Share

Mulai Mengagumi

"Hmmm... gak kerasa udah mau pulang aja, perasaan baru kemarin mulai kuliah disini!" gumam Sekar.

Ia sedang mempersiapkan barang-barang pribadi ke kopernya, tiga bulan lagi Sekar akan meninggalkan kota Mesir setelah hampir empat tahun menimba ilmu di Universitas al-Azhar. Ada perasaan bahagia juga perasaan sedih, bahagia karena mengingat dia akan bertemu kembali dengan Ibunya juga harapannya yaitu Farhan, namun di sisi lain ia merasa sedih tatkala mengingat kenangannya ketika pertama kali menginjakan kaki di gerbang universitas Al-Azhar Mesir.

Begitu banyak kenangan tersimpan di kota ini, bagaimana ia pertama kali bertemu dengan Layla, sungai Nil tempat favoritnya untuk menenangkan diri, belajar bersama mereka orang-orang yang sedikit banyak telah membantu hidupnya ke arah yang lebih baik.

Semakin ia mengenal syari'at Islam disini, membantu Layla berjualan nasi goreng karena Layla merupakan anak dari keluarga kurang mampu. Selain mendapatkan beasiswa sama seperti dirinya, Layla juga berusaha mencari bekal tambahan dengan berjualan yang kemudian uangnya dikirimkan untuk keluarganya di kampung.

Sekar beruntung mendapatkan sahabat seperti Layla, selalu menasehati ketika ia lalai dalam beribadah dan banyak membantunya belajar memaknai kehidupan. Tanpa Layla mungkin Sekar tidak akan sekuat hingga saat ini bertahan sendirian di kota yang terpisah negara dengan keluarganya.

Masih ingat ketika itu Layla memutuskan ingin berhenti kuliah setelah menginjak semester dua, Layla kebingungan usaha nasi goreng ayahnya di kampung gulung tikar akibat modal yang terpakai untuk kebutuhan sehari-hari sedangkan pemasukan tidak sebesar sebelumnya.

Layla berniat pulang ke Indonesia meskipun biaya hidup di Mesir sepenuhnya di tanggung oleh beasiswa yang di dapatkannya. Tetapi menurutnya walaupun begitu terlalu egois jika hanya mementingkan dirinya sendiri sementara keluarganya kelaparan di kampung.

Layla berpikir untuk bekerja saja di Indonesia, namun Sekar berusaha menenangkannya dan mencari solusi. Saat itu ada sebuah event dari perkumpulan mahasiswa Indonesia. Event tersebut bertemakan kewirausahaan tentu ada sebuah peluang untuk Layla. Event itu mengajak para mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Al-Azhar Mesir untuk berpartisipasi membuat makanan khas Indonesia yang memiliki nilai jual dan menjadi ciri khas dengan memperhatikan kualitas rasa dari masakan tersebut.

Bagi peserta yang terpilih mereka akan di berikan modal untuk berjualan di kantin kampus yang telah di lsediakan, namun dengan sistem bagi hasil, 70 persen untuk mahasiswa yang berdagang dan 20 persen untuk perkumpulan mahasiswa Indonesia. Dimana 20 persen itu pun dikelola kembali untuk kepentingan bersama seperti menolong para mahasiswa yang membutuhkan, membeli buku-buku referensi untuk di perpustakaan organisasi, dan lain-lain. Layla menjadi peserta yang kesekian dari ratusan peserta dari mahasiswa Indonesia yang ikut event ini, sedangkan kuota yang di terima hanyalah untuk sepuluh masakan terbaik dan terenak. Layla sempat merasa pesimis dan Sekar terus berusaha menguatkan, ia percaya ini salah satu cara untuk menyelamatkan krisis perekonomian keluarga Sekar.

Alhasil berkat support dari  Sekar, Layla menjadi optimis kembali dan lolos dalam sepuluh besar bersama Surya. Lelaki itu adalah salah satu Kakak tingkatnya yang berasal dari daerah yang sama di Bandung, hanya saja mereka belum saling mengenal. Semenjak saat itu nasi goreng buatan Layla cukup digandrungi dan menjadi makanan favorit juga bagi para mahasiswa Indonesia, Layla pun bisa melanjutkan kuliahnya kembali.

