Roger diam tidak bersuara. Sebuah senyum terulas di bibirnya namun tidak di sorot matanya. Aku ikut diam tidak ingin berbicara lebih lanjut. Netra Roger mengajakku untuk tenggelam ke dalam penderitaan yang ia pendam selama ini dibalik senyuman manisnya. "Someday, you'll know every thing about me." Jawabnya yang masih belum mau menceritakan rahasianya lebih lanjut. . . . Malampun tiba saat Rayes menghubungiku untuk bersiap-siap karena Daniel sudah dalam perjalanannya menjemputku. Tapi kali ini aku meminta agar Daniael tidak turun dan menampilkan batang hidungnya di depan rekan kerjaku yang bertebaran di bawah sana. Aku tidak ingin semakin membuat gosip itu semakin parah. Akhirnya Rayes sepakat untuk menyediakan mobil dengan Daniel yang menungguku di dalamnya. Saat pintu lift terbuka, tentu saja aku masih bertemu dengan beberapa orang yang mengenaliku dan melihat mereka sedang berbisik seperti menyinggungku membuat hatiku terasa sakit dan panas seketika. Terlebih saat mendengarkan
Seperti yang seharusnya seorang Sugar Baby lakukan, selalu bisa menyenangkan dan memuaskan sang Sugar Daddy kapanpun dan dimanapun mereka ingingkan, itulah yang sedang kulakukan saat ini. Aku sedang menunggangi Sugar Daddyku yang tengah dimabuk oleh gairahnya sendiri. Penyatuan kami terbilang sempurna dengan karet pengaman yang melindungiku dari ancaman semburan lahar panasnya. Aku menahan setiap lenguhan atau bahkan teriakan yang hampir lolos dari mulutku. Hujaman bahkan hentakan Rayes mengoyakku terus menerus dari bawah sana. Ini gila! Melakukan hal seperti ini di luar kamar memang mempunyai sensasi tersendiri. Aku sudah tidak peduli dengan rasa takut dan malu jika suatu saat seseorang sampai masuk ke bilik ruangan ini dan memergoki tindakan kami berdua. "Tenang saja, Daniel sedang berjaga di depan pintu. Tidak akan ada siapapun yang berani memasuki ruangan ini. Kau sepenuhnya milikku, Baby. Focus on me!" Perintah Rayes yang sepertinya mengerti akan kekhawatiranku. Tentu saja aku
Setelah puas menikmati cairan kenikmatan Roger dalam mulutku aku harus membersihkan diriku bersamaan dengan Roger yang ikut membasuh tubuhnya agar kami bisa segera menikmati waktu bersantai kami layaknya sepasang kekasih yang puas akan kegiatan panas mereka. Roger dengan teliti membasuh tubuhku agar bau maskulin Rayestidak mencemari pernafasannya. Setelah yakin tubuh kami sudah bersih, Roger lalu membawaku masuk ke dalam selimut dan saling menghangatkan diri melalui pelukan sembari bercerita tentang kejadian apa saja yang kami alami hari ini. Aku menceritakan tentang bagaimana kehidupanku setelah ini yang sudah di atur oleh Rayes setelah menyetujui kontrak untuk menjadi sekertaris pribadi Alexandre. Sesungguhnya Roger kecewa karena tidak bisa lagi hidup bersamaku setiap malam seperti ini. Meski demikian dia berkata akan berusaha agar kami tetap bisa saling mengunjungi satu sama lain. Itulah salah satu bentuk usaha memperjuangkanku, katanya. Aku hanya bisa terkekeh mendengarkan gomba
Aku membulatkan mataku karena kaget akan pernyataan Violla."Aku?"Violla mengangguk."Jujur aku cemburu sama kamu, Anna. Kamu hanya bertemu sekali di kejadian yang tidak direncanakan seperti itu dan mampu memutar balikkan hati Captain yang kupikir sudah mati." Violla menyimpan gelas tehnya ke atas meja."Jujur saja itu memalukan. Tolong jangan membuatku mengingat kejadian itu." Aku menutup wajahku.Violla terkekeh."Tapi di hari itulah aku tau kalau hati Captain masih hangat seperti biasanya."Aku mengintip Violla di sela jariku."Memangnya sebelumnya dia seperti apa?" Tanyaku penasaran.Violla mengubah ekspresinya."Dingin. Aku mengenalnya sebagai sosok yang sering melampiaskan kekesalannya dengan meniduri banyak wanita. Baginya wanita hanyalah seonggok daging pemuas nafsu yang bisa beli dengan uang. Awalnya aku pikir dia adalah manusia yang paling brengsek di muka bumi. Selain dia galak kalau bekerja, dia tidak pernah ramah pada lawan jenisnya. Tapi ada satu Captain lain yang mengen
