"Alex perkenalkan, ini Zoey. Karyawan magang perusahaan kita." Ucapku memperkenalkan Zoey yang kini sedang menyembunyikan wajahnya dari Alex."Aku tidak sedang mempertanyakan hal itu. Jelaskan kenapa dia bisa berpenampilan seperti ini. Apa yang sudah kau lakukan? Apa kau punya kelainan seksual?" Tanya Alex yang semakin mengernyitkan dahinya."Apa?! Tentu saja tidak! Aku masih menyukai lawan jenis! Kau salah paham Alex!" Kesalku."Aku menunggu penjelasanmu, Anna." Kini Alex melipat kedua tangannya di dada.Aku menggigit bibir bawahku dan mataku melirik ke arah lain. Aku terlalu bingung harus menjawab apa dan mulai dari mana. Aku takut kegilaan Mike akan menjadi-jadi kalau ia tau aku menceritakan masalah ini ke Alex. Namun baru saja otakku mulai memanas mencari alasan yang tepat untuk melindungi kami berdua, suara tangisan Zoey tiba-tiba pecah dan membuatku panik seketika. Aku segera duduk di samping Zoey dan menenangkan tangisannya sedangkan Alex hanya menggaruk-garuk kepalanya karena
Aku berhasil memancing seluruh perhatian Mike! Pada dasarnya pria hidung belang semacam dia akan selalu tunduk pada insting liarnya untuk mencari seseorang yang akan tunduk padanya. Dan aku memanfaatkan hal itu. Disamping itu aku juga mengandalkan kelebihan tersembunyi dari tubuhku yang selalu kubenci itu. Untuk pertama kalinya kelebihan itu dapat kumanfaatkan dengan baik. Mike mulai melangkahkan kakinya mendekatiku dengan sorot matanya yang kelaparan. Terlebih pakaianku hari ini terbilang cukup menggoda dibandingkan hari-hari biasanya. Dengan cepat tangan Mike mulai meraih panggulku dan menariknya untuk mendekat kearahnya. Jujur saja, rasanya aku ingin menghajar wajah pria yang menjijikkan ini. Tapi lagi-lagi aku harus menahannya sampai aku bisa mendapatkan ponselnya. "Kau! Apa kau baru saja menggodaku? Hm? Kau tau aku sangat menginginkan tubuhmu itu?" Bisiknya dengan nafas yang membuatku mual! "Apa Anda tergoda? Master?" Godaku sekali lagi. Oh, aku ingin memaki diriku sendiri!
Alex segera berlari menendang Mike yang tadinya masih menjambak rambutku. Mike yang tersungkur segera ditangkap dan diamankan oleh 2 orang yang tadinya membawa linggis. Dari pakaiannya aku yakin mereka adalah petugas keamanan. Alex segera membungkus tubuhku dengan jas yang ia lepaskan. Ia berjongkok tepat dihadapanku dan bergegas melepaskan ikat pinggang yang masih mengikat kedua tanganku. Aku segera meraih dan memperlihatkan sebuah ponsel yang menjadi sumber drama hari ini pada Alex dengan penuh kebanggaan.Alex menatapku dengan wajahnya yang sukar untuk kuartikan. Sedangkan aku memberinya senyuman kemenangan. Tak lama Alex memelukku. Aku terkejut atas sikapnya ini."Bodoh. Kalau saja aku telat sedikit, akulah yang akan merasa paling bersalah sudah menjadikanmu umpan." Bisiknya lirih.Aku menepuk punggungnya saat tanganku sudah berhasil bebas."Terima kasih sudah mengkhawatirkanku dan juga mempercayaiku. Aku baik-baik saja. Tolong lindungi Zoey." Pintaku.Alex melepaskan pelukannya d
Tentu saja kami kaget dengan kedatangan Rayes yang tiba-tiba seperti ini. Kami sama sekali belum menginfokan peristiwa ini padanya, kecuali kalau memang mata-mata Rayes yang melaporkannya."Tidak, Anna. It's okay. Istirahatlah." Ucapnya saat melihatku berusaha untuk duduk dengan sorot matanya yang tampak seperti sedang menyimpan amarah dan penyesalan."Baik, Tuan." Patuhku."Pa, maaf kami belum menginfokannya. Tapi kami sudah menyelesaikannya." Bela Alex."Menyelesaikan? Apa mengorbankan sekertarismu merupakan caramu menyelesaikan ancaman murahan seperti itu, Alex?! Siapa yang mengajarimu untuk mengorbankan sesorang yang akan menjadi salah satu kunci keberhasilanmu?!" Marah Rayes yang sedikit membentak Alex.Jujur aku sedikit terkejut dan takut dengan ekspresi dan nada Rayes yang penuh dengan penekanan itu. Terkesan sedang mengintimidasi posisi Alex saat ini."Maaf, Tuan Rayes. Semua ini ide saya, Tuan." Ucapku yang membela Alex dengan memberanikan diri."Diam, Anna. Saya sedang menga