***

"Ciyyee yang beres-beres terus padahal masih beberapa bulan lagi, yakin mau ninggalin aku demi dia Kar?" tanya Layla yang tiba-tiba ada didepan pintu kamar Sekar.

"Apasih Lay, enggak lah kamu kan my soulmate, lagi pengen aja mumpung lagi mood!" jawab Sekar.

"Iya deh... oh iya kemarin kang Surya nyamperin aku ke kedai Kar, dia nanyain kamu."

"Perasaan aku udah jawab deh chat-nya dan bilang kalau aku gak bisa terima ta'aruf dia untuk saat ini," ungkap Sekar.

"Dia sih cuman bilang kalau Sekar bersedia, sekaliii aja pengen ngobrol langsung, gak apa-apa kok Layla ikut biar tidak jadi fitnah, gitu katanya kayaknya sih penting Kar!" ujar Layla.

"Boleh deh Lay, kasian juga kalau aku nolak lagi nanti dikira gak ngehargain banget padahal dia pernah nolongin kamu juga waktu di event wirausaha dua tahun yang lalu."

"Ouuww perasaan aku yang ditolong, kok kamu yang inget ya Kar? jangan-jangan... " goda Layla kepada Sekar.

"Ih bukan gitu Lay, gimana gak inget, kan dia yang paling antusias bilang ke panitia kalau nasi goreng kamu bakal jadi peluang bisnis yang gede karena belum ada yang jualan nasgor disini, bener kan buktinya, dan yang harusnya ditaksir sama bli Surya itu kamu bukan aku!"

"Ah gak mau kang Surya mah orangnya terlalu soleh, aku yang penuh dosa ini tidak pantas bersanding dengan dia Kar hahaha... "

"Dasar kamu Lay bisa aja, mau dikemanain mas Azzam ketika cinta bertasbih, kan itu juga soleh banget," jawab Sekar sambil mengacak-ngacak kepala Layla.

"hehehe kan itu artis beda lagi," jawab Layla sambil menyeringai.

Hari menjelang sore, Surya meminta Sekar dan Layla menemuinya di depan pasar Khan El Khalili. Pasar tersebut merupakan pasar tertua di Timur tengah letaknya di Islamic distric.

"Pasar yang bakal aku kangenin nih kalau pulang ke Indonesia" tukas Layla.

"Sekar... Layla... ana di sini!" seru Surya yang berada di depan sebuah toko pernak-pernik khas Mesir.

Kedua perempuan itu pun menghampirinya,

"Assalamualaikum Bli!" ucap Sekar.

"Assalamualaikum kang Surya Citra Televisi hehe..." timpal Layla.

"Waalaikumussalam! bisa aja kamu lay SCTV dong aku satu untuk semua haha" jawab Surya.

"Tapi hatinya satu untuk satu kan?" timpal Layla.

Seketika mereka bertiga pun tertawa.

"Oh iya Kar, ngobrolnya sambil jalan-jalan aja yuk liat-liat pasar juga," pinta Surya.

"Boleh Bli!"

Surya berjalan disamping Sekar sebelah kiri meskipun mereka berjarak beberapa sentimeter, disamping Sekar Layla memegang lengan sahabatnya itu sembari sesekali memegang barang-barang yang dijual di pasar tersebut.

"Oh iya Sekar rencana nanti mau langsung pulang ke Indonesia? gak lanjut ambil magister? sayang loh dek Sekar ini cerdas bisa dapat beasiswa lagi," ungkap Surya.

"Nggak bli, kasian Ibu sendiri urus perusahaan almarhum ayah, aku anak tunggal, kalau bli Surya mau lanjut Doktor setelah lulus magister tahun ini?" tanya Sekar kembali.

