Share

Pesan Cinta Bonanza
Pesan Cinta Bonanza
Penulis: Ree Syira

Janji Sekar

Perempuan itu menoleh tatkala sahabatnya memanggil dari kejauhan, sembari tergopoh-gopoh berlari kearahnya yang sedang duduk menikmati pemandangan senja di tepian sungai Nil. Terpaan angin sejuk mengiringi lambaian kain panjang yang menutupi kepala hingga badannya.

Perempuan itu terlihat anggun dengan balutan hijab sesuai syari'at. Pesona wajah mungil dengan hidung lancip dan bibir merah merona serta dua pasang bola mata yang bersinar indah di bawah semburat sinar jingga sore hari itu, membuat siapapun mungkin berpikir dialah bidadari yang turun ke bumi.

"Haduh Sekar, huh huh... ai anjen ih!" ucapnya dengan nafas yang terputus-putus (Anjen dalam bahasa Sunda artinya adalah kamu).

Layla merupakan sahabat Sekar di Mesir, mereka satu kelas dan jurusan. Layla berasal dari Bandung Jawa barat sedangkan Sekar berasal dari Bali.

"Kebiasaan deh kamu Lay, hobinya lari kaya di kejar maling aja, ada apa?" tanya Sekar.

"Aduh haus haus kasih minum kek jangan dulu nanya kamu teh!" ujar Layla dengan logat bahasa sunda.

"Iya iya minumnya sambil duduk ya anak maniiis!" ejek Sekar.

Selesai meneguk minuman dari botol milik Sekar kemudian Layla melanjutkan pembicaraannya.

"Kar, kamu tau Kang Surya kan? senior kita yang jualan martabak depan kampus itu loh, martabak sultan," ucap Sekar sambil menyeringai.

"Tau, kenapa emang? mau beli martabak?" tanya Sekar kembali.

"Bukan ih ai anjen, gantengnya itu lo Kaaar ya ampun mirip Justin Bieber, tadi dia nyamperin aku dan tau nama aku... haaah panas dingin deh aku jadinya!" jelas Layla.

"Ya... ya bagus lah, dia naksir balik jadi kan kamu gak bertepuk sebelah tangan," sindir Sekar.

"Sayangnya tidak seperti pradugamu Sekar, whuaaaaa!" timpal Layla sembari menangis.

Beberapa orang yang melewati mereka langsung menoleh, Sekar pun buru-buru menutup mulut Layla dengan tangannya.

"Berisik kamu ini!" ucap Sekar dengan aksen bahasa Bali.

"Akutuh sedih Sekar, dia malah minta nomor kamu whuaaaaaa!" Layla berteriak kembali.

"Layla, kamu lama-lama aku ceburin nih ke sungai biar dimakan buaya Fir'aun!" tegas Sekar.

"Ok ok tapi gak apa-apa sih kan masih ada mas Azzam penjual tempe dan bakso di film ketika cinta bertasbih, ah itu mah ganteng plus sholeh banget idaman para ukhti, iya kan?" tanya Layla.

"Hahaha si Bimo kali ah mahasiswa yang jualan tempe di kampus kita lebih real gak halu," ejek Sekar sembari mengusap kepala Layla.

"Hiih si Bimo yang matanya sering kelilipan? gak mau aku pkoknya mas Azzam, eh iya Kar tadi aku kasih nomormu ya hehehe siapa tau loh dia tiba-tiba ngelamar, kan lumayan biaya hidupmu terjamin sama hasil martabak sultan!" ungkap Layla.

Sekar pun mengejar Layla yang segera berlari menghindarinya, begitulah sikap kedua sahabat ini mereka hidup apa adanya meski memang mereka terlihat konyol juga kekanakan. Sekar dan Layla saling menyayangi dan membantu dalam segala hal. 

Mereka berdua tinggal di satu asrama dengan kamar bersebelahan. Awal mula mereka saling mengenal adalah disaat pertama kali Sekar datang ke asrama dan kebingungan mencari kamarnya, lalu ia bertemu dengan seorang perempuan yang hendak masuk ke dalam asrama. Sekar pun bertanya kepada Layla saat itu, sampai akhirnya Layla menunjukan kamar Sekar yang tanpa di sadari bersebelahan dengan kamarnya. Dari sanalah mereka mulai akrab dan menjadi sahabat baik.

