kalau ada Typo mohon bantuannya untuk di koreksi yaT_T) Bantu Daddy tolong.... Terima kasih<3
So, here I am. Berdiri membatu adalah jalan ninjaku. Kepalaku mendadak kosong meski rambutku sudah basah karena aku berdiri tepat di bawah shower Entah aku menyesali perbuatan nekatku ini atau aku malah kegirangan dengan keputusan bodohku ini, yang jelas aku terlalu malu untuk membalikkan badanku dan menatap langsung Roger yang juga ikut membasuh tubuhnya tepat di belakangku. "Give me the shampoo, Baby. Daddy akan mencuci rambutmu." Pintanya. Aku hanya bisa mengambil Shampo yang ada di hadapanku tanpa sekalipun berpaling sedikitpun. "You know what, mandimu akan jauh lebih bersih kalau kamu juga membuka pakaian dalammu itu. Sayang sekali bra dan panty cantikmu itu jadi basah." Ucapnya yang lalu mencuci rambutku. Aku hanya diam tidak bersuara. "Anna, sayang. Kalau kamu menyesal sudah masuk kemari, kenapa tidak bilang saja. Daddy bisa saja keluar kalau kamu menginginkannya. Daddy tidak mau menjadi beban untukmu. Dan percayalah, Daddy tidak akan menyentuh kehormatanmu sekalipun tanpa
Roger lalu mengangkat kedua pahaku ke atas menahan kedua betisku di bahunya. Ia lalu mulai mengapit kejantanannya yang masih menegang di antara kedua pahaku. "Roger hentikan..." Pintaku yang aku sendiri meragukannya. "I told you not to turn back, Baby. Tapi kamu melakukannya. Kenapa? Apa kamu memang mau dihukum seperti ini?" Tanyanya dengan nada sensualnya. Tubuhku yang masih basah dan sedikit licin karena sabun yang masih belum terbilas sempurna membuat Roger dengan mudahnya memaju mundurkan kejantanannya di sela pahaku. Tubuhnya mulai menghujam tubuhku dengan perlahan tapi pasti. Meski kami belum menyatu dengan sempurna, harus aku akui, di otakku kami sudah melakukan lebih dari ini. Sensasi geli dan menggairahkan itu semakin membuat area kewanitaanku basah terlebih mendengar suara erangan nikmat Roger yang mengalun dengan indah. "Sudah kubilang, jangan percaya kaum sepertiku, Anna. Aku sudah berusaha untuk melawan instingku untuk tidak memakanmu. Tapi maafkan aku, aku juga bisa l
"Tidak juga. Aku hanya tidak nyaman bersamamu, Mike. Permisi." Ucapku segera berpaling dari hadapan Mike yang terlihat sedang memandangku rendah. "Tunggu dulu, aku belum selesai!" Kesalnya menahan bahuku agar tidak berjalan menjauhinya. "Apa lagi? Lepaskan aku!" Pekikku. Mike berdecak kesal akibat suaraku yang membuat kami menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung. "Hei! Lepaskan dia!" Tegur salah seorang pengunjung yang menghampiri kami. Mata kami berdua kini berfokus pada sosok pria yang lagi-lagi berhasil membantuku dengan mengangkat kerah baju Mike tinggi-tinggi. "Kulihat dia sudah menolakmu sebanyak 2 kali kawan. Jadi berhentilah mengganggunya. Kalau tidak aku sendiri yang akan melaporkanmu ke kantor polisi." Ancam Alexandre Rayes. Pada akhirnya Mike meninggalkanku dan Alexandre berdua begitu saja tanpa sepatah katapun. Satu yang kutau, Mike tidak suka menjadi pusat perhatian yang negatif. Dia tipe yang menghindari masalah, bukan menghadapinya. "Kau baik-baik saja?" Tan
Setelah puas berkeliling menjelajahi pusat perbelanjaan itu aku pulang dengan beberapa barang yang kuperlukan. Dan setibanya di kamar pribadiku, kurebahkan diriku sebelum tenggelam dalam tidurku mengingat tubuh ini mulai kelelahan akibat hasrat yang belum sepenuhnya tersalurkan akibat ulah Roger yang hanya menggodaku tanpa mau bertanggung jawab.Yes, call me munafik atau sebagainya. Aku sudah tidak peduli. Aku yang sudah berusaha menghilangkan pikiranku tentang hal mesum seperti itu kembali mengingat masa di mana tubuh atletis Roger mendominasiku dengan tatapannya yang penuh dengan hasrat. Menghabiskan waktu dengan menyibukkan diri ternyata tidak mampu membuatku melupakan momen menegangkan itu.Aku mengerang kesal dengan diriku sendiri untuk mengeluarkan amarah dan rasa malu yang menumpuk dalam hatiku. Jadi seperti ini rasanya kembali menginginkan seseorang? Bukan mengenai perasaan cintanya melainkan hanya sebagai pemuas hasrat yang sudah lama terpendam.Semua ini karena kau memberikan