"Iya juga sih ya, orangtua yang terpenting, iya Kar aku lanjut Doktor, orang tuaku suruh aku lanjut padahal sama kaya kamu loh selesai S1 pengennya pulang, tapi mereka malah larang."

"Gak apa-apa bli, kan itu juga salah satu bentuk bakti memenuhi permintaan mereka," timpal Sekar.

"Ibu sih bilang jangan pulang kalau gak bawa calon istri haha... " celetuk Surya.

"Memangnya disuruh buru-buru nikah juga ya bli?" tanya Sekar.

"Yah begitulah, makannya kemarin ngajak ta'aruf kamu!"

"Oh begitu toh... hihihi" sanggah Layla sambil mencubit bahu Sekar.

"Layla sakit tau!" ketus Sekar.

"Hehehe dasar kalian!" timpal Surya.

Sekar dan Layla pun tersenyum sembari menggaruk-garuk kepala mereka yang tidak gatal.

"Jadi bli Surya ngajak ta'aruf aku gak serius? cuman karena pengen unjuk pencapaian sama Ibunya?" sanggah Sekar sembari tertawa kecil.

"Bisa juga sih Kar hehe, enggak kok aku serius sih cuman kamu nya nolak, karena menurut aku kamu beda aja gitu dari yang lainnya termasuk sama Layla!" jelas Surya.

"Jujur banget sih Kang , kadangu ku abdi kadangu naon maksud akang abdi mah henteu geulis kitu pan?" celoteh Layla dengan aksen bahasa sundanya (Jujur banget sih kang, terdengar sama aku terdengar apa maksud akang saya mah gak cantik gitu bukan?).

"Itu kamu tau Lay!" celetuk Surya lagi.

Mereka bertiga kembali tertawa dan larut dalam canda tawa yang ringan, Sekar seolah menjadi apa adanya di antara mereka, pertemuan pertama dengan Surya bahkan terasa nyaman karena Surya merupakan seseorang yang pandai mencairkan suasana. Tidak ada kecanggungan diantara mereka meskipun saat ini pertama kalinya ia berbicara langsung dengan Surya.

Mereka terhenti disebuah toko pernak-pernik peralatan shalat, Surya membeli sebuah al-Qur'an Madinah dengan soft cover berwarna biru, dia memberikannya kepada Sekar. Tidak lupa juga membeli sebuah tas rotan kecil kepada Layla, karena sedari tadi ia tahu Layla menginginkannya namun tidak bisa membelinya. Surya tahu persis keadaan ekonomi Layla, itu sebabnya dia menolongnya saat itu agar Layla memenangkan kompetisi pada event kewirausahaan.

Tentu saja berbeda maksud meskipun Surya memberikan sesuatu kepada kedua wanita itu, al-Qur'an yang diberikannya kepada Sekar adalah bentuk harapannya agar bisa membimbing Sekar membaca al-Qur'an kelak jika mereka berjodoh. Sedangkan tas rotan kecil yang diberikannya kepada Layla hanya sebagai bentuk pemberian kepada seorang sahabat. Layla memahaminya karena memang dia sekedar mengagumi Surya sebagai orang baik yang menolongnya. Layla sangat berharap Surya bisa menjadi suami Sekar dan membantu sahabatnya itu melupakan Farhan, menurut Layla Sekar terlalu baik untuk Farhan.

"Aduuhhh!" rintih seorang wanita yang terjatuh dihadapan mereka bertiga, wanita itu berusaha merapihkan sayuran yang berceceran didepannya ke dalam keranjang. 

Terlihat darah bercucuran di kakinya rupanya wanita itu sedang hamil muda.

Orang-orang disekitarnya menjadi panik, termasuk Sekar juga Layla. Surya langsung menghampiri wanita itu.

"Tenang nyonya aku akan membantumu, Sekar, Layla, tolong bantu bangunkan dan pegangi dia dari kanan dan kiri, aku cari bantuan atau mobil dulu buat bawa nyonya ini ke rumah sakit!" ujar Surya.

Sekar dan Layla menuruti permintaan Surya dan menunggunya yang segera mencari pertolongan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status