Pada akhirnya aku dijemput oleh Daniel yang sudah menungguku di dalam mobil. Dengan tanpa beban aku berjalan melewati lobby yang masih tampak sepi karena kelas pelatihan yang seharusnya kuhadiri belum selesai. Daniel lalu membawaku melaju meninggalkan hotel menuju ke salah satu kawasan apartemen mewah yang berada tidak jauh dari pusat kota. Mobil Daniel berhenti di salah satu pintu utama apartemen yang terlihat megah ini. Dengan cekatan, Daniel lalu turun dan membukakan pintu penumpang untukku."Ah terima kasih, tapi kamu tidak perlu melakukannya." Pintaku tidak enak."Tuan Rayes sudah menunggumu di atas." Jawabnya singkat.Daniel lalu berjalan lebih dahulu di depanku, menyusuri lobi utama hingga ke lift yang membawa kami naik ke lantai yang cukup tinggi. Hingga pada akhirnya Daniel keluar dari lift dan menuju ke salah satu dari empat pintu yang ada di lantai ini. Daniel lalu mengetuk pintu tersebut dan tidak lama, Rayes tampak membukakan pintunya dari dalam."Welcome home, Baby." Sapa
Aku membasuh tubuhku agar rasa kesal yang masih menempel di hatiku ikut lenyap bersama dengan air yang membasuh seluruh tubuhku. Rasanya sedikit menyenangkan bisa membela diri di saat orang lain berusaha menjatuhkanmu. Meskipun itu dengan cara merendahkannya. Bukan berarti aku tidak sadar akan posisiku sekarang, aku sangat sadar kalau hanya seorang sugar dari kedua pria yang sudah mempunyai keluarga. Tapi izinkan aku melakukan sesuatu yang kuanggap benar sekali ini saja.Aku menampik segala rasa kesal dan penyesalan yang masih tertinggal di dalam hatiku dan bersiap menyambut kepulangan Roger. Sesuai janjinya, dia berkata akan mengajakku ke suatu tempat yang menyenangkan malam ini. Dan benar saja, tidak lama setelah aku menata rapi penampilanku, Roger sudah datang dan menjemputku di kamar."Good evening, Baby Girl. You look amazing just as usual." Sapanya memujiku."Aku hanya mengenakan pakaian biasa, Daddy. Lagi pula aku tidak tau kita mau kemana." Balasku memukul lengannya."Bahkan
"Hamil?!" Kagetku.Violla mengangguk pasrah. Lututnya yang lemas membuatnya segera merebahkan diri kembali ke tempat tidurnya dan secara sadar aku membantunya untuk memperbaiki posisi wanita malang ini agar tetap dalam kondisi sadar meski wajahnya semakin memucat.Aku mengambil tombol bantuan agar suster segera datang dan memperbaiki infus di tangan Violla. Aku hanya menatap Violla yang wajahnya terlihat semakin kacau. Setelah suster selesai memperbaiki selang infus dan meninggalkan kami berdua, aku mulai memberanikan diri menanyakan hal yang mengganggu pikiranku dari tadi."Kenapa kamu takut sekali dengan kehadiran Roger di sini? Apa kamu tidak ingin kehamilanmu sampai ketahuan?" Tanyaku menatap sendu wajah Violla.Violla menggigit bibirnya seolah menahan kekecewaannya selama ini."Ada yang lebih kutakutkan dari pada Captain yang mengetahui kehamilanku, Anna." Jawabnya lesu.Aku menatapnya semakin penasaran."Aku tidak tau siapa Ayah dari anak ini." Jawabnya meneteskan air mata.Juju
"Astaga!" Pekikku tidak percaya.Roger hening seolah tau respon apa yang akan keluar dari wajahku."Lalu bagaimana dengan kandungannya?" Tanyaku khawatir."Dokter masih belum bisa memastikan, karena usianya yang masih terlalu dini. Tapi kemungkinan besar, pasti akan tertular." Jawab Roger datar."Lalu Daddy..." Kini mataku lesu melihat matanya."Daddy rutin melakukan medical check up karena itu sudah menjadi syarat pekerjaan Daddy. Daddy juga sudah pernah melakukan suntikan pencegahan, belum lagi Daddy yang selalu pakai pengaman kalau bersamanya jadinya Daddy cukup yakin kalau Daddy sudah terhindar." Balasnya pasti."Tapi tidak ada salahnya memeriksanya kembali. Daddy tidak mau menyeretmu kalau sampai terjadi apa-apa." Tambahnya.Kini tangan Roger meraih tubuhku agar lebih mendekat kearahnya. Aku tidak menolaknya karena aku juga menginginkan sebuah pelukan yang mampu membuat perasaan yang sedari tadi menggangguku ini lenyap seketika."Jangan pernah mengucapkan kata-kata itu lagi, saya