Share

Sosok Lelaki Baik

Surya berlari cepat keluar dari area pasar dan melihat sebuah mobil melaju pelan ke arahnya, seketika ia berusaha menghentikan mobil tersebut dengan berdiri tepat di depannya. 

Si pemilik mobil sempat memaki-makinya dalam bahasa Arab, “Madza taf'al ya akhi?!” sembari membunyikan klakson beberapa kali.

Pemilik mobil tersebut keluar dan menghampiri surya dengan terus menggerutu, namun Surya berusaha menenangkannya serta mengatakan bahwa ia sedang membutuhkan pertolongan. Ia menjelaskan secara singkat bahwa ada Ibu hamil yang mengalami pendarahan, mendengar hal itu sang pemilik mobil pun segera membantu Surya. Mereka berlari ke arah pasar kembali menemui Sekar, Layla dan perempuan tadi.

"Cepat Bli dia kesakitan banget, ini darahnya juga makin banyak keluar," ujar Sekar.

Surya dan si pemilik mobil tadi meminta izin untuk menyentuh perempuan itu dan membopongnya menuju mobil, sementara di belakang mereka Sekar dan Layla berlari mengikuti. Setibanya di rumah sakit perempuan tadi langsung dibawa para perawat menuju ruang instalasi gawat darurat. Sekar, Layla, Surya dan pemilik mobil tadi pun menunggu di ruangan tunggu.

"MasyaAllah beruntung perempuan itu bertemu seseorang seperti anda, jika terlambat sedikit saja saya tidak tahu bagaimana jadinya, maaf tadi sempat memaki anda saya kira anda ingin bunuh diri berhenti tiba-tiba di depan mobil saya," ucap si pemilik mobil.

"Tidak apa-apa, saya justru sangat berterimakasih kepada anda karena sudah turut membantu, semoga Allah membalas kebaikan anda Tuan" timpal Surya .

"Amiiin... sama-sama, tapi sepertinya saya tidak bisa menemani anda lagi, saya harus menjemput anak majikan saya di sekolahnya mungkin setengah jam lagi sudah keluar kelas," ucap si pemilik mobil kembali.

"Baik Tuan silahkan! sekali lagi terimakasih semoga keselamatan selalu menyertaimu," jawab Surya.

Mereka pun berjabat tangan dan si pemilik mobil tadi beranjak ke toilet membersihkan dirinya kemudian pergi. Surya menyandarkan badannya di kursi ruangan tunggu, ia tampak kelelahan sambil sesekali mengatur nafasnya dan memejamkan mata. Darah memenuhi kemeja putih yang dipakainya termasuk lengannya karena membopong perempuan tadi.

"Bli, ini coba minum dulu biar capeknya berkurang, kebetulan tadi Sekar sempat beli dulu pas nunggu Bli datang," ucap Sekar.

Surya mengambil air minum tersebut dan meneguknya, setelah itu ketenangan mulai terlihat kembali di wajahnya.

"Kemana suami perempuan itu? tega sekali dia membiarkan istrinya yang sedang hamil muda membawa keranjang sayuran tadi, untuk ukuran aku saja itu berat loh isinya beberapa kilo sayuran dan dia membawa dengan kedua lengannya saja," gemerutu Surya.

"Tadi perempuan itu sempat bilang sambil menahan sakitnya, biarlah kita mati bersama nak, daripada kita hidup tersiksa," jelas Layla disertai anggukan Sekar yang juga mendengar perkataan tersebut.

"Kalau saja aku tahu suaminya, sudah ku hajar dia!“ tegas Surya.

Menurut Surya lelaki yang menjadi suami dari perempuan tersebut tidak bisa menghargai perjuangan dan pengorbanan seorang perempuan yang harusnya mereka di muliakan. Apalagi ketika mengandung, bagaimanapun keadaan perempuan itu nanti Surya berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia akan bertanggung jawab mengembalikannya dengan selamat ke keluarganya.

"Bagaimanapun mungkin kita harus menemui suaminya terlebih dahulu Bli, jangan sampai kita ikut campur terlalu dalam, kita juga sudah berusaha menolongnya dan semoga dia segera sadar" jelas Sekar.

"Benar Kang nanti kita antar ke tempat suaminya dulu, kalau memang terbukti ada yang tidak beres kita bisa minta bantuan polisi atau Komnas perempuan, barulah mengembalikan dia ke keluarganya," timpal Layla.

