Aku memandang Roger dan Rayes secara bergiliran. Kakiku lemas seketika mengetahui kenyataan bahwa kedua Sugar Daddyku kini sedang berhadapan secara langsung. Belum sempat otakku berpikir lebih lanjut lagi, Roger kini memberanikan dirinya untuk melangkah mendekatiku."Baby?" Beo Rayes yang menatap tajam ke arah Roger."Ya. Baby." Jawab Roger pasti.Kini Rayes menatapku dengan tatapan sinisnya. Aku hanya bisa menghela nafas panjangku tanpa bisa memikirkan alasan yang tepat untuk membela diriku karena otakku yang mendadak buntu!"Bisa tolong jelaskan situasinya?" Tuntut Rayes padaku."Kalau ada yang harus menjelaskan situasinya, itu adalah tugas saya." Tegas Roger."Tolong jangan ikut campur, Captain!" Marah Rayes yang membuatku mengernyitkan dahi."Kamu pikir saya tidak tau?! Kamu juga menjalin hubungan dengan pria ini kan?" Tanya Rayes yang kini menatapku semakin tajam."Tolong jangan membuat Anna kesusahan. Dia sedang dalam masa pemulihannya.""Saya tau apa yang sedang saya lakukan, C
"Then I'll quit to be your sugar baby!" Ucapku lantang menatap Rayes yang masih menatap kesal Roger.Rayes menatapku seolah tidak percaya dengan balasanku barusan. Ia berjalan mendekatiku dengan matanya yang masih membulat serta dahi yang mengkerut."How could you say that so easily, Baby?!" Rayes kini mengguncang kedua bahuku."Karena cuma ini pilihannya Daddy. Aku tidak akan mau memilih diantara kalian berdua. Aku menyayangi Daddy Roger seperti aku menyayangimu. Aku tidak mau melepaskan kalian berdua, jadi kalau Daddy tidak menerima keadaan saat ini artinya Daddy memilih untuk melepaskanku." Balasku tegas menatap kedua netranya itu."Kau masih dengan keegoisan kecilmu itu." "Daddy yang egois kalau Daddy berpikir bisa memilikiku seorang diri sedangkan Daddy masih bebas bermesraan dengan Stacy.""Jangan membawa nama orang lain disini, Anna. It's about us.""See? Selfish. It's about three of us."Rayes mengeratkan kepalan tangannya dan mengalihkan pandangannya dariku. Ia mengeram penu
Aku sudah merapikan segala keperluanku sebelum akhirnya aku memberanikan diri melangkah keluar dari kamar yang dipinjamkan keluarga Rayes untukku. Langkahku membawaku berjalan menuju ke ruang tamu demi berpamitan setidaknya dengan Alex sebelum Roger datang menjemputku. Namun nampaknya kedatanganku di ruang tengah mengganggu momen indah kebersamaan Gerald Rayes dan Stacy Rayes yang kini sedang menatapku dengan heran."Loh? Anna? Mau kemana?" Bingung Stacy yang tampaknya sudah mengingatku kembali."Selamat siang, Nyonya Rayes. Saya berniat pamit hari ini dan kembali ke kediaman saya mengingat saudara saya datang untuk menjenguk. Terima kasih sudah menerima saya untuk tinggal ini." Jawabku sedikit menunduk sopan."Loh, cepat sekali. Tante nggak nyangka, perasaan baru tadi pagi Alex ngenalin kamu kok kamu main pergi saja." Balasnya basa-basi.Tadi pagi? Wah, wanita ini hiperbola."Maafkan saya, Nyonya. Tapi saudara saya sudah menanti kehadiran saya di rumah. Saya tidak enak." Bohongku."W
"Hai Anna." Sapa Liam tersenyum sembari melambaikan tangannya. "Hai. Ngapain??" Bingungku padanya. "I just missed you so much. Begitu aku tau Nathan mau menjengukmu, aku segera memesan tiket untuk terbang dan memaksanya untuk menerimaku tinggal di apartemen yang dia bilang mewah ini." Jelasnya yang kemudian datang dan memelukku singkat. Kualihkan mataku menatap Niel dengan sangat tajam. Namun Niel seakan tidak peka dan hanya tertawa saja. Sungguh aku tidak mengharapkan keberadaan Liam saat ini. Yang ingin kulakukan hanya ingin bersama dengan Niel, saudaraku. Karena sejujurnya aku masih enggan bersama dengan orang lain terlebih Liam. Apalagi setelah kejadian ciuman saat mabuk itu, Liam semakin gencar mendekatiku. "Baiklah kalau begitu." Pasrahku yang kemudian duduk dengan malas di sofa depan televisi. "Jadi bagaimana? Apa perjalanan dinasmu lancar?" Tanya Niel sembari melanjutkan kegiatannya berkutat dengan laptopnya. "Menjadi sekertaris ternyata membuatku semakin sibuk. Kupikir
