Share

Bersama Bukan Untuk Bersatu

"Farhan!" seru Sekar.

Perempuan itu berusaha mengejar seorang lelaki di depannya, dia memakai sweater merah yang menutupi pakaian seragam putih abunya. Farhan tidak mendengar panggilan Sekar dan terus berjalan pelan sembari mengangguk-nganggukan kepala menikmati alunan musik dengan sebuah earphone.

"Debagus farhaaaann !" teriak Sekar sekali lagi.

(Debagus adalah singkatan dari Ida Bagus , yaitu panggilan ciri khas orang Bali kepada lelaki muda atau remaja yang juga mempunyai arti tampan atau ganteng).

Sekar terus mengejarnya dengan nafas yang terengah-engah, namun Farhan masih saja asik dengan dunianya. Sekar melihat sebuah kertas tergeletak di samping tong sampah, kemudian ia mengambil dan menggulungya.

"Rasakan ini ferguso hiyaaaat!" teriak Sekar sembari melemparkan gulungan kertas itu ke arah Farhan.

Kertas itu tepat sasaran mengenai kepalanya.

"Aww... siapa nih yang lempar?!" tukas Farhan.

Dia berhenti serta menoleh ke kanan dan ke kiri lalu ke belakang dan mendapati Sekar sudah berdiri di belakangnya sembari menunduk memegang lutut dengan nafas tidak beraturan.

"Fyuuh!" ujar Sekar.

"Eh lo yang lempar?"

"Sepuluh ribu langkah gue terbuang sia-sia cuman buat ngejar lo, gak mau tau minta ganti traktir bakso sepuluh ribu rupiah!" jawab Sekar sambil mengelap keringatnya menggunakan tangan.

"Lagian ada handphone tinggal di misscall ribet amat lari-larian, dasar emang pengen ngejar gue aja lo mah haha" timpal Farhan sembari tertawa.

"Serah lo deh, anter gue ke toko buku ya nanti sepulang sekolah mau cari novel buat tugas bahasa Indonesia," ucap Sekar.

"Siaap... tapi bakso nya berarti gak jadi ya di ganti ongkos anter nanti!" 

"Iihh gak mau ah, hayuk pengen jajan bakso tapi di traktir," pinta Sekar.

"Oke putri kerajaan yang minta di traktirin mulu sama rakyat jelata."

Farhan adalah seseorang dengan karakter ceria, supel, tekun , rajin dan juga pandai. Sifatnya memang mendekati sempurna. Selain itu parasnya yang tampan dengan tinggi semampai membuat siapapun termasuk para siswa perempuan di SMA Maharani terpukau dengan pesonanya. Tetapi hingga saat ini Farhan belum memiliki pasangan karena dia sangat serius dengan pendidikannya alasan lainnya adalah karena hanya sekar yang di sukainya.

Farhan berasal dari keluarga yang kurang mampu, Ayahnya hanya seorang kuli bangunan dan Ibunya seorang buruh cuci. Namun berkat kepandaiannya ia mendapatkan beasiswa penuh hingga akhir pendidikannya di SMA Maharani. Sementara itu Sekar sahabatnya adalah seorang anak dari keturunan keluarga yang berkecukupan. Ayah Sekar merupakan pengusaha souvenir terkaya di kota Bali, tetapi ia telah wafat satu tahun yang lalu akibat kecelakaan. Kemudian Sekar bersama Ibunya mengelola bisnis mendiang sang ayah hingga kini.

Tempat tinggal Farhan dan Sekar hanya berbeda dusun keduanya pun beragama muslim begitupun Ibu Sekar, hanya saja tidak dengan Farhan, Ibunya masih beragama Hindu sedangkan Ayahnya seorang muslim. Meskipun begitu Farhan tetap merasakan bahagia dalam perbedaan di dalam keluarganya. Mereka saling mencintai satu sama lain, hanya saja Ibunya tidak begitu menyukai Sekar.

Dahulu Ibunya Farhan yaitu Bu Sely pernah menjadi pegawai di perusahaan ayah Sekar dan di pecat akibat terkena fitnah mencuri uang oleh sesama karyawannya. Seberapa kuat pun menjelaskan, bukti ada pada tas yang di bawa Bu Sely dan ayah Sekar tidak mempercayainya. Sebab itulah reputasinya di mata Pak Rio (ayahnya Sekar) menjadi buruk dan sebaliknya Bu Sely membenci keluarga Sekar semenjak saat itu.

Sekar dan Farhan saat ini berada di kelas dua belas di SMA Maharani. Sebentar lagi mereka menghadapi ujian dan harus menentukan apakah akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau bekerja.