"Apa maksud Daddy?" Tanyaku yang berusaha untuk tetap tampil tenang.Apa Rayes sudah mengetahui tentang Roger? Apa dia menyadari kebohonganku barusan? Tapi, mau sampai kapan aku menutupi hal ini dari Rayes? Perlukah aku membuka rahasiaku kalau aku juga mempunyai Sugar Daddy lain selain dirinya?"Apa kamu yakin yang barusan itu bukan pria yang berusaha membuat modus denganmu? Maksud Daddy, kamuka punya kelebihan menarik perhatian lawan jenis. Apa tadi bukan orang iseng?" Tanyanya kembali merapikan anakan rambut di dahiku."Tidak Daddy, orang itu salah kamar. Aku yakin." Jawabku mencoba meyakinkannya."Lalu kemana perginya buket bunga Daddy? Daddy tidak melihatnya di manapun." Tanyanya mengedarkan pandangan ke sekeliling kamarku."I-itu Daddy yang kirim?" Tanyaku berusaha tampil seolah sedang terkejut."Memangnya kamu punya orang lain yang memanggilmu sangat romantis seperti itu?" Tanyanya dengan alis yang terangkat satu."Dearest Anna?" Tanyaku sambil mencoba tersenyum alami."Apa itu t
Rayes dengan sigapnya segera mengangkat tubuhku yang masih belum menggunakan celana tidurku untuk segera naik ke atas tempat tidur. Ia lalu merangkak dan menahan dirinya di atasku. Nafasnya berderu seolah sedang menenangkan bara api yang sedang menumpuk di dalam dadanya. Aku bisa merasakan senjatanya yang sedang mengeras tepat di atas perutku. "Kenapa kau melakukannya? Apa kau sengaja memancingku?" Tanyanya menatap kedua netraku. "Aku hanya melakukan apa yang kau lakukan, Daddy." Jawabku. Rayes menggigit bibirnya dan menutup kedua matanya. "Melihatmu seperti ini dan memanggilku dengan sebutan itu, membuatku kehilangan kendali atas tubuhku sendiri. Baby, kamu harus bertanggung jawab." Ucapnya yang mulai menarik dan melepaskan baju tidurku. "A-apa?! Ta-tapi kenapa??" Bingungku yang mencoba menahan gerakan Rayes yang tengah sibuk melucutiku. "Kamu tidak seharusnya melakukan hal al yang bisa memancing nafsu seorang pria. Itu kesalahanmu, Baby." Jelasnya yang semakin cepat melepaskan
Bau sedapnya makanan membangunkanku dari tidur nyenyakku. Saat kubuka kedua mataku, sosok Rayes sudah menghilang dari sisiku. Aku segera beranjak dan mencari sososknya yang sedang menata makanan yang cukup banyak di meja depan televisi. Ia tampak tersenyum saat melihatku menghampirinya. "Selamat pagi, Baby." Sapanya. "Mornin'. Ada apa ini?" Tanyaku. "Kamu harus sarapan sayang." Balasnya tersenyum lalu mendorongku untuk duduk di sofa. Sayang? "Daddy akan pulang hari ini. Maaf Daddy belum bisa tinggal lebih lama denganmu." Ucapnya mendudukkanku di sofa. "Tidak apa Daddy. Aku mengerti. Lagi pula aku juga akan sibuk hari ini." Balasku. Rayes tersenyum dan duduk di sebelahku. Ia lalu mengambil piring dan menyendokkanku nasi serta lauk pauk yang terlihat sangat menggiurkan. "Here you go. Selamat makan." Ucapnya. Kenapa dia bersikap lebih manis? Apa moodnya sedang sangat bagus hari ini? Tanpa bertanya lebih lanjut aku segera menghabiskan sarapanku ditemani Rayes yang juga ikut meng
Kegiatan pelatihanku berjalan seperti biasa. Tidak ada yang spesial. Meski terkadang aku sangat risih dengan tatapan Mike yang secara tidak langsung bersinggungan dengan tatapanku berkali-kali. Jangan besar kepala Anna. Dia tidak sedang melihatmu. Mungkin dia sedang kesal saja mengingat kau hampir mempermalukannya di depan umum sebanyak 2 kali. Aku hanya perlu menghindari sosoknya semampuku. Aku kembali ke kamar setelah menyelesaikan segala urusan pelatihanku, sampai saat ponselku berdering karena Rayes mengirim sebuah pesan singkat yang menyuruhku untuk bersiap karena ingin membawaku makan malam sebagai permintaan maaf karena tidak bisa menemaniku lebih lama. Sebenarnya tidak masalah karena aku juga tidak menuntutnya harus selalu bersamaku. Tanpa menyia-nyiakan waktu aku segera mempersiapkan diri dengan berpenampilan sebaik dan sesopan mungkin. Tidak pernah tau kemana Sugar Daddy-ku yang satu itu akan membawaku. Aku berharap tidak penampilanku sesuai dengan lokasi yang di tuju oleh