"Apa dia menganggumu, Anna?" Tanya Liam."Tidak, tidak. I'm okay, Li. Urusan pekerjaan. Aku disuruh ikut menghadiri rapat malam ini." Bohongku sekali lagi.Sejujurnya aku lelah berbohong pada semua orang!"Malam ini? Dimana?" Telisik Liam."Hotel. Biasa. Permintaan klien. Sekertaris sepertiku hanya bisa nurut mengikuti perintah." Cengirku."Hm..." Liam hanya menggumam dan kembali memperhatikan Daniel yang hanya berdiri memperhatikan kami berdua."Daniel, tolong sampaikan kalau aku akan datang. Tapi tidak perlu sampai menjemputku." Bohongku."Baiklah kalau begitu, akan saya sampaikan pada Tuan Rayes." Balasnya sebelum menghilang dari hadapan kami berdua."Daniel?" Beo Liam."Pelayan pribadi Tuan Rayes." Balasku singkat."Bintang satu. Pelayanannya tidak ramah. Dia tidak akan dapat tip lebih." Komentar Liam kembali mengocok perutku dan berhasil mengalihkan perhatianku pada Daniel...."Benarkah? Ke hotel malam-malam untuk rapat?" Telisik Niel saat Liam menceritakan kejadiannya.Sunggu
"Tolong jawab saya, Anna!" Kesal Rayes yang kini semakin mencondongkan badanya kedepan mengintimidasiku."Tolong hentikan Tuan!" Pintaku yang membuat mata Rayes membelalak."Semua ini terlalu mendadak." Tambahku yang kemudian mencoba mengatur pikiran dan hatiku agar kembali pada jalurnya masing-masing."Terlalu mendadak? Kita sudah selalu bersama selama beberapa bulan ini dan kamu tau kalau aku juga menyayangimu! Lalu apa yang kamu ragukan? Apa pengaruh pria itu memang segitu besarnya untukmu? Apa dia yang merebut posisi saya di hatimu?" Kesalnya."Tolong jangan bawa nama Roger. Dia tidak seperti itu, Tuan! Justru karena penjelasannyalah saya bisa menerima Tuan menjadi sugar daddy saya waktu itu.""Oh? Jadi aku harus berterima kasih pada makhluk itu?!" Kesal Rayes semakin menjadi-jadi."Bukan seperti itu, Tuan. Dia berpengaruh besar terhadap perkembanganku selama ini. Disamping itu juga Tuan ikut membantuku. Kalian saling bahu membahu membantuku selama ini tanpa Tuan sadari.""Aku sad
Awalnya aku memilih untuk hening dan tidak menjawab pertanyaan itu. Tapi lagi-lagi hatiku membuat bibirku bergergerak dengan sendirinya dan menjawab keraguan yang Rayes rasakan selama ini padaku."Tidak. Aku belum sampai menidurinya seperti apa yang kamu lakukan padaku. Dan dia menghargai keputusanku." Jujurku.Rayes berusaha keras untuk menahan ekspresinya agar aku tidak bisa menebak. Entah apakah kejujuranku benar atau tidak juga aku sudah tidak peduli."Jadi, apa kamu tidak bisa mempertimbangkan lagi untuk menjadi sugarku, Anna?"Aku menghela nafas berat, "Kenapa harus aku lagi, Rayes?""Kalau kau tanya kenapa, aku juga tidak tau. Tapi yang jelas bagiku kaulah wanitaku saat ini." Ucapan Rayes berhasil kembali membangun bongkahan batu keputus asaanku padanya."Awalnya aku mengira kamu bisa memberikan apa yang tidak bisa kudapatkan dari Stacy. Maksudku, aku tidak bisa berhubungan dengan istri yang bahkan tidak bisa mengingat siapa suaminya. Selama ini aku berusaha menahannya untuk ti
Sesampainya di Rumah Sakit, segera kulangkahkan kakiku menuju ke kamar rawat Violla. Jam memang sudah menunjukkan akhir jam besuk, tapi itu tidak menyurutkan niatanku untuk menemui Violla. Terlebih, Niel dan Liam pasti juga belum pulang dari acara malam mereka. Dari pada overthinking sendirian, menghabiskan waktu dengan teman kurasa lebih membantu."Vi?" Sapaku saat membuka pintu geser kamar Violla."Anna!" Sambut Violla ramah sembari tersenyum.Kulangkahkan kakiku masuk untuk duduk lebih dekat bersama Violla yang sedang duduk santai di sofa depan televisi."Bagaimana keadaanmu?" Tanya Violla saat melihat ekspresiku yang lesu."Baik." Balasku singkat."Apa kamu sedang ada masalah dengan Captain?" Tebaknya.Aku hanya menatapnya tanpa emosi dan mengangguk kecil."What happend?" Tanyanya."Aku berhenti.""Berhenti?" Beo Violla yang kubalas sebuah anggukan."Kamu berhenti menjadi Sugar Captain?" Terka Violla.Aku mengangguk kecil."Kenapa? Apa karena aku? Karena Captain menjengukku kemari