***

Siang itu jam istirahat Sekar menikmati bakso dengan tauge yang menjadi favoritnya di kantin, melahap satu persatu makanan khas Indonesia itu di mangkuknya dengan ekspresi muka memerah karena rasa pedas. Farhan memandangi Sekar sembari tertawa kecil.

"Minum dulu tuan putri!" ujar Farhan.

"Terimakasih pengawalku... " jawab Sekar sambil tersenyum.

"Sama-sama... hmmm lo serius bakal lanjutin kuliah ke Mesir kalau tahun ini lulus?"

"Ngakak omongan Lo han haha... yaiyalah kita bakal lulus tahun ini, rencana Ibu sih gitu katanya biar belajar agama lebih banyak lagi, ayah juga pesannya gitu sama Ibu dulu sebisa mungkin gue harus memperdalam ilmu agama karena kelak gue harus bisa didik anak pake ilmu agama, " jelas Sekar.

"Hmmm Ibu lo bener banget kok, ya udah gue dukung deh but don't forget me ok?! tegas Farhan.

"Harus dong Han, support lo juga penting banget buat gue, cuman lo soalnya temen yang gue punya di sini."

"Itu sih karena lo terlalu introvert Sekar jadi susah nyari temen padahal lo itu cantik, Rendra temen gue juga suka sama lo," ucap Farhan.

"Iya sih gue emang cantik haha... ya gue pengennya lo yang suka sama gue gimana dong Han?" tanya Sekar sambil berusaha menahan tawanya.

Seketika muka Farhan memerah, entah mengapa setiap kali Sekar bercanda dengan kalimat tersebut baginya adalah sebuah keseriusan.

"Ciyyee... mukanya memerah hahaha dasar cowok baperan!" ujar Sekar.

"Yeehhh ini tuh karena gerah cuacanya."

"Mana? orang ini kantin kebuka gini angin sepoy-sepoy dari segala arah masuk, gitu sih kalo orang kasmaran suka munafik sama perasaan sendiri!" jelas Sekar kembali.

Kali ini Farhan langsung terdiam, sejujurnya memang semenjak dari awal dia dekat dengan Sekar dia menyukainya. 

Semenjak masuk SMA Maharani, Farhan selalu rutin mengunjungi perpustakaan di siang hari dan sering sekali mendapati sekar selalu menyendiri di sudut ruangan perpustakaan.

Dia memberanikan diri mengajaknya berkenalan, namun beberapa kali Sekar pergi dan mengacuhkannya. Hingga suatu ketika Sekar diganggu oleh sekelompok siswa laki-laki yang terkenal nakal di sekolah saat ia hendak ke toilet. Farhan menjadi sosok pahlawan penyelamatnya semenjak saat itu.

Lelaki itu berkelahi dan mengalahkan sekelompok siswa laki-laki yang mengganggu Sekar, hingga mengorbankan dirinya sendiri dan di skors oleh pihak sekolah selama tiga hari. Sekar berterimakasih kepadanya dan semenjak itu pula mereka bersahabat.

Farhan menyukai sosok Sekar yang pendiam namun sebenarnya ia penyayang, ia masih ingat ketika ada seekor kucing yang terjebak di atap lantai dua bangunan sekolah dengan gagah berani Sekar menaiki atap dan mengambil kucing tersebut. Setelah berhasil perempuan itu langsung memeluk kucing yang diselamatkannya, Sekar nampak seperti seorang Ibu yang khawatir akan keadaan anaknya. Sekar bahkan tidak peduli ujung hijab panjangnya robek akibat tersangkut salah satu paku ketika hendak turun dari atap.

Bagi Farhan perempuan itu adalah bidadari yang turun dari langit. Hingga saat ini ia masih menahan perasaannya, terlalu takut untuk mengungkapkan karena pada kenyataannya mereka nyaman menjalani kedekatan tanpa sebuah status lebih tepatnya sebagai seorang sahabat.

"Kar, kalo lo nanti berhasil ke Mesir nih, bakal lupain gue gak? pasti bakal ketemu teman baru dong disana?" cerocos Farhan.

"Gue gak bisa mudah nyaman sama siapapun Han, apalagi sama cowok gue harus jaga adab juga sebagai perempuan muslim, sama lo aja gak pernah bersentuhan kan?!" jelas Sekar.

"Yaaa bisa aja nanti lo melakukan hal yang sama di Mesir, temenan terus deket tanpa status, gak sentuhan dan nyaman terus lupain gue."

"Hmmm lo cemburu nih? enggak Han tenang aja cuman lo doang kok! gue bakal cari temen cewek biar Lo gak khawatir oke!" ungkap Sekar.

"Syukur deh, tapi tetep aja sih ada ke khawatiran gak bakal bisa sedekat ini lagi nanti apalagi jarak kita makin jauh."

