarkan suara sama sekali.

"Halo mbak, saya terkunci di kamar ini. Sepertinya pintunya rusak tidak bisa di buka dari dalam. Bisa tolong panggilkan teknisi untuk membantu memperbaiki pintu saya?" Pintaku.

"Baiklah, tunggu sebentar. Saya akan mengabari teknisinya segera mungkin. Maaf atas ketidak nyamanannya. Terima kasih." Balasnya kemudian menutup sambungan telepon.

Wow. Sangat ramah. Harus berapa lama lagi aku menunggu. Aku sudah sangat terlambat datang ke kantor hari ini. Lihatlah matahari sudah hampir di atas kepala seperti itu. Kakiku lemas. Kini aku hanya bisa duduk dengan malas sambil menatap makanan yang terlihat sangat lezat di meja seperti itu.

Sial, perutku lapar. Dari semalam aku belum makan sama sekali.

Demi bertahan hidup, kuputuskan untuk memakan makanan yang memang di peruntukkan untukku itu. Mubazir. Dari pada terbuang percuma. Tapi sebelum itu aku berlari menuju kamar mandi lagi untuk menyikat gigiku terlebih dahulu. Dan setelah kuperhatikan, perlengkapan mandi Liam ternyata lengkap sekali. Bahkan aku tidak sadar dia menggunakan collogne yang baunya sangat enak ini. Ini pasti sangat mahal.

Setelah yakin gigiku tersikat bersih, aku kemudian berlari kecil kembali keruang tamu dan menyantap sarapanku dengan sangat lahap. Astaga, makanan ini sangat lezat dan pas di lidahku. Bagaimana kau bisa tau seleraku, Liam?

Setelah makan, tidak lupa obat yang Liam persiapkan itu kuminum dengan dorongan air putih yang cukup. Rasanya lega sekali menikmati makanan enak di jam makan siang seperti ini. Tapi kenapa teknisi itu lama sekali ya?

Aku beranjak ingin mengambil gagang telepon itu kembali saat kudengar suara pintu sedang di buka oleh seseorang. Sepertinya mereka sudah memperbaikinya diam-diam sampai aku tidak mendengarkan bunyi alat apapun. Aku beranjak dari tempat dudukku dan berjalan mendekati pintu utama saat seseorang yang sangat kukenali itu berdiri di hadapanku dengan sangat gagahnya.

"Se-selamat siang, Tuan Rayes." Sapaku menunduk memberikan hormat.

'Astaga!! Mati aku! Apa yang Rayes lakukan di apartemen Liam?!!'

"Tuan? Kamu masih memanggil saya seperti itu, Anna? Bukankah semalam kamu sudah menyetujuinya? Kemana sikap manjamu itu?" Tanyanya.

Aku segera meluruskan badanku dan menatapnya bingung.

"Se-semalam Tuan?" Tanyaku bingung.

Aku bisa melihat dengan jelas mata Rayes yang bergerilnya menatap tubuhku dari atas hingga ke bawah. Namun tatapannya berhenti tepat di area pahaku yang polos karena kemeja putih yang kupakai ini tidak mampu menutupinya.

"Sepertinya seseorang sudah memakai kemeja saya tanpa izin." Smirknya lalu berjalan mendudukkan diri di sofa ruang tamu.

"I-ini kemeja anda Tuan? Bukannya ini apartemen Liam?" Tanyaku kaget dan segera menutup pahaku dengan bantalan sofa.

"Liam? Siapa dia?" Tanyanya sambil melonggarkan sedikit dasinya.

"Eh? Oh.. Ini apartemen bapak ya?" Mataku berputar melihat seluruh bagian sudut apartemen ini.

Aku mendengar suara Rayes yang tertawa cekikikan melihat tingkahku. Segera kuhentikan tingkah konyolku yang keluar tanpa kusadari barusan.

"Kamu masih saja lucu, Anna." Tawanya.

Aku menunduk menyembunyikan wajahku karena malu. Tentu saja apartemen ini miliknya! Ini terlalu mewah untuk seseorang seukuran Liam! Anna kau bodoh sekali, kenapa baru menyadarinya!

Belum selesai aku merutuki diriku sendiri, Rayes menyodorkan jasnya ke hadapanku.

"Pakailah, tutupi pahamu itu biar tidak masuk angin. Saya akan menyuruh seseorang untuk mengambil pakaianmu yang di laundry."

Kuberanikan diriku untuk mengambil jas yang Rayes sodorkan untukku dan mengalungkannya menutupi pahaku. Tentu saja Rayes menahan tawanya melihat penampilanku yang konyol saat ini. Astaga... Ini sangat memalukan!

"Maaf. Duduklah." Ucap Rayes dengan wajahnya yang menahan senyuman.

Aku duduk dengan patuhnya.

"Bagaimana? Apa kamu menyukai sarapannya?" Tanyanya dengan santai.

"Tentu, Tuan. Terima kasih atas kebaikan Tuan. Hm… Dan maaf sepertinya saya sudah banyak merepotkan." Tundukku tidak berani menatapnya.

"Bagaimana yaa...." Ucapnya mulai melepaskan kerah kemejanya.

Karena penasaran, aku melirikny tapi di saat yang tidak tepat. Sial! Apa baru saja dia menggodaku?!

"Ka-kalau boleh tau, apa saja yang sudah saya perbuat semalam Tuan?" Tanyaku penasaran.

"Boleh saja. Asal kamu memanggil nama saya seperti tadi malam. Tanpa embel-embel, hanya nama. Lagi pula sekarang sudah jam istirahat dan kita bukan di kantor, kan?" Tanyanya mulai melipat kerah lengan panjangnya.

Ta-tadi malam memangnya kita ngapain?!

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status