"Kalian benar juga, sepertinya aku terlalu terbawa emosi, aku tidak bisa melihat seorang perempuan menderita apalagi tersakiti hatinya, aku begitu menyayangi dan memuliakan mereka sebagai perempuan terutama Ibu dan adikku,” ucap Surya dan seketika terlihat linangan air mata di sudut kedua matanya.

Surya berusaha menahannya karena merasa malu jika harus menangis dihadapan Sekar juga Layla. Ia merupakan sosok lelaki yang sensitif dan hatinya mudah tersentuh dengan hal-hal menyedihkan. Dibalik wajah tampan serta kekar badannya ia adalah sosok yang lemah lembut dan sangat penyayang.

Tampak terukir raut senyuman di muka Sekar, ia sesekali memperhatikan Surya yang sedang tertunduk kembali menahan tangisnya. Kali ini Sekar benar-benar sadar bahwa laki-laki di depannya ini adalah sosok yang istimewa. Sikap sopan santun serta tanggung jawabnya membuat Sekar yakin bahwa perempuan yang membesarkannya adalah sosok Ibu dengan sejuta kehangatan juga penuh kasih sayang dalam mendidiknya.

Sebenarnya ketika pertama kali berkomunikasi di pasar tadi bersama Surya dan Layla, ia merasa nyaman karena Surya sosok yang bisa membuat lawan bicaranya merasa di hargai. Selain itu dia tahu betul bagaimana menempatkan posisinya sebagai lelaki ketika berbicara dengan perempuan.

Kini Sekar mulai merasakan dilema kesekian kali dalam hidupnya, bukan lagi tentang Farhan juga impiannya. Tetapi tentang Surya. Kali ini Sekar mungkin harus mempertimbangkan ajakan ta'aruf dari seniornya itu.

Mesir, Al - Azhar, Layla, Surya dan teman-teman di lingkungannya sedikit banyak telah memberikan sudut pandang baru terhadap pemikirannya. Sekar mulai belajar untuk menerima dan mengikhlaskan setiap rencana hidup yang tidak sesuai dengan keinginannya. Termasuk bagaimana ia harus belajar rela ketika mungkin kelak jodohnya bukanlah orang yang selama ini dia idam-idamkan, tetapi bisa saja seseorang yang baru ia kenal dan itu yang terbaik untuknya.

"Apa kataku Kar! Kang Surya teh orang yang baik pisan, kamu mah gak bakal nyesel jadi istri dia, liat kan gimana cekatannya dia tadi saat menolong oranglain gak mikirin apa-apa langsung lari cari pertolongan disaat orang lain disekitar sana cuman ngeliatin tanpa melakukan perbuatan apa-apa,"

ungkap Layla sambil berbisik kepada Sekar.

"Iya Lay, sosoknya beda banget sama Farhan, meski sama-sama baik tapi bli Surya jauh lebih menghargai perempuan dia bisa benar-benar menjaga batasan, sepertinya aku pun mulai mempertimbangkan untuk menerima permintaan ta'aruf dia" sahut Sekar.

Tiba-tiba Surya mengangkat kepalanya ke arah mereka berdua, “Sekar, Layla aku boleh minta tolong?" tanya Surya.

Sekar dan Layla pun mengangguk, “Bo-boleh!" jawab mereka berdua.

"Tolong carikan kemeja atau koko di toko sebrang sana, setelah itu aku akan berganti pakaian dan mencari makanan juga buah-buahan untuk kita dan perempuan tadi."

Surya memberikan uang kepada Layla dan Sekar, mereka berdua pun menurutinya karena khawatir juga jika Surya keluar rumah sakit dalam keadaan berlumuran darah akan membuat takut orang di sekitarnya.

***

Beberapa jam kemudian dokter datang dan memberitahu mereka bahwa perempuan itu sudah sadar, mereka pun segera menemuinya. Perempuan tadi sangat berterimakasih kepada mereka terutama kepada Surya, dia meminta agar diantarkan langsung menuju ke kediaman keluarganya di Alexandria ketika sudah pulih. Ia sangat takut jika harus kembali ke rumah suaminya sedangkan beberapa jam saja dia telat pulang suaminya selalu memukulinya. Akhirnya Surya faham apa yang harus dilakukannya saat ini untuk menolong wanita itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status