"Han... di dunia ini kita gak bisa terus-terusan buat diam di zona nyaman, lo terus gue ataupun yang lain pasti punya mimpi yang harus dikejar ngerti kan?" tanya Sekar.

"Gak tau kenapa kalo lo yang ngomong gue suka jadi optimis Kar, janji ya lo bakal temuin gue lagi setelah pulang dari sana?!" tegas Farhan kembali.

"Lo lucu deh, se khawatir itu kehilangan gue padahal belum tentu kan, masih satu semester lagi, bisa jadi rencana Allah juga berubah!" ujar Sekar.

"Konsepnya emang gitu Kar, tapi kadang kita perlu ancang-ancang sebelumnya!" timpalnya. 

"Biasanya sih sikap kaya lo itu nunjukin sesuatu yang lebih, rasa sayang selain sahabat misalnya, ehem dugaan gue bener kan?" ucap Sekar sembari bercanda.

"Kalau iya kenapa? kayaknya cape juga ya Kar nahan ini dari awal!" sahut Farhan.

"Nahan kentut?" celetuk Sekar.

"Gue serius Kar gak lagi bercanda, lo gak pernah liat muka serius gue selama ini kan?"

Kali ini Farhan menatap Sekar dengan serius dan suasana seketika menjadi canggung. Sekar berusaha menundukkan pandangannya sambil memainkan jari jemarinya, menahan sebuah perasaan yang bergejolak di dadanya. Sekar tidak dapat memungkiri ada sebuah rasa bahagia menyeruak.

"Lo mungkin kaget Kar, tapi gue gak bisa bohong lagi sama diri gue sendiri, gue sayang sama lo... banget, sayang gue sama lo bukan sebagai seorang sahabat, tapi sebagai seseorang yang kelak ingin jadi pendamping hidup lo, cukup menjadi alasan kenapa gue khawatir banget suatu saat lo pergi ngejar cita-cita terus lo lupain gue!" jelas Farhan panjang lebar.

"Gu-gu-gue... " balas Sekar dengan terbata-bata dan belum selesai Sekar menjawab Farhan memotong pembicaraannya.

"Gue bakal dukung Lo Sekar, asalkan lo janji gak bakal lupain kata-kata gue barusan!" 

"Farhan, gue gak bisa jawab itu sekarang, timingnya belum pas dan gak tepat, ada saatnya semua itu menjadi sesuatu yang indah ketika waktunya dan gue cuman pengen ngomong kalo lo orang yang selalu berarti buat buat gue, tapi gue gak bisa ngeduluin takdir Allah dengan mengucap janji yang mungkin saja gak bisa gue tepati, berharap banget lo bisa faham!" ungkap sekar.

"Oke! gue bakal setia nunggu jawaban itu dari lo," kata Farhan.

"Kasih gue jeda ya Han buat mencerna kejadian hari ini, gue butuh waktu untuk sendiri dulu beberapa hari ini, tolong jauhi gue dulu sampai gue benar-benar mengerti perasaan lo ataupun gue sendiri."

"No problem, gue gak bisa menolak apapun keinginan seseorang yang gue sayangi!" tukas Farhan.

"Gue pergi dulu ya Han, sebentar lagi bel masuk, nanti gue pergi ke toko buku sendiri aja ya, oh iya makasih teraktiran bakso nya!" ujar Sekar sembari pergi.

Farhan tidak menjawab, ia hanya mematung menyaksikan Sekar yang pergi dari hadapannya. Farhan merasa seolah mengambil waktu yang salah mengungkapkan semuanya, namun apalah daya kekuatan pertahanan hatinya selalu roboh tatkala Sekar tersenyum di depannya, ia seolah ingin memiliki senyum itu selamanya.

Begitupun Sekar, sebenarnya hari ini adalah hari terbahagia di hidupnya, dimana selama dua setengah tahun dia menahan perasaannya kepada Farhan akhirnya terjawab. Ia merasa beruntung dengan kejadian tadi, tetapi ada yang harus ia jaga, yaitu dirinya dan aturan agamanya. Dimana ia sudah berkomitmen kepada Tuhan juga kedua orangtuanya tidak akan menjalani sebuah hubungan tanpa ikatan pernikahan. Ia hanya ingin mengungkapkan rasa sayangnya kelak hanya kepada suaminya.

Untuk saat ini Farhan dan Sekar harus bersabar menahan desakan rasa dengan waktu juga jarak yang akan berbeda sebentar lagi. Mereka terpenjara dengan rasa takut, namun bahagia dengan realita.

"Bersama Bukan untuk bersatu!" gumam Farhan dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status