Keesokan paginya Roger benar-benar datang dan menjengukku. Entah apa yang ada di dalam pikirannya saat melihat kondisiku yang seperti ini, yang jelas ia tampak lebih bisa menguasai emosinya ketimbang Rayes yang sampai harus memarahi anaknya sendiri."Bagaimana kabarmu, Anna?" Tanya Roger berbasa-basi."Totally fine, Roger." Balas lidahku kelu.Tentu saja aku harus berhati-hati dalam ucapanku mengingat Alex masih ada dalam ruangan ini bersama kami."Alex, pulanglah dan bersihkan dirimu. Seharian penuh kamu belum membersihkan diri demi menemaniku. Mumpung ada Roger yang menemaniku di sini." Saranku."Hm? Benar juga. Apa aku boleh menitipkan Anna sebentar padamu, Roger?" Tanya Alex menatap Roger yang tersenyum lembut."Sure, Alex. Take your time." Alex lalu pamit meninggalkan kami berdua setelah semalaman penuh dia tidak meninggalkan sisiku karena merasa bertanggung jawab atas insiden itu. Kini hanya aku berdua dengan Roger yang ekspresinya mulai berubah menjadi kesal."Daddy... It's ok
"Te-tentu saja tidak! Maksudmu? Memangnya aku telihat seperti itu? Aku cuma kaget dengar kabarmu yang mendadak! Kapan kau akan berangkat?" Kesalku.Roger dan Alex mulai mengernyitkan dahinya melihat responku. Alex lalu mengambil tempat duduk tepat di sampingku."Besok.""Besok?!" Kagetku sekali lagi.Apartemenku terisi dengan baju pria dan toiletries milik Rayes. Tentu saja aku tidak akan mengizinkannya tinggal di sana. Niel bisa membunuhku."Kenapa? Kau tau aku semakin curiga mendengar suaramu yang seperti ini.""Bu-bukan begitu. Aku sedang berada di luar kota sekarang. Dan kemungkinan aku terlambat pulang karena urusanku belum selesai di sini." Bohongku."Kapan kau pulang?""Lusa.""Baiklah. Aku akan memundurkan jadwal penerbanganku. Setidaknya Papa dan Mama akan senang kalau melihat kita bersama, makanya aku menolak usulan untuk tinggal di hotel. Fasilitas perusahaanmu berupa apartemen mewah itu harus dimanfaatkan baik-baik." Jawabnya kemudian."Ah terserah kaulah, Niel.""Kabari a
"Wake up, Baby Girl." Bisik seseorang yang berhasil membangunkan tidurku setelah puas menangis melampiaskan kekesalan pada diriku sendiri.Mataku terbuka dengan sedikit lebih berat dari pada biasanya namun masih bisa menangkap bayangan Rayes yang sedang memandangiku.Kuedarkan seluruh pandanganku ke setiap sudut ruangan dan mendapati hanya ada kami berdua. Ternyata Roger sudah benar-benar pergi meninggalkanku."Daddy sudah pulang? Bagaimana di kantor?" Tanyaku mengusap mataku yang berair."Loh? Kenapa wajahmu jadi bengkak? Apa kamu habis menangis sayang?" Aku mengangguk pelan. "Masih perih, Daddy." Bohongku."Oh ya ampun sayang, kamu harus rutin minum obat anti nyerimu lagi."Aku kembali mengangguk. "Bagaimana di kantor? Alex mana?""Semua berjalan lancar sayang, hanya saja Daddy harus tetap di sini sampai Daddy melihat langsung pria itu ke penjara. Alex sedang menyelesaikan tugasnya. Kamu sudah cukup banyak membantunya." Senyum hangat Rayes menyelimutiku."Ah, tidak Daddy. Alex mem
"Bukan, Ma. Anna ini sekertaris Alex. Bukan pacar Alex. Kan tadi Anna sudah bilang." Jelas Alex pada Stacy Rayes.Namun wanita ini hanya tersenyum dan menggeleng sembari menepuk lengan Alex berkali-kali."Sudah-sudah. Mama tau kamu masih malu, Lex. Mama suka sama Anna, dia cantik sekali buat jadi pacar kamu. Ayo ayo lanjut makannya." Seru Stacy yang menyuruh kami kembali duduk dan melanjutkan aktivitas kami yang tertunda.Kami akhirnya memilih untuk duduk meski kesalah pahaman ini masih berlangsung. Alex tidak mau meluruskan lagi ucapan Stacy dan hanya fokus menikmati makanannya. Berbeda dengan Alex, Stacy yang duduk dihadapanku menatapku sembari tersenyum lebar membuatku susah menikmati makanan malamku dengan leluasa.Wanita ini terlalu baik untuk diselingkuhi oleh Rayes. Kenapa pria itu tega berkhianat pada wanita yang begitu menawan ini."Ayo dimakan, Anna. Kok melamun?" Tanya Stacy yang masih memperhatikan gerak-gerikku."Oh, iya Nyonya." Balasku kaku."Tante sayang. Panggil tante