***

Drrt...

Drrt...

Handphone Sekar bergetar di meja belajarnya, ia baru saja selesai melaksanakan shalat Dzuhur.

"Assalamualaikum Sekar."

Sebuah pesan singkat dari nomor tidak dikenal terlihat di layar ponselnya, Sekar pun membalasnya dan seseorang itu mengatakan bahwa dirinya adalah Surya. Lelaki yang meminta nomornya kepada Layla tadi siang, kemudian Sekar keluar kamar menemui Layla di kamarnya.

"Layla, assalamualaikum!" seru Sekar.

"Masuk aja Sekar pintunya gak di kunci kok, biasanya juga langsung nyeruduk gak pake salam" sahut Layla.

"Lay! aduh gawat, masa bli Surya ngajak aku taaruf'an, gimana ini aku belum siap nikah!" ucapnya.

Terlihat ekspresi kepanikan pada wajah sekar, ia mencoba merileksasi pikirannya sambil meminum jus jeruk yang ada di meja belajar Layla.

"Hmmm cai nginum urang di beaken we si eta mah ai panik teh!" celoteh Layla (hmmm air minum aku di habisin kan jadinya kalau dia lagi panik!)

"Apa lay?" tanya Sekar.

"Enggak! back to topic, itu si toko bli bli Surya serius? masa sih baru nge w******p uda main jeder aja ngajak ta'aruf?" sanggah Layla.

"Ya aku gak ngerti juga , tapi ya gimana Lay aku belum siap, tau sendiri kan dari semenjak aku kuliah di sini beberapa lelaki ngajak aku taaruf ditolak karena sesuatu hal yang kutakutkan malah bikin mereka sakit hati," ungkapnya.

"Hmmm Sekar... kamu janji ya! itu maksud kamu, takut mereka tau ada orang yang bilang kalimat itu ke kamu?" tanya Layla.

"Iya!" jawabnya.

"Gini ya Sekar ku sayaaang, emang sih kang Surya teh cepet pisan ngungkapin niatnya tapi gak salah juga kan baru ngajak ta'aruf kita bisa nolak kalo gak cocok, dia tajir loh pengusaha martabak sultan Indonesia yang terkenal seantero mahasiswa mesir, ibadahnya juga di kenal bagus, sholeh, kenapa gak kamu coba?!" tegas Layla.

"Gak mudah Lay, janji itu seolah ngiket aku, kamu bayangin aja ketika kamu percaya akan sebuah perjanjian yang di harapkan jadi nyata kamu pasti fokus berjuang untuk hal itu kan?" jelas Sekar.

"Aku faham, meskipun aku gak pernah deket sama cowok sih... huhuhu sedih aku te laku!" ucap Layla dengan ekspresi menangis.

"Jadi?" tanya Sekar yang masih merasa kebingungan.

"Hmmmm gini deh Kar, kamu yakin gak orang itu bakal hidup seribu tahun?"

"Ya enggaklah Lay, bisa sih tapi di awetin jadi mumi!" celetuk Sekar.

"Nah itu! kamu gak bakal tau dia hidup sampai kapan barangkali kamu lebih dulu, atau dia lebih dulu, terus janji itu gak guna lagi, jadi dosa iya karena kalian uda ngerasa yakin sama takdir padahal takdir itu, Allah yang memegang kendali penuh!" tegas Layla.

"I see Lay, cuman aku uda berusaha tapi selalu balik lagi yakin sama dia," ungkap Sekar.

"Oke, satu tahun lagi kita pulang ke Indo, selesai kuliah tahun depan aku bakal izin sama orang tuaku buat pergi ke tempatmu, kita buktikan sama-sama dia masih setia sama janjinya atau enggak, setuju?" ajak Layla.

"Oke setuju, eh tapi gimana ini sama bli Surya ?" 

"Jawab aja belum bisa untuk sekarang ana mau fokus dulu selesaikan kuliah, uda gitu beres, kang Surya orang yang bijak dia pasti faham!" tukas Layla.

Akhirnya Sekar kembali ke kamarnya sembari mengucapkan terimakasih kepada Layla yang telah memberikan solusi untuk permasalahan hatinya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status