Share

Honey Baby - 07

Jantungku berdetak kencang seketika. 

"Apa yang sudah saya lakukan tadi malam Tuan?" Tanyaku penasaran

Apa yang sudah kulakukan pada Rayes? Astaga, Anna... Siap-siaplah menjadi pengangguran sekarang!

Rayes tersenyum. Dan itu semakin membuatku ketakutan.

"Kamu memanggil nama saya dengan sangat santai. Tidak apa, karena itu memang yang saya mau. Selama ini saya memang memperhatikanmu karena mencurigai kamu sudah mempunyai suatu hubungan yang sepertinya, sudah di luar kewajaran."

DEG!!

Jantungku kembali berdetak kencang.

"Menjadi selingkuhan Manajer Marketingmu? Dan melakukannya di kantor? Apa kau serius??" 

Mati aku!

MATI!!!!

"Awalnya saya mencurigai kamu melakukan itu semua demi kenaikan jabatanmu saja. Tapi setelah saya telusuri yang saya dapatkan, kamu memang berhak atas jabatan itu. Pekerjaanmmu sangat rapi dan tersusun, juga tepat waktu. Dan sepertinya kamu tipe yang tekun dan ulet. Tapi saya bingung, kira-kira apa alasannya sampai kamu mau menjadi selingkuhan orang semacam itu?"

"Bu-bukan selingkuh, Tuan."

"Lalu apa?"

Aku diam. Otakku berpikir keras seketika. Aku juga bingung dengan apa yang kulakukan dengan orang itu. Status kami? Friend with benefit? Tentu saja tidak. Aku sama sekali tidak berteman dengannya. Lalu apa? Apa status kami ampai dia mau membayarku sebanyak itu?

"Su-sugar Baby?" Jawabku ragu.

Rayes terlihat mengangkat kedua alisnya menatapku tidak percaya.

"Lalu bagaimana dengan pacarmu? Apa dia tau?"

"Pa-pacar? Saya tidak punya pacar, Tuan." Jawabku bingung.

"Lalu siapa yang kamu cium semalam, tepat di parkiran lobby kantor? Itu bukan ciuman antar teman, Anna." Rayes mulai mencoba menginterogasiku.

"Ba-bagaimana anda tau?"

"Saya mempunyai akses ke kamera pengawas di kantor saya sendiri, Anna. Jadi? Apa dia tidak masalah?"

Aku menatapnya pasti. 

"Liam? Dia bukan pacar saya, Tuan. Kami hanya berteman baik." Balasku percaya diri.

Rayes mengangkat satu alisnya tidak percaya lagi.

"Tidak ada pacar?" Tanyanya.

"Tidak, Tuan. Saya tidak mau pacaran."

"Tapi mau menjadi sugar baby?" 

Astaga orang ini sangat teliti! Aku merasa mulai dikuliti olehnya!

"Itu karena alasan pribadi, Tuan." Jawabku menunduk hormat tanda aku tidak mau membicarakannya lebih lanjut. 

Rayes lalu menyandarkan punggungnya di sofa empuk ini dan kembali melipat kerah lengan panjangnya dengan sangat santai. Matanya terus menatapku tanpa henti. Aku tidak kuat melihatnya lama-lama. Rasanya aku tidak mau jatuh lebih dalam pada pesona seseorang yang terlalu tinggi sepertinya.

"Berhentilah menjadi sugar baby orang itu. Tanpa bekerja seperti itu saya yakin kamu pasti bisa naik jabatan dengan kemampuanmu sendiri." Ucapnya sedikit memerintah.

Aku menatapnya dengan kerut di keningku. 

"Ta-tapi Tuan..."

"Kecuali kalau kamu memang suka sama orang seperti itu, ya silahkan." Balasnya tersenyum mengejek.

Aku terdiam. Tentu saja tidak. Sejak kapan aku mau mencintai seorang pria? Terlebih dia sudah tua dan memiliki istri, juga anak! Oh, tentu tidak. Aku melakuannya hanya untuk memperlancar pekerjaanku di kantor.

Aku menggeleng.

"Baik, Tuan Rayes. Akan saya lakukan."

Rayes tersenyum melihatku menuruti keinginannya.

"Saya tau kamu melakukan hal itu dengan tujuan tertentu. Tapi coba percayalah pada dirimu sendiri. Tanpa kamu melakukan hal seperti itu, kamu pasti bisa. Jangan rendah diri, Anna. Semoga Management Training Program itu bisa membantumu meningkatkan kepercayaan diri." 

Aku menganga menatapnya bingung.

"Ba-bagaimana Tuan bisa tau?"

Ia tersenyum sumringah. 

"Saya yang menentukannya, ingat?" Senyumnya.

Aku mengangguk kecil tanda setuju.

"Dan selamat, Anna. Kamu terpilih mengikuti program itu." Balasnya kemudian.

Aku hening, diam seketika. Seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar aku mencoba menyakinkan diri dengan menunjuk diriku sendiri tepat di hadapan Rayes. Dan Rayes mengangguk tanda menyetujui apapun yang menjadi keraguanku barusan.

Astaga! Akhirnya!!

Rasanya aku ingin melompat kegirangan. Senyum sumringah keluar dari wajahku seketika, tapi kutahan dengan sekuat tenaga karena aku tidak mau terlihat seperti kuda liar yang jingkrak-jingkrakan di hadapannya. 

"Terima kasih banyak Tuan Rayes." Aku menunduk dengan semangat.

Ia kembali terkekeh melihat ekspresiku yang berlebihan ini.

"Anna, tolong panggil nama saya saja. Bisa?" Pintanya yang ikut tersenyum sumringah.

"Te-tentu, Rayes." Balasku yang mempertahankan senyumanku.

Jujur rasanya sangat aneh dan tidak enak, tapi karena ini permintaan pimpinan utamaku dan bukan cuma sekali dia memintanya. Sudah dua kali. Atau bahkan lebih? Ya sudah kuturuti saja maunya. Lagi pula hatiku sedang sangat senang sekarang.

Senyumannya mengembang semakin lebar setelah mendengar jawaban yang keluar dari mulutku. Sepertinya itu memuaskan hatinya.

"Anna..."

Senyuman sumringahku seketika menghilang tergantikan dengan ekspresi penasaran atas sikap dan suara Rayes yang tiba-tiba berubah.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status